Seperti yang telah saya rencanakan sebelumnya, niat awal adalah menuliskan pengalaman perjalanan secara berurutan, dimulai dari negara tetangga dan seterusnya. Namun, rencana ini sedikit tertunda karena foto-foto pendukung yang dibutuhkan belum sempat saya kumpulkan. Oleh karena itu, kali ini saya mengajak sahabat Kompasiana sekalian untuk sejenak menikmati perjalanan virtual ke Prancis.
Prancis, sebuah negara yang terletak di jantung Eropa, memiliki daya tarik yang tak lekang oleh waktu. Salah satu ikonnya yang paling terkenal adalah Menara Eiffel, sebuah mahakarya arsitektur yang diakui sebagai salah satu keajaiban dunia.
Bagi umat Katolik, kunjungan ke Prancis terasa kurang lengkap tanpa ziarah ke Lourdes. Tempat suci ini menjadi tujuan utama bagi umat Katolik dari seluruh penjuru dunia.
Kami berdua pun tak ingin melewatkan kesempatan berharga ini. Dengan menumpang kereta api, kami memulai perjalanan dari Paris menuju Lourdes. Sepanjang perjalanan, kami disuguhi pemandangan alam yang memukau. Kami hanya bertukar senyum dengan penumpang lain di gerbong yang sama, karena sebagian besar dari mereka tidak fasih berbahasa Inggris, sementara kami berdua kurang mahir berbahasa Prancis. Meskipun suami saya sempat mempelajari bahasa Jerman dan Prancis di SMA Don Bosco, namun karena jarang dipraktikkan, ia merasa kurang percaya diri untuk berbicara dalam bahasa Prancis.
Prancis juga dikenal sebagai pusat mode dunia. Banyak desainer pakaian wanita ternama yang berasal dari Prancis.
Kunjungan pertama kami ke Prancis adalah hadiah istimewa dari putra kedua kami, Irwan, yang memberikan tiket pesawat dan akomodasi hotel selama seminggu.
Kami menjelajahi Prancis dan mengunjungi Menara Eiffel yang ikonik di Paris. Saat kami sedang mengantri untuk naik ke menara, telepon berdering. Putra pertama kami memberikan saran berharga.
Ia menyarankan agar kami tidak perlu mengantri lama dengan mengatakan bahwa kami ingin makan di restoran yang berada di puncak menara. Meskipun sedikit lebih mahal, kami tidak perlu mengantri.
Kami mengikuti saran tersebut dan menyampaikan keinginan kami untuk makan di restoran di puncak menara kepada petugas di loket. Kami pun dipersilakan untuk naik lift langsung menuju restoran.
Sayangnya, setibanya di restoran, tempat itu sudah penuh dan tidak dapat menerima tamu lagi. Kami pun terpaksa membatalkan rencana makan di sana. Namun, karena kami sudah berada di puncak menara, kami memutuskan untuk menikmati makanan di *food court* yang tersedia.
Kami menjelajahi Prancis dengan menggunakan bus wisata yang tiketnya dapat dibeli di setiap hotel tempat kami menginap.
Kami mengunjungi berbagai tempat wisata populer yang banyak dikunjungi oleh wisatawan mancanegara.
Kesimpulan:
Setiap negara memiliki keunikan dan keindahan tersendiri yang sangat berkesan untuk dikunjungi dan selalu meninggalkan kenangan indah bagi kami berdua.
Di Lourdes, kami menginap selama tiga hari sebelum melanjutkan perjalanan ke Paris. Banyak wisatawan yang datang ke Lourdes untuk merayakan perayaan Bunda Maria. Kami berdua sempat mengikuti prosesi obor di malam hari, sambil menyanyikan lagu Ave Maria dalam berbagai bahasa. Sayangnya, foto-foto selama prosesi di Lourdes hilang.
Kami berdua sangat bersyukur kepada Tuhan karena telah diberikan kesempatan untuk menikmati perjalanan ke berbagai negara, termasuk Prancis.
Terima kasih kepada semua sahabat Kompasiana yang telah meluangkan waktu untuk membaca tulisan ini.
28 Mei 2025.
Salam saya,
Roselina.