Pesona Kampung Coklat Blitar: Mendongkrak Ekonomi Desa dan Memberi Pengalaman Tak Terlupakan
Oleh: Eko Setyo Budi
Pada Selasa, 22 April 2025, saya berkesempatan mengunjungi sebuah permata wisata di Blitar, yaitu Kampung Coklat. Destinasi ini beralamat di Jl. Banteng – Blorok No. 18, Desa Plosorejo, RT. 01 / 06, Kademangan, Plosorejo, Kec. Kademangan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Untuk menikmati pengalaman di Kampung Coklat, pengunjung dikenakan biaya masuk yang sangat terjangkau, yaitu Rp 20.000,- per orang pada hari kerja, dan Rp 25.000,- per orang pada hari libur. Kampung Coklat buka setiap hari mulai pukul 08.00 WIB hingga 17.00 WIB. Tempat ini menawarkan kombinasi wisata edukatif, cita rasa lokal yang autentik, dan kesenangan yang tak tertandingi. Fasilitas yang lengkap dan menarik, termasuk paket wisata edukasi, berbagai wahana permainan, kafe dan galeri produk coklat, nursery garden, serta akomodasi penginapan, menjadikan Kampung Coklat sangat layak untuk dikunjungi.
Dalam perjalanan bersama rombongan menggunakan bus, kami merasakan suasana yang sejuk dan nyaman saat mendekati pintu masuk kedua. Setelah bus diparkir di area parkir yang disediakan, kami berjalan kaki santai selama kurang lebih lima menit untuk mencapai pintu masuk tersebut. Pintu utama (pintu 1) terletak agak jauh dari tempat parkir bus. Rombongan kami terdiri dari jamaah Tafsir Al-Qur’an Masjid Al-Akbar Surabaya, yang sebagian besar anggotanya adalah ibu-ibu lanjut usia. Area wisata Kampung Coklat sangat luas. Untuk memudahkan mobilitas, tersedia kendaraan golf di dekat pintu masuk/keluar bagi pengunjung yang ingin menjelajahi area tersebut. Kami disambut hangat oleh pemandu wisata yang mengarahkan kami menuju kendaraan golf, sejenis mobil mini terbuka yang dapat menampung hingga delapan orang. Dengan menggunakan kendaraan ini, berkeliling di area Kampung Coklat yang luas menjadi lebih nyaman, tidak melelahkan, dan tentunya menyenangkan.
Tarif untuk sekali naik kendaraan golf adalah Rp 25.000,- per orang. Panitia rombongan telah menanggung biaya tiket masuk ke Wisata Kampung Coklat, termasuk biaya penggunaan kendaraan golf. Seluruh peserta rombongan naik kendaraan golf, memastikan tidak ada seorang pun yang tertinggal. Pengemudi kendaraan golf sangat ramah dan sigap menyambut kedatangan kami. Keramahan dan senyuman mereka membuat kami semakin betah dan menikmati perjalanan. Yang menarik, di antara pengemudi kendaraan golf terdapat dua wanita muda yang terlihat enerjik dan ramah. Sepanjang perjalanan mengelilingi Kampung Coklat, para penumpang tampak ceria, berfoto ria di spot-spot menarik yang kami singgahi. Sesekali terdengar tawa dan canda ibu-ibu di antara kendaraan yang beriringan. Pengemudi kendaraan yang saya tumpangi sangat terampil mengendalikan kendaraannya dan selalu siap menjawab pertanyaan-pertanyaan dari penumpang dengan jelas dan ramah. Sebagian besar karyawan Kampung Coklat adalah anak-anak muda yang mengenakan seragam rapi. Mereka sangat memahami tugas dan tanggung jawab mereka dalam melayani wisatawan. Dapat dikatakan bahwa mereka memiliki sikap yang profesional. Menurut saya, wisata ini sangat cocok untuk keluarga atau kaum muda. Pengemudi mengatakan bahwa tempat ini lebih ramai pada hari libur dibandingkan hari biasa. Di sela-sela perjalanan, saya bertanya kepada pengemudi, “Siapa pemilik Kampung Coklat ini?” Ia menjawab, “Pemiliknya adalah orang asli Blitar, Bapak H. Kholik Mustapa, yang telah merintis usaha ini sejak sepuluh tahun lalu.” Saya sangat mengagumi H. Kholik Mustofa, selaku owner PT. Kampung Coklat Blitar, atas keberhasilannya dalam membudidayakan tanaman kakao dan mengolah hasil panen menjadi produk coklat yang dipasarkan hingga mancanegara.
Kami pun melanjutkan perjalanan mengelilingi kebun kakao menuju spot-spot menarik lainnya. Pohon-pohon kakao yang besar dan tumbuh subur dipenuhi dengan buah kakao yang bergelantungan di batang pohon. Pengemudi kendaraan golf, yang juga berperan sebagai pemandu wisata, menjelaskan secara rinci mengenai proses penanaman, perawatan, hingga panen buah kakao. Pada awal berdirinya, Kampung Coklat memiliki luas 1,5 ha, dan kini telah berkembang menjadi 7 ha setelah membeli tanah penduduk di sekitarnya secara bertahap dan mengajak mereka untuk bermitra dalam usaha ini, kata pengemudi. Wisata Kampung Coklat berkembang pesat menjadi tempat proses pengolahan biji kakao menjadi produk coklat, mulai dari fermentasi, pengeringan, hingga pengolahan modern di dapur produksi. Selain itu, tempat wisata ini memiliki nilai edukatif yang tinggi. Kampung Coklat juga memanjakan pengunjung dengan berbagai wahana menarik, khususnya untuk anak-anak. Di area permainan, tersedia berbagai fasilitas seperti ayunan, seluncuran, kolam bola, dan taman bermain yang luas. Anak-anak dapat bermain sambil belajar, sementara orang tua dapat bersantai menikmati es cokelat segar atau aneka olahan cokelat khas Blitar. Tak hanya itu, terdapat pula toko oleh-oleh yang menjual berbagai produk olahan kakao, mulai dari cokelat batang, bubuk coklat, brownies, hingga pernak-pernik bertema cokelat. Semua produk dibuat di tempat dengan sentuhan lokal yang khas.
Kampung Coklat bukan hanya sekadar tempat wisata, tetapi juga wahana pembelajaran dan rekreasi keluarga. Tempat ini sangat cocok untuk rombongan sekolah, keluarga, maupun komunitas yang ingin mengenal lebih dekat potensi lokal Blitar. Dengan perpaduan antara alam, edukasi, dan hiburan, kunjungan ke Kampung Coklat menjadi pengalaman yang manis, berkesan, dan pastinya ingin diulang kembali. Di tempat produksi coklat, kami melihat coklat cair yang mengalir seperti air mancur dalam wadah, cairan coklat kental tersebut keluar dari ketinggian sekitar 50 cm. Coklat cair yang kental tampak seperti pancuran yang meleleh berulang-ulang. Pancuran coklat itu berbentuk kerucut bertingkat (5 tingkat), dengan cairan coklat keluar dari pucuk pancuran lalu turun ke bawah. Pemandu wisata yang menjaga pancuran coklat mengajak kami untuk mencicipi cairan coklat yang tertampung di bawah dengan menggunakan sendok plastik kecil. Setiap pengunjung dipersilakan untuk mencicipi coklat cair tersebut, yang rasanya manis dan hangat. Setelah mencicipi coklat cair, kami melanjutkan perjalanan menuju tempat petik buah kakao. Di sana, pengunjung dapat mencicipi daging biji kakao yang sudah masak langsung dari pohon kakao. Buah kakao ditempatkan dalam keranjang besar dan ditawarkan kepada pengunjung oleh pemandu wisata untuk mencicipi rasa daging dari biji kakao. Biji buah kakao ini bergerombol mirip buah sarikaya. Saya pun mencicipi biji daging buah kakao yang berwarna putih kekuningan dengan rasa yang cukup manis dan sedikit asam. Ibu-ibu juga ikut mencicipi untuk mengetahui rasa daging dari biji kakao tersebut. Buah kakao yang sudah masak memiliki kulit berwarna kemerahan, sedangkan yang belum masak sempurna kulitnya berwarna hijau tua kekuningan. Pemandu wisata mengatakan bahwa buah kakao dapat dibeli dengan harga Rp 5.000,- per buah.
Setelah menikmati buah kakao, kami melanjutkan perjalanan melihat tanaman kakao yang berjajar rapi di area yang luas (kebun kakao). Di kebun kakao ini terdapat jalan selebar dua meter dengan perkerasan beton untuk dilewati kendaraan golf. Pengunjung dapat melihat hamparan tumbuhan kakao dengan batang yang besar dan buah kakao yang bergelantungan, baik yang berukuran kecil, sedang, maupun besar yang sebentar lagi masak.
Di dalam kebun kakao juga terlihat beberapa rumah seperti penginapan. Saya pun penasaran dan bertanya kepada pemandu wisata, “Apakah rumah-rumah itu untuk menginap bagi wisatawan?” Ia menjawab, “Betul, rumah itu disewakan untuk wisatawan yang ingin menginap.” Setelah mencicipi buah kakao, pemandu wisata melanjutkan perjalanan menuju tempat penjemuran biji coklat. Namun, penumpang tidak turun, sehingga kami tetap berada di dalam kendaraan dan hanya bisa melihat dari kejauhan. Pemandu wisata menjelaskan bahwa biji kakao yang dijemur ini juga berasal dari petani kakao yang dibina oleh pemilik Kampung Coklat. Ia menambahkan bahwa harga yang ditawarkan cukup kompetitif sehingga petani kakao di sekitar obyek wisata ini dapat bermitra atau bekerja sama dalam usaha yang saling menguntungkan.
Tak terasa, perjalanan mengelilingi area Kampung Coklat memakan waktu hampir satu jam. Kami tiba di tempat pemberhentian akhir, tepat di depan gerai coklat yang menjual berbagai macam olahan coklat. Pengunjung merasa puas dan terkesan dapat menikmati perjalanan di area kebun coklat sambil berbelanja produk olahan coklat sebagai oleh-oleh. Sebagian ibu-ibu pun berbelanja dengan antusias, melihat-lihat aneka ragam coklat berbentuk bulat dan batangan dengan kemasan yang menarik sehingga tertarik untuk membelinya.
Dari pengalaman berwisata di Kampung Coklat Blitar, daya tarik utama bagi penggemar coklat adalah “Wisata Edukasi Kampung Coklat”. Dengan memilih paket Edukasi dan Observasi, Anda dapat belajar tentang tumbuhan Kakao (Coklat) di rumah pembibitan. Paket ini sangat cocok bagi Anda penggemar coklat yang ingin belajar tentang tumbuhan kakao, mulai dari pembibitan hingga pengolahan hasil panennya menjadi coklat lezat dan siap dipasarkan.
Selain menawarkan paket edukasi, berbagai wahana seru yang bisa dinikmati bersama keluarga seperti sepeda listrik, kereta lokomotif, kolam pemancingan, kolam renang, coklat creative, terapi ikan, hingga istana balon juga bisa Anda nikmati. Tak hanya itu saja, bagi para pecinta coklat, Anda juga bisa menikmati aneka kuliner berbahan dasar coklat seperti nasi goreng coklat, dawet coklat, mie coklat, hingga minuman coklat.
Di tempat wisata ini juga disediakan pusat oleh-oleh coklat dengan harga yang terjangkau. Rombongan kami yang datang jauh dari Surabaya ingin menikmati liburan setelah Hari Raya Idul Fitri dengan berwisata ke Kampung Coklat Blitar, dan ini adalah pilihan yang bijak. Sebab, tempat wisata ini ramah untuk pengunjung lansia karena tersedia kendaraan golf. Pada tahun 2022, saya pernah berkunjung ke sini pertama kali bersama rombongan alumni SMP. Kunjungan saya kali ini adalah yang kedua. “Momen ini sekaligus untuk Halal Bil Halal dan Tadabur Alam untuk mengenal lebih dekat tentang tumbuhan kakao di wisata Kampung Coklat.” Sebelum berkeliling kebun coklat, kami terlebih dahulu mendengarkan tausiah dari ustaz kami yang biasanya mengisi pengajian Tafsir Al-Qur’an Masjid Al-Akbar Surabaya setiap hari Selasa dan Kamis.
Kampung Coklat saat ini semakin bagus dan semakin lengkap dibandingkan dengan kunjungan pertama saya. Dengan semakin bertambahnya tempat wisata di Blitar, diharapkan kebutuhan tenaga kerja untuk warga lokal terpenuhi. “Kita melihat sendiri bahwa banyak karyawan yang bekerja di Wisata Kampung Coklat Blitar. Bahwasannya, di Blitar ini wisatanya semakin maju sehingga secara tidak langsung tenaga kerja yang berasal dari orang lokal bisa bekerja di tempatnya sendiri, tanpa perlu keluar kota lagi.”
Sejarah Kampung Coklat dapat ditelusuri hingga tahun 2004. Ide ini berawal ketika bisnis peternakan ayam milik H. Kholid Mustofa mengalami kebangkrutan akibat wabah flu burung. Wabah flu burung yang merajalela tersebut membuat beliau beralih ke budidaya coklat. Kebetulan, pada saat itu ia memiliki lahan seluas 720 meter persegi yang telah ditanami 120 kakao sejak tahun 2000. Karena saat itu fokus bisnisnya adalah peternakan ayam, kebun tersebut terbengkalai dan tidak terlalu diurus lagi. Bahkan jika kakao panen, ia langsung menjualnya dengan harga murah, sekitar Rp 7.000,-/kilogram. Kemudian, ia memutuskan untuk belajar tentang perkakaoan di PTPN XII Blitar dan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao di Jember pada tahun 2005. Di pertengahan tahun 2005, Pak Kholid mengajak para petani untuk membentuk gabungan kelompok tani (Gapoktan) yang diberi nama Guyub Santoso. Pada saat itu, ada 21 petani yang bergabung. Pak Kholid dan para petani yang tergabung dalam kelompok ini mencari informasi mengenai harga biji kakao kering di Surabaya. Ternyata, harganya cukup mahal. Di Surabaya, harga biji kakao kering dihargai Rp 16.000,- per kilogram.
Mendapatkan informasi tersebut, beliau semakin bersemangat untuk mengembangkan kakao di daerahnya. Di Gapoktan ini, hasil panen petani dikumpulkan lalu dikeringkan, dan pada tahun 2007 kelompok ini mendapat pesanan untuk memasok biji coklat di sebuah pabrik pengolahan biji coklat sebanyak 3,2 ton per bulan. Untuk mengembangkan usaha kakao, Pak Kholid menimba ilmu cara mengelola kakao di pabrik coklat Monggo Yogyakarta dan Silver Queen. Lalu, pada tahun 2013, beliau mulai membuat coklat sendiri bekerja sama dengan ahli coklat asal Blitar. Bubuk coklat itu dipasarkan ke sejumlah daerah seperti Solo dan Surabaya.
Puncaknya, pada tahun 2014, akhirnya dia memutuskan untuk membuat wisata edukasi coklat. Ia pun membangun sebuah kawasan yang diberi nama Kampung Coklat.
Di kawasan ini, segala hal tentang coklat dapat dipelajari, mulai dari pembibitan hingga pengolahan. Pada tahun itu, pengunjung cukup membeli tiket seharga Rp 5.000 per orang di hari biasa dan Rp 10.000 per orang di akhir pekan untuk dapat menjumpai berbagai jenis cokelat, mulai dari cokelat original, coklat krispi, coklat orange, coklat apel, coklat bubuk, coklat susu, dan berbagai varian dark chocolate yang tersedia di sini.
Selain diolah menjadi coklat siap konsumsi, kakao yang dipanen dari Kampung Coklat Blitar juga diolah menjadi berbagai jenis makanan seperti brownies coklat, dodol coklat, dan lain sebagainya. Tak hanya soal percoklatan, di Kampung Coklat ini juga dibangun fasilitas permainan, hiburan, hingga restoran. Hasil-hasil olahannya juga dipajang di kawasan itu. Kampung Coklat yang saya kunjungi sekarang ini, tempatnya semakin bagus dan semakin lengkap juga dibanding ketika waktu kunjungan pertama tahun 2022.
Dengan semakin bertambahnya tempat wisata di Blitar, diharapkan kebutuhan tenaga kerja untuk warga lokal terpenuhi. “Kita melihat sendiri banyak yang bekerja di tempat Wisata Kampung Coklat Blitar. Harapannya, di Blitar ini wisatanya semakin maju sehingga secara tidak langsung tenaga kerja lokal bisa bekerja di tempatnya sendiri, tanpa harus keluar kota lagi.” Kehadiran Kampung Coklat ini berdampak besar, yakni tenaga kerja di desa itu terserap. Tak kurang dari 400 warga desa bekerja di Kampung Coklat ini, sehingga perekonomian desa pun bergerak. Kini, Desa Plosorejo pun identik dengan Kampung Coklat.
Daftar Pustaka:
1. https://kampungcoklat.id/blog/kampung-coklat-blitar-kampung-unik-yang-gerakkan -perekonomian-desa-plosorejo/
Kampungcoklat.id. https://kampungcoklat.id
Fakta Menarik Kampung Coklat, Wisata Edukasi Bagi Para Pecinta Cokelat