Kaldera Toba Terancam Dicabut dari UNESCO, Kemenpar Bertindak!

Avatar photo

- Penulis

Jumat, 16 Mei 2025 - 14:23 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

“`html

JAKARTA, RAGAMUTAMA.COM – Kementerian Pariwisata telah mengambil langkah proaktif dengan mengundang Badan Pengelola Geopark Kaldera Toba untuk melakukan serangkaian diskusi intensif. Fokus utama pembahasan adalah respons terhadap peringatan “yellow card” atau kartu kuning yang dikeluarkan oleh UNESCO.

Inisiatif pemanggilan ini merupakan tindakan cepat dari pemerintah sebagai tanggapan atas evaluasi yang kurang memuaskan terkait tata kelola kawasan Geopark Kaldera Toba, yang merupakan bagian integral dari UNESCO Global Geopark.

Pertemuan penting ini diselenggarakan di Jakarta, menghadirkan tokoh kunci, termasuk General Manager Badan Pengelola Kaldera Toba UNESCO Global Geopark, Azizul Kholis.

Selama sesi diskusi, Azizul memberikan paparan detail mengenai kronologi terbitnya kartu kuning tersebut, serta menguraikan rencana perbaikan yang tengah disiapkan secara matang menjelang asesmen ulang dari pihak UNESCO.

“Gubernur Sumatera Utara telah menunjukkan perhatian serius dan komitmen tinggi untuk mengembalikan posisi Geopark Kaldera Toba kembali ke status ‘green card’,” ungkap Azizul, sebagaimana dikutip dari siaran pers Kemenpar pada Jumat, 16 Mei 2025.

Ia juga menjelaskan bahwa pihaknya memerlukan waktu sekitar dua bulan untuk menuntaskan berbagai catatan perbaikan yang telah disampaikan oleh UNESCO. Penilaian ulang dari UNESCO dijadwalkan akan berlangsung pada tanggal 15 Juli 2025.

Mengapa Geopark Kaldera Toba Kena Kartu Kuning?

Geopark Kaldera Toba awalnya memperoleh pengakuan sebagai UNESCO Global Geopark berkat keistimewaan geologisnya, kekayaan nilai budaya yang dimilikinya, dan potensinya dalam memberdayakan masyarakat lokal.

Namun, dalam sidang UNESCO Global Geopark yang diselenggarakan di Maroko pada bulan September 2023, kawasan ini menerima peringatan berupa “yellow card.”

Peringatan serupa juga diberikan kepada empat geopark lainnya di seluruh dunia, termasuk Gua Zhijindong yang terletak di Tiongkok dan Taman Nasional Regional Luberon yang berada di Prancis.

Baca Juga :  Pantai Ujung Pandaran Diserbu Ribuan Wisatawan Saat Libur Lebaran

Pemberian kartu kuning ini mengindikasikan bahwa pengelolaan geopark yang bersangkutan dinilai belum sepenuhnya memenuhi beberapa kriteria esensial yang telah ditetapkan oleh UNESCO.

Kriteria tersebut mencakup berbagai aspek, mulai dari pelestarian warisan geologi, peningkatan visibilitas kawasan, penguatan jejaring kerja sama, hingga peningkatan peran serta aktif masyarakat lokal dalam pengembangan kawasan.

Bagaimana Langkah dari Kemenpar?

Menanggapi situasi ini, Kementerian Pariwisata, melalui Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur, Hariyanto, meyakinkan bahwa pemerintah pusat telah merumuskan serangkaian tindakan nyata untuk menjawab rekomendasi yang diberikan oleh UNESCO.

“Geopark Kaldera Toba, dengan potensi luar biasanya sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan, harus dikelola secara cermat dan sesuai dengan standar internasional yang telah ditetapkan oleh UNESCO,” tegasnya.

Hariyanto menambahkan bahwa komunikasi intensif terus-menerus dilakukan dengan Gubernur Sumatera Utara, yang juga menjabat sebagai ketua Badan Pengelola Toba Caldera UNESCO Global Geopark (BPTCUGP), untuk memastikan dukungan maksimal dari pemerintah daerah.

UNESCO telah memberikan empat poin utama yang perlu diperbaiki agar Kaldera Toba dapat kembali meraih status “green card,” yaitu:

  • Warisan geologi dan interpretasinya: Diperlukan diversifikasi narasi geologi dan perluasan survei.
  • Warisan alam, budaya, dan buatan: Diperlukan identifikasi dan inventarisasi yang lebih komprehensif.
  • Visibilitas dan kemitraan: Mendorong peningkatan kualitas panel interpretasi dan penguatan identitas kawasan.
  • Jejaring dan pelatihan: Diharapkan adanya peningkatan kolaborasi dengan geopark-geopark lain di Indonesia.

Untuk mendukung upaya perbaikan ini, Kementerian Pariwisata telah menyusun program-program prioritas yang mencakup pembuatan panel interpretasi di berbagai geosite, penyelenggaraan acara-acara MICE (Meetings, Incentives, Conferences, and Exhibitions), serta revitalisasi geosite yang ada, seperti Monkey Forest Sibaganding dan Geosite Pulau Sibandang.

Baca Juga :  Santorini: Gempa Mengguncang Tempat Wisata Terkenal Yunani hingga Penduduk Mengungsi

Tidak hanya itu, pemerintah juga telah mengalokasikan Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun 2024 sebesar Rp 56,6 miliar untuk mendukung pengembangan Geopark Kaldera Toba secara keseluruhan.

Dana tersebut dialokasikan kepada delapan kabupaten yang berada di dalam kawasan Danau Toba, yaitu: Dairi, Karo, Simalungun, Tapanuli Utara, Toba, Pakpak Bharat, Humbang Hasundutan, dan Samosir.

Kemenpar juga memberikan jaminan bahwa mereka akan terus mendampingi proses penyusunan siteplan geosite yang direncanakan akan dilaksanakan pada tahun 2026 sebagai bagian dari penguatan struktur manajemen geopark secara keseluruhan.

Apa Harapan Pemerintah?

Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana menegaskan kembali dukungan penuh dari pemerintah pusat terhadap seluruh proses perbaikan Geopark Kaldera Toba, dengan tujuan agar sesuai dengan ekspektasi yang ditetapkan oleh UNESCO.

Menpar menyampaikan bahwa pemerintah menyadari bahwa status UNESCO Global Geopark membawa tanggung jawab yang besar, dan Kemenpar berkomitmen untuk terus mendampingi dan memfasilitasi pemerintah daerah dalam memenuhi setiap persyaratan dan rekomendasi yang telah diberikan oleh UNESCO.

“Geopark Kaldera Toba memiliki potensi yang luar biasa, dan kami berharap pengelolaannya yang berkelanjutan akan memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat lokal dan sektor pariwisata Indonesia secara keseluruhan,” ujar Menparekraf.

Kemenpar menegaskan komitmennya untuk terus memantau dan mendukung setiap langkah perbaikan yang dilakukan. Harapannya, Kaldera Toba tidak hanya mampu mempertahankan statusnya sebagai geopark dunia, tetapi juga menjadi contoh teladan dalam pengelolaan kawasan wisata berkelanjutan di Indonesia.

“`

Berita Terkait

Taman Rainbow Alamanda: Rute, Tiket, dan Wahana Seru Orang Bekasi
18 Tempat Wisata Bandung Timur, Banyak Wisata Alam Berhawa Sejuk
Rekomendasi 5 Spot Wisata Anti-Bosan di Surabaya yang Wajib Dikunjungi Saat Masa Liburan
Pesona Banten Lama di Malam Hari: Alasan Wajib Dikunjungi
Vietnam: Destinasi Wisata Baru yang Sedang Naik Daun
Lion Air: Aturan Bagasi Terbaru Berlaku 17 Juli 2025!
10 Spot Foto Ikonik: Burj Khalifa, Machu Picchu, Siapkan Budget!
Roemah Tubruk Gadjah: Oasis Favorit di JFK 2025, Wajib Mampir!

Berita Terkait

Sabtu, 5 Juli 2025 - 05:53 WIB

Taman Rainbow Alamanda: Rute, Tiket, dan Wahana Seru Orang Bekasi

Sabtu, 5 Juli 2025 - 04:59 WIB

18 Tempat Wisata Bandung Timur, Banyak Wisata Alam Berhawa Sejuk

Sabtu, 5 Juli 2025 - 04:53 WIB

Rekomendasi 5 Spot Wisata Anti-Bosan di Surabaya yang Wajib Dikunjungi Saat Masa Liburan

Sabtu, 5 Juli 2025 - 04:11 WIB

Pesona Banten Lama di Malam Hari: Alasan Wajib Dikunjungi

Sabtu, 5 Juli 2025 - 02:16 WIB

Vietnam: Destinasi Wisata Baru yang Sedang Naik Daun

Berita Terbaru

Family And Relationships

Serba-serbi Film Panggil Aku Ayah: Dibintangi Ringgo Agus Rahman dan Tissa Biani

Sabtu, 5 Jul 2025 - 10:05 WIB

entertainment

Dopamin: Angga Yunanda & Shenina Cinnamon Setelah Menikah

Sabtu, 5 Jul 2025 - 09:59 WIB