“`html
Ragamutama.com, CIREBON – Saat libur panjang tiba, inilah waktu yang tepat untuk menjelajahi kekayaan rasa Cirebon melalui kuliner tradisionalnya yang menggoda.
Lupakan sejenak nasi jamblang atau empal gentong yang sudah familiar di telinga. Kami hadirkan lima rekomendasi kuliner Cirebon yang menawarkan cita rasa lokal nan unik, bahkan tersembunyi dan jarang dieksplorasi oleh wisatawan. Lebih dari sekadar hidangan lezat, kuliner ini menyimpan cerita mendalam tentang akar budaya masyarakat Cirebon.
Berikut ini lima kuliner lawas khas Cirebon yang wajib dicicipi para pelancong:
1. Docang Ibu Kapsah
: Peluang Kerja Baru, 40 Warga Cirebon Dikirim ke Jepang
Jika Anda mencari hidangan sarapan yang menghangatkan dan kaya rasa otentik, docang adalah pilihan yang tak boleh dilewatkan. Kuliner khas Cirebon ini nyaris punah, namun masih dapat Anda nikmati di warung legendaris Ibu Kapsah, berlokasi di Jalan Siliwangi, Kota Cirebon.
Docang adalah kombinasi sempurna antara lontong, daun singkong, tauge rebus, kelapa kukus, dan kuah dage (oncom fermentasi). Rasanya begitu khas dengan perpaduan gurih dan asam yang menyegarkan. Teksturnya ringan, menjadikannya teman yang pas untuk memulai hari.
: Daya Serap Wisata Melemah, Hotel di Cirebon Kian Sepi Tamu
Warung Ibu Kapsah memang sederhana, hanya terdiri dari beberapa bangku dan meja. Namun, setiap pagi, antrean panjang warga lokal menjadi bukti tak terbantahkan akan kelezatan docang racikan Ibu Kapsah. Biasanya, hidangan ini ludes terjual sebelum pukul 10 pagi. Anda dapat menikmati seporsi docang mulai dari Rp8.000, warung ini buka dari pukul 06.00 hingga 10.00 WIB.
2. Bubur Sop Ayam Mang Karta
: 7 Rekomendasi Wisata untuk Liburan di Hari Raya Waisak
Bergeser sedikit ke selatan Cirebon, Anda akan menemukan perpaduan rasa unik antara bubur dan sop ayam di Warung Mang Karta. Terletak strategis di pinggir jalan utama Plered-Weru, warung ini menghadirkan menu yang tak lazim: bubur nasi yang disiram dengan kuah sop ayam bening.
Kuah sopnya kaya akan suwiran ayam kampung, potongan wortel, kol, dan seledri, yang kemudian disiramkan di atas bubur nasi hangat. Taburan bawang goreng dan sambal rawit memberikan aroma dan rasa yang semakin menggugah selera. Hidangan ini paling nikmat disantap saat sore menjelang malam.
Warung ini beratapkan tenda sederhana dengan bangku kayu, menciptakan suasana pedesaan yang asri dan nyaman. Meskipun sederhana, warung ini selalu ramai dikunjungi pembeli.
3. Sega Jrot Bu Ana
Menjelajahi gang-gang sempit di Matangaji, Sumber, Anda akan menemukan warung kecil yang menyajikan sega jrot alias nasi jrot—kuliner khas pesisir yang kaya akan rempah dan sensasi pedas.
Sega jrot disajikan dengan…
Sega jrot disajikan dengan serundeng kelapa pedas yang menggoda, tempe goreng tepung yang renyah, tahu bacem yang manis gurih, kerupuk yang renyah, dan sambal jrot khas yang terbuat dari cabai rawit, bawang, dan terasi. Disajikan di atas daun pisang, hidangan ini menyatu sempurna dengan suasana kampung yang tenang.
Warung Bu Ana terbilang sederhana dan hanya dapat menampung sekitar delapan orang, namun keramahan sang penjual dan kelezatan menu sega jrotnya membuat banyak orang rela untuk kembali lagi.
Lokasi warung ini berada di Gang Buaya, Desa Matangaji, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon. Buka mulai pukul 11.00–15.00 WIB.
4. Bubur Tahu Blok Pangaduan
Di jantung Pasar Kanoman, tepatnya di Blok Pangaduan, berdiri sebuah lapak legendaris yang menjajakan bubur tahu. Kuliner ini menjadi incaran banyak orang sejak pagi buta. Bubur tahu ini adalah hidangan khas Tionghoa-Cirebon yang menyajikan bubur dari tepung beras dengan kuah kecap asin manis, tahu putih lembut, dan taburan bawang putih goreng yang harum.
Rasanya ringan, gurih, dan sangat cocok untuk dijadikan menu sarapan. Sang penjual masih mempertahankan tradisi lama: duduk bersila dengan panci besar berisi bubur di atas tikar sederhana.
Kelezatan bubur tahu ini bukan hanya soal rasa, tetapi juga suasana pasar tradisional yang autentik dan penuh dengan interaksi hangat antarpembeli.
5. Ketan Bintul Haji Karim
Sebagai penutup perjalanan kuliner Anda, jangan lewatkan kesempatan untuk mampir ke Desa Trusmi Kulon, tepat di depan Masjid Agung Trusmi. Di sana, warung kecil milik Haji Karim menjajakan ketan bintul—kuliner yang dulunya hanya hadir saat bulan Ramadhan.
Ketan bintul disajikan dengan serundeng kelapa yang gurih, irisan telur dadar yang lembut, dan taburan bawang goreng yang renyah. Teksturnya pulen, rasanya gurih-manis, dan disajikan di atas daun pisang, membangkitkan nostalgia akan makanan khas tempo dulu.
Warungnya memang kecil, tetapi selalu ramai dikunjungi warga sekitar usai salat subuh, menjadikannya tempat yang nyaman untuk berbagi cerita dan kehangatan.
Libur panjang Waisak bukan hanya tentang perjalanan ke destinasi wisata populer, tetapi juga dapat menjadi kesempatan untuk menjelajahi kekayaan rasa. Cirebon, dengan kekayaan kulinernya yang tersembunyi, menyimpan jejak sejarah dan budaya yang kaya dalam setiap suapan.
Bagi para pencinta rasa yang berani mencoba sesuatu yang baru dan autentik, lima kuliner di atas dapat menjadi alasan yang kuat untuk kembali ke Kota Udang—lagi dan lagi.
“`
