Ragamutama.com – JAKARTA. Prospek kinerja PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) diyakini tetap menjanjikan sepanjang tahun 2025, kendati perusahaan ini sempat mengalami perlambatan pada triwulan pertama tahun ini.
Kehadiran insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi salah satu faktor penentu yang memicu keyakinan terhadap potensi pertumbuhan emiten properti terkemuka ini.
Pada kuartal I 2025, SMRA melaporkan pendapatan sebesar Rp 2,10 triliun, menunjukkan penurunan sebesar 1,4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) dan penurunan sebesar 31,7% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-on-quarter/qoq). Laba bersih perusahaan juga mengalami penurunan yang signifikan, yaitu sebesar 46,0% yoy dan 45,8% qoq, menjadi Rp 238 miliar.
Sektor Properti Tersengat Sentimen Positif Penurunan BI Rate, Cek Rekomendasi Analis
Meskipun demikian, selama tahun 2024, SMRA berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang mengesankan. Total pendapatan mencapai Rp 10,62 triliun, melonjak 59,5% dibandingkan tahun sebelumnya.
Kenaikan ini terutama didorong oleh peningkatan penjualan properti sebesar 85,5%, yang didukung oleh penjualan unit siap huni yang memenuhi syarat untuk mendapatkan insentif PPN, serta penyerahan beberapa proyek baru.
SMRA Chart by TradingView
Yasmin Soulisa, Analis dari Ciptadana Sekuritas Asia, berpendapat bahwa insentif PPN akan terus menjadi motor utama penggerak kinerja penjualan pada tahun 2025.
“Kami tetap meyakini bahwa perpanjangan insentif PPN akan terus memegang peranan krusial dalam mendongkrak penjualan di sepanjang tahun ini,” ungkapnya dalam riset yang diterbitkan pada tanggal 6 Mei 2025.
Kinerja Emiten Bahan Kimia Kurang Menggembirakan, Cek Rekomendasi Analis
SMRA sendiri telah menargetkan pra penjualan sebesar Rp 5 triliun untuk tahun ini.
Liza Camelia Suryanata, Head of Research dari Kiwoom Sekuritas Indonesia, juga sependapat bahwa insentif PPN berpotensi membantu pencapaian target tersebut. Namun, ia mengingatkan bahwa efektivitasnya mungkin akan terbatas karena adanya penurunan daya beli di kalangan masyarakat.
“Insentif PPN memang dapat memberikan dorongan terhadap penjualan properti, tetapi dampaknya akan dibatasi oleh melemahnya daya beli masyarakat,” jelas Liza saat dihubungi oleh Kontan pada hari Rabu, 7 Mei.
Berbeda dengan pandangan Liza, Kevin Halim, Analis Maybank Sekuritas, menyampaikan perspektif yang lebih optimis. Ia memperkirakan bahwa pra penjualan SMRA akan mengalami pertumbuhan sebesar 13,8% yoy, mencapai Rp 5 triliun, sesuai dengan target yang ditetapkan oleh perusahaan.
Kinerja Emiten Semen Ikut Tertekan Penurunan Daya Beli, Cek Rekomendasi Analis
“Kami yakin bahwa potensi penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia akan memberikan dampak positif terhadap kinerja SMRA,” kata Kevin kepada *Kontan*, Rabu (7/5).
Dengan mempertimbangkan prospek tersebut, Kevin merekomendasikan untuk membeli (buy) saham SMRA dengan target harga Rp 630 per saham.
Kiwoom Sekuritas dan Ciptadana Sekuritas juga memberikan rekomendasi yang serupa, masing-masing dengan target harga Rp 610 dan Rp 730 per saham.