Sejarah Solo Safari: Dari Kebun Binatang Keraton Hingga Destinasi Wisata Modern

- Penulis

Kamis, 3 April 2025 - 12:16 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ragamutama.com SOLO – Solo Safari menjelma menjadi destinasi wisata favorit selama libur Lebaran 2025.

Dahulu, Solo Safari dikenal sebagai Taman Satwa Taru Jurug.

Keunikan kebun binatang ini terletak di Solo, tepatnya di tepi aliran Sungai Bengawan Solo yang legendaris.

Setelah mengalami perombakan besar dan pergantian nama, Solo Safari kini bertransformasi menjadi daya tarik utama pariwisata Kota Solo.

Namun, perjalanan sejarahnya jauh lebih panjang dan berakar kuat pada Taman Sriwedari, salah satu situs bersejarah di Solo.

Asal Mula Taman Sriwedari

Sejarah Taman Satwa Taru Jurug bermula pada tahun 1901, ketika Pakubuwono X, raja Kasunanan Surakarta, merindukan sebuah taman sebagai tempat peristirahatan dan rekreasi bagi keraton.

Atas titahnya, R. A. A. Sastradiningrat membangun taman yang kemudian dikenal sebagai Taman Sriwedari.

Taman ini bukan hanya sekadar ruang hijau, melainkan juga menjadi tempat tinggal bagi koleksi hewan kesayangan Pakubuwono X, meliputi gajah, singa, banteng, kancil, dan berbagai spesies hewan lainnya.

Beberapa hewan ditempatkan di kandang-kandang besar, sementara yang lain menghuni kolam, seperti buaya dan angsa.

Kala itu, Taman Sriwedari memikat warga Solo dengan koleksinya yang lengkap dan beragam.

Namun, seiring perjalanan waktu, Taman Sriwedari menghadapi tantangan.

Baca Juga :  Wisata Budaya Diorama Arsip Jogja,Ada Aturan Kunjungan,Melanggar Bisa Gagal Liburan and Tiket Hangus

Lokasinya di jantung Kota Solo mengakibatkan tingginya tingkat kebisingan dan polusi udara, berdampak negatif pada kesehatan satwa penghuninya.

Stres yang dialami satwa menyebabkan penurunan kondisi kesehatan mereka, sementara perawatan taman juga mulai menurun setelah wafatnya Pakubuwono X.

Berdirinya Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ)

Kondisi Taman Sriwedari yang semakin memprihatinkan mendorong Pemerintah Kota Solo untuk mengambil tindakan.

Pada tahun 1972, pemerintah memutuskan membangun kebun binatang baru di kawasan timur Kota Solo.

Proyek ini dijalankan oleh PT Bengawan Permai, dan dalam kurun waktu empat tahun, tepatnya tahun 1976, Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) diresmikan oleh Bapak Mayjen TNI (Purn) Soepardjo Roestam, Gubernur Jawa Tengah kala itu.

Setelah peresmian, koleksi hewan dari Taman Sriwedari secara bertahap dipindahkan ke TSTJ. Proses pemindahan ini berlangsung antara tahun 1976 hingga tahun 1980-an.

Dengan perpindahan ini, TSTJ menyediakan habitat yang lebih luas dan layak bagi para satwa.

Revitalisasi dan Lahirnya Solo Safari

Seiring perkembangan zaman, TSTJ terus mengalami kemajuan.

Tidak hanya koleksi satwanya yang bertambah, tetapi juga fasilitas untuk pengunjung.

TSTJ mulai menghadirkan beragam wahana menarik, seperti taman bermain anak, kereta mini keliling taman, istana balon, wahana naik unta dan gajah, serta sepeda air.

Baca Juga :  Panduan Liburan Korea: Pesona Pulau Geoje dari Ketinggian Kereta Gantung

Berbagai acara seperti festival musik, grebeg syawal, dan lomba memancing juga sering digelar.

Puncak revitalisasi TSTJ ditandai dengan hadirnya nama baru: Solo Safari.

Nama ini merepresentasikan konsep taman yang lebih modern, berfokus pada konservasi satwa dan edukasi pengunjung.

Solo Safari tidak sekadar tempat rekreasi, melainkan juga lembaga konservasi yang melindungi beragam satwa, baik yang dilindungi maupun tidak.

Solo Safari sebagai Tujuan Wisata Unggulan

Kini, Solo Safari atau TSTJ tetap menjadi salah satu destinasi wisata utama di Kota Solo.

Kebun binatang ini memikat pengunjung dari berbagai lapisan masyarakat, baik lokal maupun wisatawan luar kota.

Selain menyaksikan beragam satwa, pengunjung juga dapat mempelajari upaya konservasi di Solo Safari, serta sejarah panjang kebun binatang ini.

Melalui Solo Safari, Kota Solo bukan hanya menyuguhkan pesona sejarah dan budaya, tetapi juga komitmen dalam pelestarian alam dan edukasi lingkungan.

Sebagai objek wisata yang terus berkembang, Solo Safari menawarkan pengalaman menikmati keindahan alam sembari mempelajari pentingnya konservasi satwa dan lingkungan.

(*)

Berita Terkait

Mimpi Liburan Luar Negeri: Pertanda Pikiran Lelah dan Butuh Healing?
Jelajah 15 Destinasi Wisata Gratis Jakarta dengan KJP Plus
Misteri Hotel Sepi di Labuan Bajo: Wisatawan Ramai, Tapi Mengapa?
Liburan May Day Singkat? Jelajahi Pulau Merak Kecil, Banten: Rekomendasi Wisata Seru
Pantai Bulukumba: Panorama Indah, Liburan Akhir Pekan Singkat!
7 Rekomendasi Spa Terbaik di Bandung: Relaksasi Maksimal!
Panduan Lengkap: 5 Surga Belanja Populer di Bangkok untuk Wisatawan
Rahasia Jitu: Situs Travel Tingkatkan Penjualan Tiket Liburan Premium

Berita Terkait

Kamis, 1 Mei 2025 - 13:39 WIB

Mimpi Liburan Luar Negeri: Pertanda Pikiran Lelah dan Butuh Healing?

Kamis, 1 Mei 2025 - 12:55 WIB

Jelajah 15 Destinasi Wisata Gratis Jakarta dengan KJP Plus

Kamis, 1 Mei 2025 - 10:47 WIB

Misteri Hotel Sepi di Labuan Bajo: Wisatawan Ramai, Tapi Mengapa?

Kamis, 1 Mei 2025 - 10:07 WIB

Liburan May Day Singkat? Jelajahi Pulau Merak Kecil, Banten: Rekomendasi Wisata Seru

Kamis, 1 Mei 2025 - 08:43 WIB

Pantai Bulukumba: Panorama Indah, Liburan Akhir Pekan Singkat!

Berita Terbaru

Society Culture And History

Skandal UTBK 2025: Mahasiswa dan Alumni ITB Diduga Lakukan Perjokian!

Kamis, 1 Mei 2025 - 15:51 WIB

Food And Drink

Rayakan May Day: Promo Makanan & Tiket Wahana Menanti!

Kamis, 1 Mei 2025 - 15:47 WIB

entertainment

Raisa Ungkap Pengalaman dan Pandangannya Sebagai Seorang Ambivert

Kamis, 1 Mei 2025 - 15:43 WIB

Family And Relationships

Lisa Mariana Akhirnya Buka Suara: Sakitkah Atalia Saat Ridwan Kamil Diselingkuhi?

Kamis, 1 Mei 2025 - 15:39 WIB