Ragamutama.com – Provinsi Banten, surganya bagi para pencinta alam, menyimpan ragam destinasi wisata alam yang memukau. Di antara keindahan tersembunyi tersebut, Pulau Tinjil hadir sebagai permata bahari yang siap memikat hati setiap pengunjung. Keasrian alamnya, dengan hamparan pasir putih bersih dan gradasi biru air laut yang jernih, sering disandingkan dengan pesona kepulauan tropis kelas dunia seperti Maladewa, menjadikannya pilihan ideal untuk liburan seru bersama keluarga atau sahabat.
Berlokasi di Samudra Hindia, secara administratif termasuk dalam wilayah Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, Pulau Tinjil menawarkan keindahan yang memukau dan keasrian yang terjaga lantaran masih jarang terjamah oleh keramaian wisatawan. Pulau kecil ini memiliki bentuk memanjang dari Timur Laut ke Barat Daya. Morfologi daratannya cenderung datar di bagian timur hingga tengah, namun beralih menjadi lebih kasar dengan adanya bukit-bukit kecil di bagian barat. Sebagian besar lahan di pulau ini ditutupi hutan lebat, diselingi area terbuka di tepi pantai.
Vegetasi yang mendominasi pulau ini meliputi pohon ketapang, melinjo, sawo hutan, dan nipah, menambah nuansa hijau yang kontras dengan birunya laut. Secara geologis, Pulau Tinjil terbentuk dari terumbu karang. Hasil pengukuran geolistrik menunjukkan adanya tiga lapisan batuan: bagian atas berupa lapisan pasir pantai dan batu gamping lapuk, bagian tengah didominasi batu gamping, dan lapisan paling bawah terdiri dari lempung.
Lebih dari sekadar destinasi wisata, Pulau Tinjil memiliki peran penting sebagai lokasi pengembangbiakan alami monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) sejak tahun 1988. Inisiatif ini dimulai dengan introduksi sekitar 520 ekor induk monyet ekor panjang yang berasal dari berbagai wilayah, termasuk Palembang, Jawa Barat, Banten, dan Lampung. Pengelolaan populasi primata ini berada di bawah naungan Pusat Studi Satwa Primata (PSSP) Institut Pertanian Bogor (IPB), yang menjadikan Pulau Tinjil sebagai fasilitas penangkaran, sarana pendidikan, penelitian, dan pelatihan bagi mahasiswa serta staf, baik dari dalam maupun luar IPB yang memiliki minat di bidang primatologi.
Monyet-monyet yang ditangkarkan di pulau ini dipanen untuk dijadikan hewan percobaan dengan kualitas genetis tinggi, mendukung berbagai penelitian baik di dalam maupun luar negeri. Selain monyet ekor panjang, primata lain seperti beruk juga berhasil dikembangbiakkan di sini. Keberadaan program penangkaran ini mengharuskan setiap pengunjung yang ingin menjejakkan kaki di Pulau Tinjil untuk menjalani pemeriksaan kesehatan ketat di Desa Cikiruh Wetan, Kecamatan Cikeusik, sebelum menyeberang. Prosedur ini bertujuan untuk mencegah penularan patogen atau virus berbahaya, seperti tuberkulosis (TBC) dan simian retrovirus (SRV), kepada populasi monyet yang memang dijaga bebas dari penyakit-penyakit tersebut.
Di samping populasi primata, Pulau Tinjil juga menjadi habitat alami bagi biawak. Reptil ini sering terlihat berkeliaran di area hutan, pantai, maupun di sekitar pondok-pondok, menambah kekayaan ekosistem pulau yang terjaga.
Bagi Anda yang tertarik menjelajahi keindahan tersembunyi Pulau Tinjil, disarankan untuk datang dalam rombongan, idealnya sekitar 10 hingga 15 orang. Titik keberangkatan yang paling umum adalah Pelabuhan Binuangen, yang terletak di wilayah Wanasalam, Kabupaten Lebak. Di pelabuhan ini, Anda dapat menyewa perahu nelayan yang siap mengantar Anda menyeberang menuju Pulau Tinjil.
Perjalanan laut dari Pelabuhan Binuangen ke Pulau Tinjil memakan waktu tempuh kurang lebih 2 jam. Meski perjalanan ini terbilang cukup panjang, keindahan alam Pulau Tinjil yang akan menyambut setibanya Anda di sana dijamin akan membayar lunas setiap lelah perjalanan, meninggalkan kesan tak terlupakan akan pesona bahari Banten.