LABUAN BAJO, RAGAMUTAMA.COM – Meskipun jumlah wisatawan yang mengunjungi Labuan Bajo tetap tinggi, tingkat hunian hotel di kawasan tersebut justru mengalami penurunan.
Frans Teguh, Pelaksana Tugas Direktur Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), menjelaskan penyebab fenomena ini.
Ia menyatakan bahwa sebagian besar wisatawan memilih menginap di atas kapal, memanfaatkan layanan live on board.
“Peningkatan jumlah kunjungan ke Labuan Bajo tidak otomatis meningkatkan okupansi hotel di darat. Hampir 90 persen wisatawan menggunakan layanan live on board. Ini menjadi perhatian serius kita,” ungkap Frans kepada wartawan pada Rabu (30/4/2025).
Data menunjukan bahwa dari Januari hingga April 2025, tercatat 49.634 wisatawan mengunjungi Labuan Bajo.
Angka ini sedikit lebih rendah, sekitar satu persen, dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
“Dari jumlah tersebut, hampir 90 persen menginap di atas kapal wisata,” tambahnya.
Meskipun demikian, Frans menilai tren kunjungan wisata tetap positif. Untuk pemerataan dampak positif pariwisata, ia mendorong para operator wisata untuk menawarkan lebih banyak destinasi wisata daratan di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.
“Kita ingin operator wisata tidak hanya menawarkan wisata laut, perlu ada perluasan. Kegiatan wisata harus mencakup destinasi darat, bukan hanya laut saja,” tegasnya.
BPOLBF juga secara aktif mengembangkan pola perjalanan wisata (travel pattern) agar wisatawan memiliki lebih banyak pilihan dalam menjelajahi kekayaan budaya dan alam di wilayah daratan.
Sebelumnya, Bupati Manggarai Barat, Edistasius Endi, menyoroti ketidakseimbangan antara peningkatan jumlah kunjungan wisatawan dengan dampak ekonomi lokal, khususnya okupansi hotel, restoran, dan UMKM.
Pernyataan tersebut disampaikannya saat membuka Muscab DPC Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Manggarai Barat, Rabu (30/4/2025).
“Muscab ini diharapkan menghasilkan rekomendasi agar jumlah kunjungan wisatawan berbanding lurus dengan tingkat hunian hotel, restoran, dan warung UMKM, setidaknya mencapai 75 persen. Jika tidak tercapai, berarti ada yang perlu diperbaiki,” kata Edistasius.
Ia menekankan pentingnya kolaborasi antar pemangku kepentingan pariwisata agar potensi wisata memberikan manfaat optimal bagi perekonomian masyarakat setempat.