Alat Monitoring Gempa di Sidrap Dicuri, BMKG Wanti-wanti Dampak ke Informasi Tsunami

- Penulis

Selasa, 18 Februari 2025 - 09:47 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

RAGAMUTAMA.COM, MAKASSAR – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut kasus pencurian serta perusakan terhadap peralatan monitoring gempa dan peringatan dini tsunami di Desa Buae, Kecamatan Watang Pulu, Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan (Sulsel) bisa berdampak pada keselamatan masyarakat sekitar.

Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan pencurian tersebut sangat merugikan keselamatan masyarakat, karena tanpa sensor gempa yang berfungsi, maka kecepatan dan akurasi BMKG dalam memberikan informasi gempa dan peringatan dini tsunami di Sulsel akan menurun.

Apalagi wilayah ini secara tektonik merupakan daerah rawan gempa karena berada di jalur patahan aktif Sesar Walanae. Berdasarkan laporan Pusat Gempa Nasional, Sesar Walanae di Sulsel bukanlah sesar mikro, melainkan sesar regional yang dapat memicu gempa hingga magnitudo Mw7,1.

Baca Juga : Banten Diguncang Gempa Magnitudo 5,4 Malam Ini

Berdasarkan peta kegempaan, kawasan Teluk Mandar, Pinrang, Rappang, dan Parepare memiliki tingkat aktivitas kegempaan yang sangat tinggi akibat aktivitas Sesar Walanae. Selain gempa bumi, wilayah ini juga berpotensi mengalami dampak ikutan gempa yaitu longsor (landslide), runtuhan batu (rockfall), dan likuifaksi.

Sebagai catatan, wilayah ini pernah diguncang gempa dahsyat berkekuatan Mw6,0 pada 29 September 1997, yang mengakibatkan 16 orang meninggal dunia, 35 orang luka berat, 50 rumah rusak berat, dan lebih dari 200 rumah rusak ringan. 

Baca Juga :  BMKG Waspadai Risiko Tsunami di Sekitar Bandara NYIA Kulonprogo saat Arus Mudik Lebaran 2025

Baca Juga : : BMKG Jamin Anggaran Peringatan Dini, Gempa dan Tsunami Tetap Aman

“Perlu diingat, bahwa wilayah Sulawesi Selatan juga pernah terdampak tsunami dari Teluk Mandar yang dipicu gempa Mw6,3 pada 11 April 1967, menyebabkan 58 orang meninggal dunia,” ungkap Daryono, Senin (17/2/2025).

Dia pun meminta kepada masyarakat untuk tidak melakukan vandalisme, perusakan, atau pencurian peralatan BMKG. Untuk pemerintah daerah, diharapkan bisa ikut berperan dalam mengamankan peralatan yang telah dipasang di lokasi strategis demi kepentingan masyarakat.

Baca Juga : : BMKG: Gempa Magnitudo 7,6 di Karibia Tidak Berpotensi Tsunami di Indonesia

“Dalam situasi dan kondisi saat ini, tidak mudah untuk segera mengganti peralatan yang hilang atau rusak, karena peralatan tersebut menggunakan teknologi canggih dengan biaya yang sangat tinggi,” tambahnya.

Kasus pencurian alat monitoring gempa sendiri terjadi diperkirakan pada 12 Februari 2025 sekitar pukul 23.00 Wita. Pencuri mengambil enam unit aki yang digunakan untuk menghidupkan sensor seismograf serta dua unit panel surya yang terpasang di atas bangunan shelter stasiun SPSI (Sidrap-Indonesia). Kejadian ini merupakan kasus keempat yang terjadi di lokasi yang sama.

Baca Juga :  KAI Jember: Lonjakan Penumpang Mudik Lebaran 2025 Tertinggi!

Pencuri diketahui bahkan membongkar bangunan shelter, masuk ke dalamnya, dan mengambil seluruh baterai (aki) yang berfungsi sebagai sumber daya utama bagi stasiun monitoring gempa. Akibatnya, BMKG terpaksa mencabut seluruh peralatan yang tersisa, termasuk sensor, digitizer, dan peralatan komunikasi, untuk menghindari kerugian lebih besar.

Dalam catatan BMKG, sejak 2015 telah terjadi setidaknya sebanyak 10 kali kasus pencurian dan perusakan terhadap peralatan monitoring gempa dan peringatan dini tsunami yang dikelola BMKG, yaitu:

1. Pada tahun 2015 di Cisompet, Garut, Jawa Barat (2 kali).

2. Pada tahun 2017 di Muara Dua, Sumatera Selatan.

3. Pada tahun 2018 di Manna, Bengkulu.

4. Pada tahun 2022 di Indragiri Hilir, Riau.

5. Pada tahun 2022 di Kluet Utara, Aceh Selatan.

6. Pada tahun 2022 di Sorong, Papua Barat.

7. Pada tahun 2022 di Jambi.

8. Pada tahun 2022 di Sausapor, Tambrauw, Papua Barat.

9. Pada tahun 2024 di Pulau Banyak, Aceh Singkil.

10. Pada tahun 2025 di Sidrap, Sulawesi Selatan (4 kali).

Ilustrasi alat monitoring gempa./alatujigeoteknik.com

Berita Terkait

Atasi Rasa Cemas Berlayar: Tips Liburan Nyaman dengan Kapal Pesiar
Tragis! Sopir Truk Terjebak Macet Priok, Dua Hari Tanpa Kabar Keluarga
Tragedi American Airlines 587: Detik-Detik Sayap Terlepas, Ratusan Nyawa Melayang
Kecelakaan Helikopter New York Hentikan Operasi Penerbangan Wisata
Pelindo Ungkap Pemicu Kemacetan Tanjung Priok: Lonjakan Truk Hampir 100 Persen!
Dramatis di Belize: Warga AS Tikam Tiga Orang, Penumpang Lumpuhkan Pembajak Pesawat
Taman Wijaya Kusuma Buka Malam: Kekhawatiran Warga Soal Keselamatan Anak di Danau
Kontroversi Penggusuran Rempang: Warga Desak Pemerintah Batalkan Rencana Relokasi

Berita Terkait

Senin, 21 April 2025 - 09:24 WIB

Atasi Rasa Cemas Berlayar: Tips Liburan Nyaman dengan Kapal Pesiar

Senin, 21 April 2025 - 05:43 WIB

Tragis! Sopir Truk Terjebak Macet Priok, Dua Hari Tanpa Kabar Keluarga

Senin, 21 April 2025 - 00:51 WIB

Tragedi American Airlines 587: Detik-Detik Sayap Terlepas, Ratusan Nyawa Melayang

Minggu, 20 April 2025 - 22:48 WIB

Kecelakaan Helikopter New York Hentikan Operasi Penerbangan Wisata

Sabtu, 19 April 2025 - 19:59 WIB

Pelindo Ungkap Pemicu Kemacetan Tanjung Priok: Lonjakan Truk Hampir 100 Persen!

Berita Terbaru

sports

Vietnam Cemas! Ferrari Absen Lawan Manchester United

Sabtu, 26 Apr 2025 - 03:55 WIB