Berikut adalah artikel berita yang telah ditingkatkan:
Transformasi Pariwisata Indonesia: Ni Luh Puspa Soroti Pentingnya ‘Quality Tourism’ untuk Masa Depan Berkelanjutan
Wajah pariwisata Indonesia akan mengalami transformasi signifikan. Wakil Menteri Pariwisata, Ni Luh Puspa, baru-baru ini menekankan urgensi pergeseran paradigma, menyoroti bahwa masa depan industri ini tak lagi sekadar soal kuantitas wisatawan, melainkan kualitas dampak yang ditinggalkan melalui pendekatan pariwisata berkualitas atau *quality tourism*.
Memahami Esensi Pariwisata Berkualitas
Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan pariwisata berkualitas? Konsep ini jauh melampaui anggapan umum tentang wisatawan berduit atau destinasi mewah. Pariwisata berkualitas berfokus pada penciptaan pengalaman bernilai tinggi, yang personal, ramah lingkungan, dan berkelanjutan bagi setiap pengunjungnya. Ini adalah tentang bagaimana sebuah destinasi mampu memberikan nilai tambah yang mendalam, bukan hanya sekadar kunjungan sesaat.
Menurut Ni Luh Puspa, para pelancong masa kini semakin cenderung mencari pengalaman yang otentik dan bertanggung jawab. Prioritas mereka beralih ke transportasi rendah emisi, destinasi yang tidak terlalu padat, akomodasi ramah lingkungan, serta interaksi sosial yang sehat dengan masyarakat lokal. Ini semua terangkum dalam prinsip *low touch*, *hygiene*, *less crowd*, dan *low mobility* yang dicanangkan. “Pariwisata berkualitas adalah soal pengalaman menyeluruh, dari lingkungan yang sehat dan nyaman, sampai pada interaksi yang menghargai nilai-nilai lokal,” ujar Ni Luh Puspa dalam rilis yang *Kompas.com* terima belum lama ini.
Keniscayaan Beralih ke Pariwisata Berkualitas
Transformasi menuju pariwisata berkualitas bukan lagi sekadar pilihan, melainkan sebuah keniscayaan yang harus segera diwujudkan. Keseriusan ini tercermin dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029, di mana pemerintah menetapkan pengembangan sektor pariwisata secara berkelanjutan, inklusif, dan adaptif terhadap dinamika global pasca-pandemi sebagai prioritas utama.
Guna merealisasikan visi tersebut, Kementerian Pariwisata telah merancang serangkaian program strategis yang berfokus pada peningkatan kualitas di berbagai lini:
1. Gerakan Wisata Bersih: Meningkatkan kesadaran akan kebersihan dan pengelolaan sampah di destinasi wisata.
2. Tourism 5.0: Mengadopsi digitalisasi untuk pemasaran yang lebih efektif dan terukur, sejalan dengan era teknologi informasi.
3. Pariwisata Naik Kelas: Mengembangkan pariwisata minat khusus seperti *gastro tourism* (kuliner), *marine tourism* (bahari), dan *wellness tourism* (kesehatan), menawarkan pengalaman yang lebih spesifik dan mendalam.
4. Karisma Event Nusantara (KEN): Mendukung penyelenggaraan acara-acara budaya berskala besar yang terbukti memberikan dampak ekonomi signifikan bagi daerah.
5. Pengembangan Desa Wisata: Mengoptimalkan potensi lebih dari 6.000 desa wisata sebagai pilar pemerataan ekonomi dan konservasi budaya lokal.
Dampak Ekonomi Nyata dari Pariwisata Berkualitas
Pengembangan pariwisata berkualitas tak hanya memperkaya pengalaman wisatawan, namun juga terbukti membawa dampak ekonomi yang sangat substansial bagi daerah maupun nasional. Contoh konkretnya terlihat pada Desa Penglipuran di Bali. Destinasi yang dinobatkan sebagai desa terbersih di dunia ini berhasil meraup pendapatan fantastis hingga Rp 24 miliar per tahun.
Sektor *event* budaya juga menunjukkan potensi luar biasa. Penyelenggaraan Pesta Kesenian Bali 2024, misalnya, mampu memutar uang hingga Rp 192,3 miliar hanya dalam sebulan, sekaligus mendongkrak okupansi hotel sebesar 20 persen.
Secara makro, kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan devisa negara sangatlah signifikan. Pada tahun 2024, sektor ini menyumbang Rp 1.118,6 triliun ke PDB nasional. Angka pemulihan pariwisata pun menawan, dengan catatan hampir 14 juta kunjungan wisatawan mancanegara dan lebih dari 1 miliar perjalanan domestik di tahun sebelumnya.
Mengakhiri pernyataannya, Ni Luh Puspa menegaskan bahwa impian mewujudkan pariwisata berkualitas hanya dapat terealisasi melalui kolaborasi multi-pihak yang solid. Pemerintah, pelaku industri, masyarakat, dan dunia akademik harus bahu-membahu menyatukan visi demi tujuan bersama. “Ini adalah sebuah transformasi kolektif. Dan Bali, sebagai denyut nadi utama pariwisata nasional, sangat membutuhkan insan-insan muda berkualitas untuk menjadi pelopor perubahan,” pungkasnya dengan optimis.
Baca juga:
* Pariwisata Berkualitas Jadi Solusi, Bukan Sekadar Aksesori
* Apa Itu Pariwisata Berkualitas yang Sedang Digalakkan Pemerintah?
* Gerakan Wisata Bersih di Kota Tua Jakarta, Wujudkan Pariwisata Berkualitas dan Berdaya Saing Global