Apa Acute Mountain Sickness? Pemicu 2 Pendaki Wanita Alumni SMA Dempo Malang Tewas di Puncak Cartenz

- Penulis

Senin, 3 Maret 2025 - 08:25 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

SURYAMALANG.COM – Informasi seputar apa itu acute mountain sickness (AMS) yang diduga sebagai pemicu dua pendaki wanita asal Malang tewas di Puncak Cartenz banyak dicari. 

Seperti yang diketahui, Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono dua pendaki wanita dilaporkan meninggal dunia dalam pendakian di Puncak Cartenz di Kabupaten Mimika, Papua Tengah, Sabtu (1/3/2025).

Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono merupakan alumni SMA Dempo Malang. 

Menurut keterangan tertulis yang terima dari Kepala Kantor SAR Timika I Wayan Suyatna pada Minggu, penyebab meninggalnya dua pendaki ini diduga karena gejala acute mountain sickness (AMS). 

Lalu, apa itu acute mountain sickness dan bagaimana penanganan yang tepat?

Berikut penjelasan dari Sekretaris Jenderal Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) Rahman Mukhlis terkait AMS dikutip dari Kompas.com.

“AMS memang penyakit ketinggian yang bisa menyerang pendaki saat berada di ketinggian. Biasanya di ketinggian 2.500 meter dari permukaan laut (mdpl) bisa kena,” kata Rahman, Selasa (3/11/2020).

Rahman melanjutkan, gejala AMS ringan meliputi sakit kepala, mual dan pusing, kehilangan nafsu makan, kelelahan, sesak napas, tidur terganggu, dan lemas untuk bergerak.

Biasanya, penyakit yang tidak bisa diprediksi dan dapat menyerang pendaki ini terjadi karena beberapa faktor.

“Perbedaan ketinggian, kecepatan pendakian, dan daya tahan tubuh. Tubuh harus sehat dan teraklimatisasi untuk mencegah terjadinya AMS,” ungkap Rahman.

Lantas, apa yang bisa dilakukan jika ada teman pendaki yang terkena gejala AMS?

  • Lakukan pendampingan

 Hal pertama yang wajib dilakukan adalah mendapingi pendaki yang terkena AMS. Rahman mengatakan, AMS terjadi karena tubuh belum terbiasa dengan ketinggian.

 “Harus ada pendampingan, tidak boleh sendiri. Lebih cepat dibawa ke bawah, lebih baik. Percepat kondisi agar stabil,” ujar Rahman.

  • Atur tempo pendakian

Selanjutnya, pengaturan tempo pendakian merupakan hal yang penting. Hal ini untuk menyesuaikan dengan daya tahan tubuh untuk mencegah rasa cepat lelah.

Baca Juga :  Apa Tugas dan Fungsi Ditjen Migas di Kementerian ESDM?

Ada baiknya saat mendaki jangan terlalu cepat. 

Tempo juga diatur saat membawa pendaki yang terkena AMS karena daya tahan tubuhnya yang sudah mulai menurun.

  • Segera bawa turun

Bagi pendaki yang terlihat sudah mulai menunjukkan gejala AMS, Rahman menyarankan agar mereka segera dibawa turun.

“Kalau dia bisa bergerak, dibawa turun. Jangan dipaksa untuk naik karena AMS bisa berlanjut,” pungkas Rahman.

Dia mengungkapkan, saat ini sudah tersedia obat-obatan bagi para pendaki yang mengalami AMS.

 Namun, dia tidak menyarankan penggunaannya.

Menurut Rahman, cara terbaik dalam menangani AMS dalah dengan segera dibawa turun, serta beri banyak air putih dan asupan makanan yang memadai.

Seperti diberitakan sebelumnya, dua orang yang meninggal dunia yakni Elsa Laksono, pendaki perempuan asal Malang, Jawa Timur, kelahiran tahun 1965. 

Ia dinyatakan meninggal dalam perjalanan turun dari Puncak Cartenz akibat gejala AMS dan telah dievakuasi ke RSUD Timika. 

Satu pendaki lainnya yang meninggal dunia adalah Lilie Wijayanti Poegiono, dilaporkan meninggal karena gejala serupa dengan Elsa, tetapi belum dievakuasi. 

Dua orang yang dinyatakan selamat, yakni Indira Alaika dan Saroni, juga mengalami gejala AMS. Mereka berhasil dievakuasi ke Timika. 

Berikut data para pendaki yang melakukan pendakian Puncak Cartenz Pyramid, termasuk korban meninggal dunia, menurut informasi dari Kantor Pencarian dan Pertolongan Timika:

1. Fiersa Besari

2. Indira Alaika

3. Furki

4. Elsa Laksono (meninggal dunia) 

5. Lilie Wijayanti Poegiono (meninggal dunia) 

6. Saroni 

7. Ludy Hadiyanto

8. WNA Turki

9. WNA Turki

10. WNA Rusia

Guide:

1. Nurhuda

2. Alvin Perdana

3. Arlen Kolinug

4. Jeni Dainga 

5. Ruslan

Identitas Korban Meninggal

Lilie Wijayanti Poegiono

Lilie Wijayanti Pogieono lahir di Malang, 2 Oktober 1965.

Perempuan berusia 59 tahun itu dikenal sebagai pemilik akun Instagram @mamakpendaki.

Dalam kesehariannya, Lilie merupakan seorang perancang busana melalui usaha bisnis bernama La Belle Femme (LBF).

Baca Juga :  Mobil Pikap dan 16 Unit Sepeda Listrik Menghitam, Ludes Jadi Bangkai di Tol Gempol-Pasuruan

Lilie mengenal Elsa Laksono sejak duduk di bangku SMP.

Dua sahabat ini pun memiliki kegemaran yang sama, yakni gunung.

Mereka mulai mendaki bersama pada usia 18 tahun untuk menaklukkan Gunung Bromo.

“Persahabatan kami terputus tanpa kabar berita.”

“Aku melanjutkan kuliah dan karier di Telkom dan Elsa melanjutkan kuliah Kedokteran Gigi di Jakarta.”

“Karena itulah dia dinamai Mamak Gigi.”

“Komunikasi terbatas dan hubungan terputus,” tutur Lilie dalam konten Instagram-nya.

Dia telah mendaki sekitar 30 gunung, termasuk Gunung Merbabu, Manglayang, Slamet, Burangrang, Kelud, Cartenz, Kerinci, Semeru, Rinjani, Bukit Raya, Latimojong, dan Binaiya.

Sebelum mendaki Puncak Cartenz, Lilie sempat mengunggah video momen persiapannya memilih pakaian untuk mendaki.

Lilie dan Elsa berangkat menuju puncak Gunung Cartenz pada Jumat (28/2/2025) pukul 04.00 WIT bersama rombongan berisi 20 pendaki, seperti diberitakan Kompas.id, Minggu (2/3/2025).

Seluruh pendaki mencapai puncak Gunung Cartenz pada Sabtu (1/3/2025).

Saat mereka turun ke Lembah Kuning, cuaca buruk berupa hujan deras disertai salju dan angin kencang tiba-tiba melanda.

Kondisi ini menyebabkan lima pendaki mengalami hipotermia.

Lilie dan Elsa kemudian dinyatakan meninggal, sementara tiga pendaki lainnya berhasil diselamatkan.

Elsa Laksono

Elsa Laksono merupakan pendaki perempuan asal Malang, Jawa Timur yang lahir pada 24 Juli 1965.

Dia dikenal sebagai Mamak Gigi yang mengelola akun Instagram @explorewithelsa.

Elsa dan Lilie Wijayanti sama-sama alumni SMA Dempo Malang angkatan 1984.

Perempuan 59 tahun ini berprofesi sebagai dokter gigi, sehingga kerap dipanggil Mamak Gigi.

Sejak muda, Elsa memiliki kecintaan terhadap alam.

Dia diketahui telah mendaki Gunung Sumbing, Papandayan, Slamet, dan Mahameru.

Bersama Lilie, Elsa juga diketahui pernah mendaki gunung tertinggi di dunia Gunung Everest, Nepal pada 2019.

Sayangnya, Elsa mengembuskan napas terakhir dalam perjalanan turun dari Puncak Cartenz akibat hipotermia.

Berita Terkait

Atasi Rasa Cemas Berlayar: Tips Liburan Nyaman dengan Kapal Pesiar
Tragis! Sopir Truk Terjebak Macet Priok, Dua Hari Tanpa Kabar Keluarga
Tragedi American Airlines 587: Detik-Detik Sayap Terlepas, Ratusan Nyawa Melayang
Kecelakaan Helikopter New York Hentikan Operasi Penerbangan Wisata
Pelindo Ungkap Pemicu Kemacetan Tanjung Priok: Lonjakan Truk Hampir 100 Persen!
Dramatis di Belize: Warga AS Tikam Tiga Orang, Penumpang Lumpuhkan Pembajak Pesawat
Taman Wijaya Kusuma Buka Malam: Kekhawatiran Warga Soal Keselamatan Anak di Danau
Kontroversi Penggusuran Rempang: Warga Desak Pemerintah Batalkan Rencana Relokasi

Berita Terkait

Senin, 21 April 2025 - 09:24 WIB

Atasi Rasa Cemas Berlayar: Tips Liburan Nyaman dengan Kapal Pesiar

Senin, 21 April 2025 - 05:43 WIB

Tragis! Sopir Truk Terjebak Macet Priok, Dua Hari Tanpa Kabar Keluarga

Senin, 21 April 2025 - 00:51 WIB

Tragedi American Airlines 587: Detik-Detik Sayap Terlepas, Ratusan Nyawa Melayang

Minggu, 20 April 2025 - 22:48 WIB

Kecelakaan Helikopter New York Hentikan Operasi Penerbangan Wisata

Sabtu, 19 April 2025 - 19:59 WIB

Pelindo Ungkap Pemicu Kemacetan Tanjung Priok: Lonjakan Truk Hampir 100 Persen!

Berita Terbaru

Family And Relationships

Lisa Mariana: Perjuangan Naik 60Kg, Insecure, dan Kembali Langsing?

Kamis, 1 Mei 2025 - 05:48 WIB