Worldcoin: Jual Data Retina Berbahaya? Ini Fakta Lengkapnya!

Avatar photo

- Penulis

Senin, 5 Mei 2025 - 21:39 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ragamutama.com – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah mengambil langkah tegas dengan menangguhkan sementara izin operasional Tanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik (TDPSE) yang dimiliki oleh platform Worldcoin dan WorldID.

Seperti yang dilaporkan oleh RAGAMUTAMA.COM pada hari Senin, 5 Mei 2025, Direktur Jenderal Pengendalian Ruang Digital Kominfo, Alexander Sabar, menyampaikan bahwa penangguhan ini diberlakukan sebagai tindakan preventif untuk meminimalkan potensi risiko yang mungkin timbul bagi masyarakat luas.

Keputusan penangguhan ini diambil menyusul serangkaian laporan yang diterima dari masyarakat terkait aktivitas yang dinilai mencurigakan dan berkaitan erat dengan layanan digital yang ditawarkan oleh Worldcoin dan WorldID.

Salah satu poin yang menjadi sorotan utama dari layanan Worldcoin dan WorldID adalah persyaratan yang mengharuskan pengguna untuk menjalani proses identifikasi digital melalui pemindaian data retina mata.

Sejumlah besar masyarakat dilaporkan bersedia untuk berpartisipasi dalam proses pemindaian retina ini karena iming-iming kompensasi berupa uang tunai yang berkisar antara Rp 300.000 hingga Rp 500.000.

Namun, pertanyaan mendasar yang muncul adalah, apa sebenarnya teknologi pemindaian retina yang digunakan oleh Worldcoin dan WorldID?

Seberapa aman teknologi ini untuk digunakan? Dan seberapa besar potensi risiko yang mungkin timbul jika terjadi penyalahgunaan data?

Pemindaian retina: Serupa dengan sidik jari?

Ragamutama.com menghubungi pakar keamanan siber dari Vaksin.com, Alfons Tanujaya, pada hari Senin, 5 Mei 2025, untuk mendapatkan wawasan lebih mendalam mengenai isu ini.

Menurut Alfons, pemindaian retina adalah proses pengambilan gambar detail retina mata menggunakan perangkat kamera khusus, yang kemudian digunakan sebagai metode identifikasi unik bagi setiap individu.

“Pada dasarnya, ini mirip dengan sidik jari, tetapi yang diidentifikasi adalah pola unik pada retina mata,” jelas Alfons.

Kekhawatiran terhadap Pemindaian Retina: Apakah Berlebihan?

Alfons menekankan bahwa inti dari keamanan data terletak bukan pada jenis data biometrik yang dikumpulkan, melainkan pada bagaimana data tersebut dikelola dan diamankan.

“Faktor terpenting dalam menjaga keamanan data adalah bagaimana pengelola data biometrik menerapkan langkah-langkah pengamanan yang efektif,” tegas Alfons.

Baca Juga :  Rahasia Kotor di Balik Tangkapan Layar Saldo Puluhan Juta

Alfons kemudian memberikan penjelasan rinci mengenai bagaimana data retina biasanya disimpan secara digital.

“Data retina disimpan dalam format digital yang terenkripsi, kemudian dipecah menjadi beberapa bagian dan disimpan di server yang berbeda,” jelas Alfons.

Untuk dapat mengakses dan membobol data ini, seseorang harus memiliki akses ke beberapa server sekaligus dan berhasil memecahkan sistem enkripsi yang kompleks.

“Data iris mata disimpan dalam bentuk digital yang terenkripsi. Data ini kemudian dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil dan disimpan di server yang terpisah-pisah,” lanjutnya.

Namun, seperti halnya sistem digital lainnya, teknologi pemindaian retina tetap memiliki potensi risiko penyalahgunaan data, bahkan jika dilakukan oleh perusahaan besar.

“Jika World.ID berniat untuk menyalahgunakan data, tentu saja ada kemungkinan. Sama halnya dengan Google, Meta, atau Microsoft. Apakah mereka bisa menyalahgunakan data? Ya, tentu saja bisa. Risikonya sebanding dengan besarnya data yang disalahgunakan,” jelas Alfons.

Alfons justru berpendapat bahwa kekhawatiran terhadap teknologi pemindaian retina mungkin sedikit berlebihan, mengingat masyarakat saat ini secara sukarela memberikan data pribadi yang berharga ke berbagai platform, seperti Google Maps, Waze, Meta, dan layanan cloud.

“Data pengguna Google Maps dan Waze sangat berharga dan berpotensi berbahaya jika bocor atau disalahgunakan. Namun, kita cenderung tenang-tenang saja,” kata Alfons.

“Mengapa? Karena manfaat yang kita peroleh sangat besar dan data tersebut dikelola oleh perusahaan yang cukup bertanggung jawab,” imbuhnya.

Potensi Manfaat Teknologi Pemindaian Retina

Alfons kemudian menjelaskan potensi manfaat besar yang dapat diperoleh jika WorldID, dengan teknologi pemindaian retinanya, dikelola dengan baik dan bertanggung jawab.

“Sistem identifikasi yang akurat ini dapat membantu memecahkan banyak masalah yang ada di Indonesia,” jelas Alfons.

Berikut adalah beberapa manfaat potensial yang dapat diperoleh jika teknologi pemindaian retina diterapkan secara luas:

  1. Mencegah Penyalahgunaan Bot

Penyalahgunaan bot sering kali terjadi di Indonesia, terutama dalam konteks pembelian tiket secara online.

Baca Juga :  OpenAI Raih Pendanaan Fantastis 40 Triliun Rupiah, Ungguli Startup Lain

“Contohnya adalah saat war tiket. Selama ini, dalam setiap war tiket online, pemenangnya biasanya adalah mereka yang memiliki koneksi internet super cepat dan menggunakan banyak bot,” jelas Alfons.

Dengan sistem yang diterapkan oleh WorldID, yang menggunakan pemindaian retina, bot-bot tersebut tidak akan dapat beroperasi karena akan terdeteksi oleh sistem.

“Hal yang sama berlaku untuk akun-akun bot buzzer yang sering disalahgunakan untuk tujuan negatif,” jelas Alfons.

Akun bot biasanya digunakan untuk menciptakan kesan palsu bahwa banyak orang memiliki pendapat yang sama, padahal sebenarnya hanya dikendalikan oleh segelintir orang saja.

“Penerapan teknologi pemindaian retina dapat mencegah hal ini,” pungkas Alfons.

  1. Mencegah Pencurian Identitas

Alfons berpendapat bahwa sistem yang ada pada WorldID dapat membantu mencegah penyalahgunaan identitas.

“Satu individu akan terdeteksi jika mencoba membuat KTP, SIM, atau paspor lebih dari satu kali, meskipun orang tersebut telah mengganti nama dan identitas,” jelas Alfons.

Meskipun seseorang telah mengganti nama dan identitas, data biometriknya akan tetap terdeteksi sama oleh sistem.

“Ini sangat berguna dalam mencegah penyalahgunaan identitas, seperti pemalsuan dokumen,” jelas Alfons.

Apakah Teknologi Pemindaian Retina Perlu Didukung?

Alfons menjelaskan bahwa teknologi pemindaian retina yang diterapkan oleh WorldID akan sangat bermanfaat jika dikelola dengan baik dan bertanggung jawab.

Menurut Alfons, potensi bahaya tidak berasal dari teknologinya itu sendiri, melainkan dari pengawasan dan regulasi yang lemah.

Oleh karena itu, ia menyarankan agar pemerintah Indonesia tidak serta-merta menolak teknologi ini.

“Pemerintah dapat meminta perusahaan seperti Worldcoin untuk menyimpan data biometrik warga Indonesia di dalam negeri sehingga lebih mudah diawasi,” saran Alfons.

Alfons berpendapat bahwa pemerintah Indonesia seharusnya memberikan kesempatan, dengan syarat sistem ini mematuhi regulasi lokal dan diaudit oleh lembaga independen.

“Jika pengelolaan datanya transparan, diaudit oleh lembaga independen, dan memenuhi standar keamanan yang ketat, seharusnya diberi kesempatan,” jelas Alfons.

Berita Terkait

Headlamp Bi-LED Canggih: Kontrol Penuh Pencahayaan Mobil dari Ponsel Anda!
Waspada! Apple Kirim Peringatan Spyware ke Pengguna iPhone di Indonesia
Update Harga HP Xiaomi Terbaru Mei 2025: Poco, Redmi, Xiaomi Unggulan
Indonesia Siap Kembangkan 333 GW Energi Terbarukan: Peluang Investasi?
Samsung Galaxy A: Daftar HP yang Tidak Kebagian Update Android 15
iPhone 12 di 2025: Worth It atau Tidak? Cek Dulu!
WhatsApp Error? 10 Tips Ampuh Atasi Pesan Telat Masuk!
TikTok Didenda Rp 9,8 Triliun: Pengiriman Data Pengguna ke China Terungkap

Berita Terkait

Senin, 5 Mei 2025 - 21:39 WIB

Worldcoin: Jual Data Retina Berbahaya? Ini Fakta Lengkapnya!

Senin, 5 Mei 2025 - 20:11 WIB

Headlamp Bi-LED Canggih: Kontrol Penuh Pencahayaan Mobil dari Ponsel Anda!

Senin, 5 Mei 2025 - 18:27 WIB

Waspada! Apple Kirim Peringatan Spyware ke Pengguna iPhone di Indonesia

Senin, 5 Mei 2025 - 17:31 WIB

Update Harga HP Xiaomi Terbaru Mei 2025: Poco, Redmi, Xiaomi Unggulan

Senin, 5 Mei 2025 - 17:07 WIB

Indonesia Siap Kembangkan 333 GW Energi Terbarukan: Peluang Investasi?

Berita Terbaru

finance

Net TV: Penyebab Penurunan Pendapatan Iklan Terungkap!

Selasa, 6 Mei 2025 - 00:59 WIB