Studi Ungkap: Konsumsi Makanan Ultra-Olahan Tingkatkan Risiko Kematian Dini

Avatar photo

- Penulis

Minggu, 4 Mei 2025 - 14:04 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sebuah studi dari delapan negara, termasuk Inggris dan Amerika Serikat, menunjukkan bahwa konsumsi berlebihan makanan ultra-olahan (ultra-processed food, UPF) berpotensi meningkatkan risiko kematian dini.

Makanan olahan seperti daging olahan, biskuit, minuman ringan berkarbonasi, es krim, dan beberapa jenis sereal sarapan, kini semakin umum dijumpai dalam pola makan global.

Ciri khas UPF adalah komposisinya yang sering kali melibatkan lebih dari lima bahan – seringkali bukan bahan yang umum digunakan dalam masakan rumahan – termasuk aditif, pemanis, dan bahan kimia yang berfungsi meningkatkan tekstur atau tampilan makanan.

Para ahli masih berupaya mengidentifikasi komponen spesifik dalam UPF yang berkontribusi pada masalah kesehatan. Beberapa bukti mengarah pada keterkaitan antara gangguan kesehatan dengan proses pengolahan makanan itu sendiri, sementara faktor lain mungkin melibatkan kandungan lemak, garam, dan gula yang tinggi dalam makanan tersebut.

Misteri ‘Bahan Tambahan Kimia’

Para peneliti di balik studi yang dipublikasikan dalam American Journal of Preventive Medicine, mengacu pada penelitian sebelumnya untuk mengevaluasi dampak konsumsi makanan ultra-olahan terhadap risiko kematian.

Penting untuk dicatat bahwa studi ini tidak dapat membuktikan secara definitif bahwa UPF secara langsung menyebabkan kematian dini.

Hal ini disebabkan oleh kompleksitas faktor-faktor yang saling terkait, termasuk pola makan secara keseluruhan, tingkat aktivitas fisik, gaya hidup yang lebih luas, dan status sosioekonomi, yang semuanya memainkan peran penting dalam kesehatan individu.

Studi ini mengumpulkan data dari survei yang menganalisis pola makan dan data kematian di delapan negara, yakni Australia, Brasil, Kanada, Chili, Kolombia, Meksiko, Inggris, dan Amerika Serikat.

Laporan tersebut memperkirakan bahwa di Inggris dan Amerika Serikat – di mana UPF menyumbang lebih dari separuh asupan kalori – sekitar 14% kematian dini dapat dikaitkan dengan potensi dampak negatif UPF.

Di negara-negara seperti Kolombia dan Brasil, di mana konsumsi UPF secara signifikan lebih rendah (kurang dari 20% asupan kalori), penelitian ini memperkirakan bahwa UPF terkait dengan sekitar 4% kematian dini.

Baca Juga :  5 Olahraga Yang Baik Untuk Kesehatan Jantung

Dr. Eduardo Nilson, penulis utama studi dari Brasil, menjelaskan bahwa UPF memengaruhi kesehatan “karena perubahan pada makanan selama pemrosesan industri dan penggunaan bahan sintetis, termasuk pewarna, perasa dan pemanis buatan, pengemulsi, dan berbagai zat tambahan dalam prosesnya.”

Berdasarkan perhitungan mereka, pada tahun 2018, sekitar 124.000 kematian dini di AS dikaitkan dengan konsumsi makanan ultra-olahan. Di Inggris, angka ini mencapai hampir 18.000.

Studi ini merekomendasikan agar pemerintah memperbarui kampanye nutrisi mereka untuk mendorong masyarakat agar mengurangi konsumsi jenis makanan ini.

Namun, panel ahli khusus mengenai nutrisi dari pemerintah Inggris baru-baru ini menyatakan bahwa tidak ada bukti yang kuat yang menunjukkan hubungan langsung antara cara makanan diproses dan kesehatan yang buruk.

Apa Sebenarnya Makanan Ultra-Olahan Itu?

Meskipun tidak ada definisi universal yang disepakati, klasifikasi NOVA sering digunakan. Contoh umumnya termasuk:

  • Kue, pastry, dan biskuit
  • Keripik kentang
  • Roti yang dijual di supermarket
  • Sosis, burger, hot dog
  • Sup instan, mie instan, dan makanan penutup instan
  • Nugget ayam
  • Makanan olahan dari ikan (fillet ikan beku, dll.)
  • Yoghurt buah dan minuman buah olahan
  • Margarin dan olesan
  • Susu formula bayi

Beberapa Pertanyaan yang Masih Belum Terjawab

Angka-angka yang dilaporkan dalam studi ini didasarkan pada pemodelan dampak makanan ultra-olahan terhadap kesehatan masyarakat.

Profesor emeritus bidang statistik terapan dari Open University, Kevin McConway, menekankan bahwa penelitian ini melibatkan serangkaian asumsi matematis yang perlu diinterpretasikan dengan hati-hati.

“Masih belum sepenuhnya jelas apakah konsumsi UPF selalu merugikan kesehatan, atau komponen spesifik UPF mana yang mungkin berperan dalam masalah ini.”

“Implikasinya adalah bahwa sulit bagi satu studi untuk menentukan secara pasti apakah perbedaan kematian antara individu yang mengonsumsi UPF dalam jumlah berbeda disebabkan secara langsung oleh perbedaan konsumsi UPF mereka.”

“Dari jenis penelitian ini, kita belum bisa memastikan hubungan sebab-akibat.”

Dr. Nerys Astbury, seorang ahli diet dan obesitas di University of Oxford, juga mengakui adanya batasan dalam penelitian ini.

Sudah menjadi pemahaman umum bahwa makanan dengan kandungan energi, lemak, dan gula yang tinggi dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit, seperti diabetes tipe 2, obesitas, penyakit jantung, dan beberapa jenis kanker, yang berpotensi menyebabkan kematian dini.

“Banyak UPF cenderung memiliki kadar nutrisi-nutrisi ini yang tinggi,” katanya, sambil menambahkan bahwa penelitian hingga saat ini belum mampu membuktikan bahwa efek UPF disebabkan oleh faktor lain selain “pola makan tinggi makanan padat energi yang mengandung lemak dan gula dalam jumlah besar.”

Dr. Stephen Burgess dari Cambridge University menyatakan bahwa jenis penelitian ini tidak dapat membuktikan bahwa konsumsi makanan ultra-olahan berbahaya.

Tingkat kebugaran fisik seseorang mungkin menjadi faktor utama yang berkontribusi pada kesehatan yang buruk. Namun, dengan banyaknya studi di berbagai negara dan budaya yang menunjukkan potensi risiko UPF bagi kesehatan, Dr. Burgess menegaskan bahwa “makanan ultra-olahan tidak boleh dianggap enteng.”

Federasi Makanan dan Minuman, yang mewakili para produsen, berpendapat bahwa istilah ‘makanan ultra-olahan’ “menciptakan stigma negatif terhadap makanan yang sebenarnya dapat membantu orang untuk mengonsumsi diet seimbang yang sehat, seperti yoghurt, saus pasta, atau roti.”

Federasi tersebut juga menekankan bahwa semua zat aditif yang digunakan oleh produsen makanan telah disetujui oleh Badan Standar Makanan, yang menjamin keamanan makanan dan minuman untuk dikonsumsi.

  • Apakah makanan fermentasi seperti kimchi benar-benar baik untuk kita?
  • Program Makan Bergizi Gratis Prabowo – Apa itu susu ikan dan mengapa memicu polemik?
  • Makin banyak anak muda mengidap kanker – Apa penyebab dan gejalanya?
  • Konsumsi gula berlebihan, pasien cuci darah menyesal ‘setiap hari minum kopi dan teh kemasan’
  • Kasus diabetes anak meningkat ‘sangat mengkhawatirkan’, imbas makanan-minuman manis ‘mudah dijangkau’ – ‘regulasi belum cukup melindungi,’ kata peneliti
  • Obat diabetes Ozempic dipakai sebagai penurun berat badan dan dijual bebas di toko online, apakah berbahaya?

Berita Terkait

Sebelum Lari, Periksa Jantung Anda Dulu: Saran Penting dari Dokter Spesialis
Lari Aman: Tips Dokter Cegah Henti Jantung Mendadak Saat Berolahraga
Bali Berpotensi Jadi Pusat Wisata Kesehatan Holistik Dunia
Panduan Lengkap Scuba Diving di Surabaya: Sertifikasi, Tren, dan Keunikannya
Olahraga Berlebihan? Kenali Batas Aman dan Cara Mengukurnya Menurut Dokter
10 Makanan Terbaik untuk Pendukung Gaya Hidup Aktif dan Sehat
Bimbim Slank Tabah, Bunda Iffet Dihantar ke Pemakaman Keluarga
BPJS Kesehatan: Daftar Lengkap Operasi yang Dicover dan Dikecualikan

Berita Terkait

Minggu, 4 Mei 2025 - 14:04 WIB

Studi Ungkap: Konsumsi Makanan Ultra-Olahan Tingkatkan Risiko Kematian Dini

Minggu, 4 Mei 2025 - 11:03 WIB

Sebelum Lari, Periksa Jantung Anda Dulu: Saran Penting dari Dokter Spesialis

Minggu, 4 Mei 2025 - 01:55 WIB

Lari Aman: Tips Dokter Cegah Henti Jantung Mendadak Saat Berolahraga

Jumat, 2 Mei 2025 - 14:11 WIB

Bali Berpotensi Jadi Pusat Wisata Kesehatan Holistik Dunia

Rabu, 30 April 2025 - 07:43 WIB

Panduan Lengkap Scuba Diving di Surabaya: Sertifikasi, Tren, dan Keunikannya

Berita Terbaru

Uncategorized

Liburan Musim Panas Seru: 7 Tips Hemat & Anti Bosan!

Minggu, 4 Mei 2025 - 19:12 WIB

sports

SDN Kalisari 01 Jakarta Juara MilkLife Soccer Challenge!

Minggu, 4 Mei 2025 - 18:59 WIB