Angka kematian akibat stroke yang tinggi di Indonesia masih menjadi tantangan serius bagi sektor kesehatan masyarakat. Hal ini kerap diperparah oleh keterlambatan penanganan, yang utamanya disebabkan oleh minimnya kesadaran publik terhadap gejala awal stroke serta krusialnya kecepatan respons.
Menurut dr. Firman Pribadi, M.Si., seorang dosen dari Program Magister Administrasi Rumah Sakit (MARS) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), stroke adalah kondisi gawat darurat medis yang menuntut penanganan segera. Kerusakan otak dapat terjadi dengan cepat, bahkan dalam hitungan menit, sehingga setiap detik sangatlah berharga.
Beliau menegaskan bahwa tingginya angka kematian dan kecacatan akibat stroke di Tanah Air seringkali bukan karena keterbatasan fasilitas atau layanan medis, melainkan akibat minimnya pemahaman masyarakat dalam mengenali dan merespons gejala awal stroke.
Waktu emas penanganan stroke, atau ‘golden period’, sangat krusial, yakni sekitar tiga hingga empat setengah jam sejak gejala pertama muncul. Keterlambatan dalam rentang waktu ini secara signifikan meningkatkan risiko kecacatan permanen atau bahkan kematian, seperti yang disampaikannya, merujuk pada informasi dari laman resmi UMY.
Beliau menambahkan bahwa pengenalan gejala-gejala umum stroke, seperti wajah mencong, bicara pelo (tidak jelas), atau kelemahan pada salah satu sisi tubuh, seharusnya menjadi pengetahuan dasar yang dimiliki setiap individu. Edukasi mengenai hal ini, menurut dr. Firman, tidak dapat semata-mata dibebankan kepada tenaga medis. Sebaliknya, informasi krusial ini perlu disebarluaskan ke seluruh lapisan masyarakat, sehingga deteksi dini stroke dapat dilakukan bahkan sejak di lingkungan terdekat pasien.
Penekanan pada edukasi publik ini bertujuan agar setiap gejala yang muncul dapat dikenali lebih awal, sehingga tindakan medis dapat diambil secepatnya.
Selain itu, Firman juga menyoroti vitalnya koordinasi yang solid antara sistem rujukan, keluarga pasien, dan fasilitas layanan kesehatan. Sinergi ini memastikan penanganan yang komprehensif dan tepat waktu.
Kesalahan fatal yang sering terjadi adalah menunda membawa pasien ke rumah sakit, menunggu hingga kondisinya memburuk. Padahal, dalam kasus stroke, setiap detik adalah penentu. “Webinar ini kami rancang untuk memastikan peserta benar-benar memahami urgensi penanganan stroke yang cepat,” terangnya.
Mengingat stroke dapat menyerang siapa saja, kapan saja, dan di mana saja tanpa pandang bulu, membangun masyarakat yang waspada dan sigap adalah sebuah upaya kolektif. Ini merupakan langkah fundamental dalam menyelamatkan nyawa dan menjaga kualitas hidup individu dari ancaman stroke.