Sektor Barang Konsumsi Tertekan? Ini Strategi Hadapi Tantangan Nilai Tukar dan Daya Beli!

Avatar photo

- Penulis

Minggu, 27 April 2025 - 17:55 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ragamutama.com – JAKARTA. Melemahnya daya beli konsumen menjadi tantangan berat bagi beragam sektor industri, termasuk industri barang konsumsi. Dalam kondisi seperti ini, nilai tukar rupiah yang cenderung mengalami penurunan juga berpotensi memberikan tekanan pada kinerja perusahaan-perusahaan terbuka (emiten) sepanjang tahun ini.

Sektor barang konsumsi diperkirakan akan menjadi salah satu sektor yang cukup tangguh menghadapi pelemahan daya beli, mengingat kebutuhan masyarakat akan produk-produk esensial seperti makanan dan minuman akan selalu ada. 

Namun demikian, Analis Investasi Edvisor Provina Visindo, Indy Naila, berpendapat bahwa permintaan konsumsi masyarakat tetap berpotensi mengalami penurunan, mengingat kondisi ekonomi yang penuh ketidakpastian saat ini.

“Masih terdapat kekhawatiran terkait volatilitas harga komoditas,” ujar Indy kepada Kontan, Sabtu (26/4). 

Dapatkah Program MBG Topang Emiten Sektor Barang Konsumsi? Ini Rekomendasi Sahamnya

Lebih lanjut, Indy menjelaskan bahwa hal tersebut akan berdampak pada biaya bahan baku. Pada akhirnya, margin profitabilitas dan operasional emiten pun akan ikut tertekan. 

Baca Juga :  Wall Street Sepekan: Aksi Jual Saham Teknologi Guncang Pasar

Di sisi lain, Analis Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis, masih meyakini bahwa permintaan terhadap produk makanan dan minuman akan tetap kuat, berdasarkan pada pertumbuhan penjualan tahun lalu. Akan tetapi, ia tidak menyangkal bahwa tekanan terhadap kinerja keuangan emiten pada tahun ini akan tetap ada. 

“Karena adanya pelemahan nilai rupiah, hal ini dapat meningkatkan biaya bagi emiten barang konsumsi,” jelas Abdul kepada Kontan, Jumat (25/4). 

Saat ini, ketidakpastian global yang turut menekan perekonomian dalam negeri secara tidak langsung mempengaruhi kinerja emiten barang konsumsi. Terlebih lagi bagi sejumlah emiten yang telah mengalami kesulitan sejak tahun lalu.

Sebagai contoh, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) mencatatkan kerugian bersih pada kuartal IV 2024 sebesar Rp 119 miliar, yang disebabkan oleh kerugian terkait selisih kurs mata uang asing (forex). Dari sini terlihat bahwa perbedaan kurs antara rupiah dan dolar AS yang semakin melebar menghambat kinerja emiten. 

Baca Juga :  Ini Komitmen Koperasi CU Betang Asi di Tengah Tantangan Ekonomi

Berikut Penyebab Beberapa Sekuritas Revisi Target IHSG Tahun Ini

Sebagai perbandingan, PT Mayora Indah Tbk (MYOR) mencatatkan keuntungan dari selisih kurs mata uang asing (foreign exchange) sebesar Rp 149 miliar sepanjang tahun 2024 karena pendapatan berbasis dolar AS yang tinggi, yaitu 43% dari total penjualan.

Secara keseluruhan, Indy menilai bahwa kinerja emiten barang konsumsi akan dipengaruhi oleh fluktuasi harga akibat ketidakpastian ekonomi yang tinggi, pola daya beli masyarakat, dan kebijakan internal perusahaan. Ia tetap merekomendasikan saham INDF dengan target harga Rp 8.000 per saham.

Sementara itu, Abdul memberikan rekomendasi beli (buy) untuk anak usaha INDF, yaitu PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), dengan target harga Rp 12.350 per saham.

Berita Terkait

Bank DKI Bagi Dividen Rp249,31 Miliar & Siap IPO: Langkah Strategis Menuju Pasar Saham
Sektor Manufaktur China Terkontraksi Signifikan: Data April 2025 Mengkhawatirkan
IHSG Menguat 17,73 Poin, Sentuh 6.766,80: Emas Stabil, Minyak Mentah Melemah
Anjloknya Wall Street: Ekonomi AS Kontraksi di Kuartal Pertama 2025
DHL Investasi Rp37 Triliun Perkuat Logistik Kesehatan Indonesia
Coca-Cola Diboikot: Apa yang Terjadi di Denmark?
Bank DKI Bagi Dividen Jumbo dan Umumkan Rencana IPO
Laba Mayora Indah Melesat: Pendapatan MYOR Kuartal I 2025 Tembus Rp 9,85 Triliun!

Berita Terkait

Kamis, 1 Mei 2025 - 01:36 WIB

Bank DKI Bagi Dividen Rp249,31 Miliar & Siap IPO: Langkah Strategis Menuju Pasar Saham

Kamis, 1 Mei 2025 - 01:23 WIB

Sektor Manufaktur China Terkontraksi Signifikan: Data April 2025 Mengkhawatirkan

Kamis, 1 Mei 2025 - 01:11 WIB

IHSG Menguat 17,73 Poin, Sentuh 6.766,80: Emas Stabil, Minyak Mentah Melemah

Rabu, 30 April 2025 - 23:47 WIB

Anjloknya Wall Street: Ekonomi AS Kontraksi di Kuartal Pertama 2025

Rabu, 30 April 2025 - 23:35 WIB

DHL Investasi Rp37 Triliun Perkuat Logistik Kesehatan Indonesia

Berita Terbaru

entertainment

Joseph Kosinski Garap Film Baru Miami Vice: Kisah Aksi Menegangkan

Kamis, 1 Mei 2025 - 03:31 WIB

technology

iPhone 17 Pro: Rumor Hilangnya Layar Anti-Reflektif, Benarkah?

Kamis, 1 Mei 2025 - 02:31 WIB