Saham TPIA Melambung Tinggi, Chandra Asri Diguyur Investasi Rp13 Triliun dari Danantara & INA untuk Proyek Strategis
JAKARTA – Saham emiten petrokimia terkemuka yang terafiliasi dengan Prajogo Pangestu, PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA), terpantau menguat signifikan di tengah kabar masuknya suntikan investasi jumbo dari dua lembaga pengelola dana abadi, Danantara dan Indonesia Investment Authority (INA). Kemitraan strategis ini diteken untuk membiayai pembangunan pabrik Chlor Alkali–Ethylene Dichloride (CA-EDC) dengan total nilai investasi mencapai US$800 juta atau setara Rp13 triliun.
MoU yang ditandatangani pada 16 Juni 2025 ini menjadi tonggak awal masuknya Danantara dan INA sebagai calon investor strategis dalam proyek vital tersebut. Respons pasar pun positif; saham TPIA melesat 4,29% mencapai Rp10.325 pada sesi pertama perdagangan Selasa (17/6/2025). Performa ini semakin menegaskan penguatan TPIA yang telah mencatatkan kenaikan impresif sebesar 37,67% sejak awal tahun.
Investasi besar ini diarahkan untuk memperkuat kapasitas produksi bahan kimia dasar seperti soda kostik dan *ethylene dichloride* (EDC). Kedua bahan ini merupakan input utama yang krusial bagi berbagai sektor hilir, termasuk pengolahan nikel, pemurnian alumina, serta industri air bersih. Peningkatan produksi ini diharapkan dapat menopang kebutuhan domestik dan mengurangi ketergantungan impor.
Chief Investment Officer Danantara, Pandu Sjahrir, menegaskan bahwa industrialisasi hilir adalah kunci transformatif bagi ekonomi Indonesia. Menurutnya, dengan nilai investasi gabungan US$800 juta, kolaborasi ini akan mendukung sektor industri yang dapat terus berkembang dan mengurangi impor, sekaligus membuka potensi pertumbuhan jangka panjang. “Investasi ini tidak hanya memperkuat ketahanan industri nasional, tetapi juga mengurangi ketergantungan impor atas produk-produk penting seperti soda kostik dan EDC,” ujarnya dalam keterangan resmi.
Proyek ambisius ini akan dijalankan oleh anak usaha Chandra Asri Group, yakni PT Chandra Asri Alkali (CAA), dan dirancang dalam dua fase. Fase *pertama* berfokus pada pembangunan fasilitas dengan kapasitas produksi 400.000 ton soda kostik padat (setara 827.000 ton dalam bentuk cair) dan 500.000 ton EDC per tahun. Sementara itu, pada fase *kedua*, produksi *chlor alkali* akan ditingkatkan, ditambah dengan pengembangan produk turunan berbasis klorin untuk memperluas nilai tambah industri. Saat ini, studi kelayakan sedang berjalan untuk mengevaluasi potensi produk hilir klorin lainnya.
CEO INA, Ridha Wirakusumah, menambahkan bahwa kemitraan ini merupakan cerminan komitmen kuat untuk memperkokoh fondasi industri nasional. Langkah ini bertujuan meningkatkan kapasitas produksi dalam negeri secara signifikan dan mengurangi ketergantungan pada impor. “Dengan menggabungkan kekuatan investor institusi dan pemimpin industri, kami tidak hanya menjawab isu ketahanan pasokan strategis, tetapi juga membangun landasan pertumbuhan industri jangka panjang,” imbuh Ridha.
Dampak ekonomi dari proyek ini sangat signifikan. EDC yang diproduksi tidak hanya akan memenuhi kebutuhan domestik, tetapi juga berpotensi diekspor dengan estimasi devisa mencapai Rp5 triliun per tahun. Di sisi lain, pengurangan impor soda kostik diperkirakan akan menghemat pengeluaran negara hingga Rp4,9 triliun per tahun. Secara lebih luas, proyek ini diharapkan mendorong pengembangan ekosistem industri bernilai tambah tinggi yang berdaya saing global, serta menciptakan lapangan kerja baru melalui hilirisasi berbasis bahan kimia esensial.
Presiden Direktur Chandra Asri Group, Erwin Ciputra, menyambut baik investasi ini, menyebutnya sebagai langkah penting bagi perseroan dalam memperkuat kontribusinya terhadap ketahanan industri nasional. “Masuknya Danantara dan INA secara jelas mencerminkan kepercayaan investor yang tinggi terhadap prospek pertumbuhan industri kimia nasional di masa depan,” pungkas Erwin.
*Disclaimer*: *Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. RAGAMUTAMA.COM tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.*