Rupiah Menguat: Perang Dagang Reda, Ekonomi Indonesia Tumbuh?

Avatar photo

- Penulis

Senin, 5 Mei 2025 - 12:23 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ragamutama.com – , Jakarta – Analis dari Bank Woori, Rully Nova, mengamati penguatan rupiah didorong oleh meredanya ketegangan perang tarif antara Amerika Serikat dan Tiongkok.

“Perkiraan penutupan rupiah hari ini berada di kisaran Rp16.550-Rp16.450, dipengaruhi sentimen global berupa meredanya isu perang tarif. Hal ini seiring dengan sikap Tiongkok yang lebih lunak dan bersedia bernegosiasi dengan AS,” ungkap Rully, seperti dikutip Antara pada Jumat, 2 Mei 2025.

Rully menjelaskan pelonggaran ketegangan dagang tersebut berkat Tiongkok yang lebih terbuka untuk dialog. Ia menilai hal ini disebabkan oleh ketergantungan Tiongkok yang masih signifikan terhadap impor bahan baku dari industri AS.

Lebih lanjut, pertumbuhan ekonomi Tiongkok sangat bergantung pada ekspor, terutama karena sektor properti belum sepenuhnya pulih dari tekanan sebelumnya.

“Perang tarif tidak menghasilkan pemenang, semua mengalami kerugian, baik AS maupun Tiongkok,” tegas Rully.

Ia juga memprediksi terbentuknya hubungan saling menguntungkan antara kedua negara dalam perdagangan dan investasi.

Dari dalam negeri, rilis data inflasi BPS menunjukkan kenaikan 1,17 persen secara bulanan pada April 2025. Angka ini menandai berakhirnya tren deflasi, seiring dengan ekspansi aktivitas ekonomi.

Baca Juga :  Harga Emas Antam Tembus Rp1,9 Juta per Gram, Bagaimana Prospeknya Hari Ini?

“Bank Indonesia masih memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga acuan,” tambahnya.

Berbeda pandangan, Lukman Leong, Analis mata uang dan komoditas dari Doo Financial Futures, memperkirakan pelemahan rupiah terhadap dolar AS. Hal ini menyusul pernyataan Presiden AS, Donald Trump, terkait potensi kesepakatan tarif dengan beberapa negara.

“Rupiah diperkirakan melemah terhadap dolar AS yang menguat secara global, merespons pernyataan Trump mengenai potensi kesepakatan tarif dengan India, Korea, Jepang, dan Tiongkok,” jelasnya.

Kesepakatan dagang tersebut diharapkan dapat meredakan ancaman resesi di AS.

Adam Posen, Presiden Peterson Institute for International Economics (PIIE), baru-baru ini memperkirakan risiko resesi AS mencapai 65 persen, menekankan ketidakpastian kebijakan pemerintah sebagai faktor utama.

Gary Clyde Hufbauer, Peneliti senior nonresiden di PIIE, juga memproyeksikan resesi kemungkinan besar terjadi pada paruh kedua 2025. Prediksi ini didasari oleh melemahnya sentimen konsumen dan meningkatnya ketidakpastian di kalangan pelaku usaha, yang diperkirakan membebani pertumbuhan ekonomi kuartal kedua tahun ini.

Laporan The Kobeissi Letter mencatat kontraksi PDB awal sebesar 0,3 persen pada kuartal I-2025, jauh di bawah ekspektasi pertumbuhan positif 0,3 persen. Ini merupakan penurunan PDB pertama dan terendah sejak kuartal II-2022, mengindikasikan kontraksi ekonomi AS dan resesi sebagai skenario utama tahun 2025.

Baca Juga :  IHSG Diproyeksi Menguat pada Perdagangan Hari Ini (4/2), Saham-Saham Ini Bisa Dilirik

“Fokus investor saat ini lebih tertuju pada perkembangan seputar tarif,” kata Lukman.

Pada pembukaan perdagangan Jumat pagi di Jakarta, rupiah sempat melemah 25 poin (0,15 persen) ke Rp16.602 per dolar AS dari Rp16.577 per dolar AS. Namun, pada penutupan, rupiah menguat signifikan 139 poin (0,84 persen) menjadi Rp16.438 per dolar AS.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang dirilis Bank Indonesia pada Jumat sore juga mencatat penguatan rupiah ke Rp16.493 per dolar AS, naik dari Rp16.679 per dolar AS.

Pada Senin, 5 Mei 2025, nilai tukar rupiah mencapai Rp16.406 per dolar AS, menguat 0,19 persen dari hari sebelumnya. Mayoritas mata uang Asia juga menguat; Baht Thailand (0,15 persen), Ringgit Malaysia (0,35 persen), dan Yen Jepang (0,16 persen).

Pilihan Editor: Nilai Tukar Rupiah Sentuh Rp 17 Ribu Per Dolar AS, Peneliti UII Soroti Penyebab dan Bahayanya

Berita Terkait

Berkshire Hathaway: Kisah Sukses Transformasi Menjadi Raksasa Investasi Dunia
Rupiah Tertekan: Ekonomi RI Melambat, Kurs Sentuh Rp16.455 Senin Ini
Laba Japfa Comfeed Melonjak: Kuartal I-2025 Raih Rp 680 Miliar
Harga Emas Hari Ini: Update Grafik, Antam, Logam Mulia & Pegadaian
Ekonomi Tumbuh 4,87%: Peluang Investasi IHSG Tetap Menarik?
Inflasi Malang Stabil: BI Pantau Harga Tetap Terkendali April Ini
Kinerja KIJA Moncer: Pendapatan Melonjak 87% Tembus Rp 1,29 Triliun di Kuartal I 2025
Indika Energy (INDY) Putuskan Bagi Dividen US$ 5,04 Juta

Berita Terkait

Senin, 5 Mei 2025 - 17:19 WIB

Berkshire Hathaway: Kisah Sukses Transformasi Menjadi Raksasa Investasi Dunia

Senin, 5 Mei 2025 - 16:11 WIB

Rupiah Tertekan: Ekonomi RI Melambat, Kurs Sentuh Rp16.455 Senin Ini

Senin, 5 Mei 2025 - 16:07 WIB

Laba Japfa Comfeed Melonjak: Kuartal I-2025 Raih Rp 680 Miliar

Senin, 5 Mei 2025 - 14:31 WIB

Harga Emas Hari Ini: Update Grafik, Antam, Logam Mulia & Pegadaian

Senin, 5 Mei 2025 - 14:27 WIB

Ekonomi Tumbuh 4,87%: Peluang Investasi IHSG Tetap Menarik?

Berita Terbaru

sports

Chelsea Hancurkan Liverpool dengan Gol Cepat Memukau!

Senin, 5 Mei 2025 - 17:15 WIB