Robert Prevost Kunjungi Papua: Harapan Perdamaian dan Kejutan Sosok Paus

Avatar photo

- Penulis

Sabtu, 10 Mei 2025 - 10:43 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Terpilihnya Kardinal Robert Prevost sebagai Paus Leo XIV, memunculkan harapan di antara umat Katolik bahwa ia akan membawa “angin perubahan” dalam upaya perdamaian di Papua.

Kunjungan Prevost ke Papua dua dekade silam, memberikan kesempatan bagi pria asal Amerika Serikat ini untuk menyaksikan langsung “realitas kehidupan masyarakat dan konteks sosial di Papua,” ungkap seorang pastor dari Papua.

Oleh karena itu, tokoh-tokoh agama yang pernah berinteraksi dengan Robert Prevost pada tahun 2003, menaruh harapan besar pada pernyataan perdana Paus Leo XIV mengenai dialog dan perdamaian, agar dapat diwujudkan di tengah konflik yang masih berlangsung di Papua.

Robert Prevost, yang kini dikenal sebagai Paus Leo XIV, bukanlah figur asing bagi sebagian masyarakat asli Papua. Pada tahun 2003, pria berusia 69 tahun ini mengunjungi tiga wilayah di Papua dan menginap di perkampungan yang hanya dapat dijangkau dengan “pesawat berukuran kecil”.

Ia menghabiskan malam-malamnya di gereja-gereja sederhana yang terletak di Kabupaten Sorong, Kabupaten Maybrat, dan Kabupaten Tambraw.

“Kesan pertama saya saat bersalaman dengan beliau adalah keramahan, kesederhanaan, dan kerendahan hatinya,” tutur Pastor Abuna Markus Mala, yang mengikuti serangkaian kegiatan kunjungan Robert Prevost ketika menjabat sebagai pimpinan tertinggi Ordo Santo Agustinus (OSA).

Kunjungan Robert Prevost ini bertepatan dengan peringatan 50 tahun kehadiran OSA di tanah Papua.

Pastor Markus mengenang, Robert Prevost sempat menyampaikan ceramah di gedung SMA Agustinus, Sorong. “Ceramah tersebut membahas kehidupan Gereja, pandangan politik Agustinus, kehidupan religius, serta pentingnya dialog,” jelasnya.

Namun, kenangan yang paling membekas bagi Pastor Markus—yang kala itu menjalani masa percobaan sebagai calon anggota ordo (novis)—adalah saat ia duduk berdampingan dengan Robert Prevost. Momen ini, menurutnya, mencerminkan “kerendahan hati” seorang pemimpin.

“Meskipun kami hanyalah para novis, kami diberi kesempatan untuk duduk semeja makan dengan beliau, pemimpin tertinggi kami,” imbuhnya.

Setelah kunjungan di Sorong, Prevost melanjutkan perjalanannya ke kampung-kampung di Kabupaten Maybrat dan Tambraw dengan menggunakan pesawat kecil.

“Beliau menginap di pastoran yang sangat sederhana di (Desa) Ayawasi dan juga di pastoran sederhana di (Desa) Senopi,” kenang Pastor Markus.

‘Saya terkejut saat mengetahui bahwa beliau menjadi Paus’

Pastor Floridus Angelus Nadja tidak turut serta dalam kunjungan Robert Prevost di Sorong, Papua, pada tahun 2003. Meski demikian, Paus Leo XIV bukanlah sosok yang asing baginya.

Pastor Nadja mengaku sering bertemu dan berdiskusi dengan Robert Prevost saat menempuh pendidikan di Roma, Italia. Salah satu pertemuan terjadi setelah penerus Santo Petrus ke-267 itu kembali dari Papua.

“Saya sangat terkejut. Saya tidak menyangka dan tidak percaya bahwa beliau yang terpilih menjadi Paus,” ungkapnya.

Menurut Pastor Nadja, Robert Prevost sangat mengagumi Indonesia sebagai negara yang luas dengan “masyarakat yang ramah”.

“Beliau berkata, ‘Ini (Papua) terasa seperti saya berada di luar negeri. Apakah ini Australia? Ternyata masih bagian dari Indonesia.’ Beliau sangat terkejut,” kata Pastor Nadja, mengingat kesan Robert Prevost saat mengunjungi Papua.

Ia menambahkan, saat berkunjung ke Papua, Robert Prevost juga terpesona dengan hutan belantara dan kekayaan alamnya.

“Namun, masyarakatnya masih menghadapi kesulitan, masih hidup dalam kemiskinan di pedalaman, dan masih tertinggal. Beliau berharap agar di masa depan, mereka dapat berkembang dengan baik seiring kemajuan zaman,” ujarnya.

  • Siapakah Robert Prevost, Paus Leo XIV yang baru saja terpilih?
  • Makna di balik pemilihan nama Paus Leo XIV
  • Mengapa Paus mengenakan sepatu merah? Apakah Paus menerima gaji? – Fakta-fakta menarik seputar Paus
Baca Juga :  Prabowo Panggil Gubernur BI Bahas Dampak Kurs Rupiah dan Tarif Impor Trump

Menurutnya, kehadiran Robert Prevost di Papua telah berkontribusi dalam “membuka akses ke wilayah-wilayah terpencil di pedalaman, meningkatkan pendidikan, dan memberikan beasiswa kepada banyak anak Papua untuk melanjutkan pendidikan di kota”.

Upaya ini terus berlanjut hingga saat ini di bawah naungan OSA.

Meskipun kunjungan Robert Prevost di Papua hanya berlangsung selama beberapa hari, Pastor Stevanus Alo meyakini bahwa ia tidak akan melupakan “realitas kehidupan masyarakat dan konteks sosial di Papua”.

Kepala sekolah di SMAS Katolik Villanova Manokwari, yang berada di bawah Yayasan OSA, berharap Paus Leo XIV dapat kembali mengunjungi Papua.

“Setidaknya untuk (mengobati) kerinduan membangun persaudaraan, serta menerjemahkan Injil dalam konteks Papua saat ini. Saya yakin beliau akan merasa tergerak dan terpanggil untuk terus menyerukan keadilan dan hal-hal positif lainnya,” kata Pastor Stevanus.

‘Dialog Jakarta-Papua’

Dalam pidato perdananya di hadapan umat yang berkumpul di Alun-alun Santo Petrus, Vatikan, Paus Leo XIV menyerukan, “Kita harus bersama-sama mencari cara untuk menjadi Gereja yang misioner, Gereja yang membangun jembatan, berdialog, dan selalu terbuka untuk menerima siapa pun. Seperti alun-alun ini, yang terbuka bagi semua orang, bagi mereka yang membutuhkan kasih, kehadiran, dialog, dan cinta kita.”

“Kita ingin menjadi Gereja Sinodal, Gereja yang berjalan bersama, Gereja yang selalu mencari perdamaian, kasih, dan kedekatan, terutama bagi mereka yang menderita,” lanjut Paus Leo XIV.

Pastor Nadja berharap seruan Paus Leo XIV dapat memberikan dampak positif bagi Papua.

“Agar kekerasan dan penggunaan senjata dapat diatasi dan dikurangi. Karena sejak awal, Paus telah menekankan pentingnya perdamaian, perdamaian, dan perdamaian,” ujarnya.

Sementara itu, Pastor Markus menginterpretasikan pernyataan ini sebagai “membawa angin segar bagi Papua” terkait konflik yang selama ini terjadi, dengan harapan Gereja dapat berperan sebagai jembatan dialog perdamaian di Papua.

“Kami berharap akan ada titik terang dalam penyelesaian berbagai masalah di Papua terkait dengan pelanggaran-pelanggaran HAM… Semoga dengan kehadiran Paus yang baru ini, mimpi besar untuk dialog Jakarta-Papua dalam menyelesaikan masalah Papua dapat segera terwujud,” harapnya.

Pengalaman Paus Leo XIV terkait kelompok marginal

Para narasumber BBC News Indonesia meyakini bahwa Paus Leo XIV memiliki pengalaman yang luas terkait kondisi dan nasib masyarakat terpinggirkan dari berbagai belahan dunia.

Paus yang menghabiskan waktunya sebagai misionaris di Peru sejak pertengahan 1980-an itu, mencurahkan perhatiannya pada kaum marginal dan migran di negara Amerika Latin tersebut.

Pemeluk agama Kristen dan Katolik di Pulau Papua mencapai lebih dari 60% dari hampir 6 juta jiwa populasi. Peran Gereja sangat sentral dalam kehidupan masyarakat, bahkan sejak era kolonial Belanda.

Namun, kasus kekerasan di Papua terus berlanjut. Wilayah yang menjadi salah satu tambang emas terbesar di dunia ini, dilanda kasus kekerasan, pelanggaran HAM, dan eksploitasi lingkungan selama bertahun-tahun.

Pada tahun 2024, Komnas HAM mencatat 113 peristiwa terkait HAM di Papua, di mana 85 kasus di antaranya berkaitan dengan konflik bersenjata dan kekerasan. Konflik ini berdampak besar terhadap warga sipil, termasuk korban jiwa, luka-luka, dan pengungsi internal.

Dalam peristiwa baru-baru ini, 17 pendulang emas ilegal dibunuh oleh kelompok milisi pro-kemerdekaan Papua.

Dalam kasus lainnya, delapan guru dan tenaga kesehatan (nakes) dilaporkan menjadi korban serangan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB OPM) di Kabupaten Yahukimo.

Baca Juga :  PROFIL Kepala Daerah Termuda Vinanda Prameswati Curi Perhatian,Anak Perwira Polisi Polda Jawa Timur

Para aktivis, tokoh Gereja, dan akademisi seringkali menyerukan dialog antara Jakarta dan Papua sebagai upaya untuk menghentikan konflik. Namun, pemerintah dan kelompok pro-kemerdekaan Papua belum menemukan titik temu, termasuk dalam menentukan mediator.

Akibatnya, konflik bersenjata antara TNI/Polri dan TPNPB-OPM masih terus berlangsung.

Sebagai cara untuk menyampaikan keprihatinan mengenai konflik di Papua, sejumlah umat Kristen di Papua melakukan aksi ‘Jalan Salib’ di Jakarta dan Jayapura. Jalan Salib ini disebut sebagai bentuk penyampaian suara yang “sudah dibungkam” dan “ruang demokrasi yang sudah tertutup”.

Aksi ini bertepatan dengan kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia. Di Jakarta, petugas kepolisian merebut salib dan poster-poster yang dibawa pengunjuk rasa dalam aksi tersebut.

Saat kunjungan di Indonesia, Paus Fransiskus berbicara tentang perdamaian dan persaudaraan, namun tidak secara spesifik menyinggung Papua.

BBC News Indonesia kembali berbincang dengan Jeeno Alfred Dogomo, yang ikut bergabung dalam aksi Jalan Salib di depan Kedubes Vatikan di Jakarta pada tahun 2024. Menurutnya, terpilihnya Kardinal Robert Prevost sebagai Paus akan membawa dampak positif bagi Papua.

Hal ini dikarenakan Paus Leo XIV memiliki pengalaman kunjungan ke Papua, termasuk pengabdian panjang di Peru, dan seringkali berbicara mengenai masalah kedamaian, kerusakan lingkungan, dan rasisme, kata Jeeno, yang juga merupakan ketua umum Aliansi Mahasiswa Papua.

“Jadi, saya memiliki harapan besar bahwa Bapak Paus Leo akan berbicara mengenai masalah kemanusiaan dan lingkungan yang saat ini semakin masif terjadi di Papua,” harapnya.

Koordinator Front Pemuda Mahasiswa Katolik Papua mengartikan terpilihnya Robert Prevost sebagai Paus sebagai tonggak penting, “Gereja Katolik harus berdiri sebagai gereja yang berpihak kepada masyarakat, lembaga yang berpihak kepada masyarakat kecil”.

Tekanan pada petinggi Gereja perusak alam

Namun, tidak semua petinggi Gereja memiliki sikap seperti itu, kata Jeeno. Dalam sejumlah kasus seperti deforestasi di Merauke dan penggusuran di Nusa Tenggara Timur, justru melibatkan petinggi Gereja.

Saat ini, di Merauke sedang berlangsung pembukaan hutan dan lahan untuk cetak sawah dan perkebunan tebu dalam Proyek Strategis Nasional (PSN). Targetnya mencapai tiga juta hektar.

Sebagian orang asli Papua di Merauke menolak proyek ini karena khawatir hutan mereka rusak dan berdampak pada lingkungan dan kehidupan mereka.

Ketua Forum Perempuan Penjaga Hutan Merauke, Emiliana Ugahiwag Gebze, meyakini bahwa hutan berfungsi sebagai penjaring curah hujan dan mengatur siklus air pada saat musim penghujan.

“Jadi, hutan menahan dan membantu menahan air. Ketika hutan itu rusak, ketika mereka membasmi jenis-jenis tumbuhan tersebut, maka air akan naik, dan kita akan terkena musibah di Merauke seperti itu,” jelas Emiliana.

Di sisi lain, petinggi Gereja Katolik di sana justru mendukung proyek ini.

Emiliana, yang mengaku “100% Katolik”, berharap keberadaan Paus Leo XIV dapat memberikan perubahan terhadap Gereja agar “memahami keberadaan kita sebagai insan manusia yang sudah berada secara turun-temurun di tempat kita”.

Di lokasi lainnya, perusahaan milik Keuskupan Maumere di NTT telah menggusur ratusan rumah masyarakat adat.

“Harus ada tekanan-tekanan dan juga imbauan yang disampaikan, karena Paus ini memang tidak hanya sebagai pimpinan Gereja Katolik, tapi juga sebagai simbol perdamaian umat manusia di muka bumi,” tambah Jeeno.

Berita Terkait

Robert Prevost Jadi Paus, Keluarga Campur Aduk Antara Bangga dan Sedih
Ketua KPK Tegaskan: Tidak Ada Intervensi Dalam Kasus CSR BI!
Rahasia Asap Konklaf: Sains Warna Putih dan Hitam Paus
Uji Coba Vaksin TBC Bill Gates di Indonesia: Kata Pemerintah, Ahli, dan DPR
Reaksi Publik Indonesia Terhadap Paus Leo XIV Terpilih
Cina Harapkan Hubungan Positif dengan Vatikan Usai Pemilihan Paus Leo XIV
Heboh! Paus Leo XIV ke Papua & Mahasiswa ITB Ditahan Karena Meme Pilpres
Hakim MK Ungkap Kejanggalan Gugatan UU TNI: Apa Saja?

Berita Terkait

Sabtu, 10 Mei 2025 - 12:23 WIB

Robert Prevost Jadi Paus, Keluarga Campur Aduk Antara Bangga dan Sedih

Sabtu, 10 Mei 2025 - 12:08 WIB

Ketua KPK Tegaskan: Tidak Ada Intervensi Dalam Kasus CSR BI!

Sabtu, 10 Mei 2025 - 11:15 WIB

Rahasia Asap Konklaf: Sains Warna Putih dan Hitam Paus

Sabtu, 10 Mei 2025 - 10:43 WIB

Robert Prevost Kunjungi Papua: Harapan Perdamaian dan Kejutan Sosok Paus

Sabtu, 10 Mei 2025 - 10:03 WIB

Uji Coba Vaksin TBC Bill Gates di Indonesia: Kata Pemerintah, Ahli, dan DPR

Berita Terbaru

Family And Relationships

Kabar Kehamilan Istri Brian Wong di Usia 58 Tahun Picu Kekhawatiran Preeklamsia

Sabtu, 10 Mei 2025 - 14:39 WIB

entertainment

Nadine Chandrawinata Ajak Keluarga Seru Nonton CoComelon di Jakarta!

Sabtu, 10 Mei 2025 - 14:03 WIB