“Liburan bukanlah pelarian; melainkan kesempatan berharga untuk mempererat ikatan dengan orang-orang terkasih dan membangun hubungan yang lebih kuat.” — Boris Johnson
Selama empat tahun terakhir, keluarga kecil saya menjalani tradisi sederhana namun bermakna: liburan tiga bulanan ke destinasi wisata lokal di Malang.
Kami menyebutnya “petualangan hemat”, namun bagi kami, ini jauh lebih berarti daripada sekadar liburan murah. Ini adalah cara kami merayakan kehidupan dengan sederhana, terencana, penuh sukacita, dan sarat makna.
Liburan kami kini berbeda dengan masa suami masih ada. Dulu, kami dapat menjelajahi tempat wisata jauh, menikmati wahana hiburan di Jatim Park, Museum Angkut, Taman Safari Prigen, Transmart Studio, Eco Green Park, dan banyak lagi.
Setelah kepergian suami, dengan anak-anak yang masih kecil, kami hanya mengunjungi alun-alun kota Malang atau Batu, taman-taman rakyat, atau bermain di area bermain di mal.
Kini, memasuki masa remaja anak-anak, saya lebih memprioritaskan kesenangan mereka. Saya memberi mereka kesempatan memilih destinasi liburan yang sesuai selera, tentunya dengan tetap memperhatikan anggaran keluarga.
Kami tetap menjaga keseruan liburan dengan “petualangan hemat” yang kami jalani penuh syukur dan kegembiraan.
Motoran, Bekal, dan Rasa Syukur
Kami bukanlah keluarga penyuka perjalanan jauh atau menginap di hotel. Kami lebih memilih bermotor, menyusuri jalan desa menuju air terjun, hutan, atau berziarah ke Gua Maria. Alasannya sederhana: motor lebih cepat, lebih santai, dan hemat biaya.
Anak-anak sangat menikmati perjalanan motor. Bagi mereka, itu bagian dari petualangan. Dari atas motor, mereka dapat menikmati pemandangan sawah, sungai, dan kabut pagi di lereng gunung.
Kami selalu sarapan di rumah sebelum berangkat. Bekal makanan ringan dan minuman dibeli di minimarket atau SPBU sambil beristirahat sejenak.
Untuk makan siang, kami membawa bekal atau sesekali mengadakan barbeque di lokasi. Di balik kesederhanaan ini, rasa syukur tumbuh: makan bersama di alam terbuka, bercanda, dan berbagi cerita tanpa gangguan gadget atau hiruk pikuk kota.
Rencana Tribulanan
Liburan kami selalu terencana. Kami membuat agenda: sekali setiap tiga bulan, atau lebih sering jika memungkinkan, biasanya di minggu pertama.
Jika ada kesempatan dan dana mencukupi, kami tak perlu menunggu tiga bulan. Bahkan, liburan bisa dilakukan setiap bulan atau seminggu sekali, misalnya saat ulang tahun atau ada dana lebih. Kami bisa sekadar menikmati kopi di kafe unik di pinggir sungai atau sawah di Malang.
Destinasi kami meliputi air terjun di Malang Raya seperti Coban Jahe, Coban Talun, Coban Putri, Coban Rais, Gua Maria (khusus Mei dan Oktober), atau pantai selatan.
Kami menetapkan anggaran: bensin maksimal Rp 50.000,- per motor (pulang pergi), makanan dan minuman ringan maksimal Rp 20.000,- per orang, tiket masuk maksimal Rp 15.000,- per orang, dan parkir Rp 2.000-5.000 per motor. Saya tetap menyiapkan dana darurat.
Biaya rekreasi disisihkan dari gaji setiap bulan. Anggaran tidak besar, namun cukup karena telah direncanakan dengan matang. Saya melibatkan anak-anak agar mereka turut bertanggung jawab dan menikmati liburan sebaik mungkin, segembira mungkin, dan sehemat mungkin.
Yang terpenting: liburan ini bukan soal kemewahan atau destinasi jauh. Kami belum merencanakan liburan jauh, kecuali ada undangan keluarga. Namun, itu bukan masalah, karena yang kami cari adalah kebersamaan.
Menghindari Keramaian, Mencari Kedamaian
Kami jarang berlibur saat hari raya atau musim ramai. Bukan karena antisosial, namun kami mencari ketenangan. Liburan adalah saat untuk rehat dari rutinitas dan saling mendengarkan.
Saat hari raya, kami lebih fokus bersilaturahmi atau mengunjungi keluarga. Jika tidak, kami menikmati waktu di rumah dengan menonton film, bermain board game, atau makan bakso di pinggir kota.
Jika ke pantai, tanpa ikut rombongan, kami lebih memilih naik bus Damri. Lebih murah, praktis, dan anak-anak senang menikmati pemandangan dari dalam bus.
Tips Liburan Hemat Bersama Anak
Berikut beberapa tips yang kami terapkan selama tiga tahun ini:
Buat rencana bulanan atau tribulanan, tak perlu menunggu sisa uang atau waktu. Rencanakan jauh hari.Pilih tempat lokal, banyak tempat indah di sekitar kita dengan harga tiket masuk yang terjangkau dan belum pernah dikunjungi.Naik motor atau bus; motor lebih cepat dan fleksibel, bus cocok untuk destinasi yang lebih jauh.Bawa bekal dari rumah, lebih hemat dan sehat. Memasak sederhana di lokasi juga bisa jadi momen kebersamaan yang menyenangkan.Hindari musim ramai, lebih tenang dan nyaman, terutama untuk anak-anak.Libatkan anak-anak, ajak mereka memilih tujuan, menyiapkan bekal, atau menjadi navigator. Bahagia Itu Terencana
Liburan kami tidak viral, tidak mewah, tidak penuh foto estetik. Namun, kami membawa pulang sesuatu yang lebih berharga: cerita, tawa, dan rasa syukur.
Kami percaya, kebahagiaan bisa direncanakan. Bukan dari besarnya uang, tetapi dari hati yang tulus berbagi dan menghargai waktu bersama. Salam, doa, dan cinta! (Yy).