Perplexity: Startup AI Revolusioner yang Jadi Rebutan Raksasa Teknologi, Akankah Guncang Dominasi Google?
Persaingan di ranah kecerdasan buatan (AI) global kini kian memanas, terutama dengan meroketnya popularitas startup bernama Perplexity. Perusahaan teknologi raksasa dunia, mulai dari Meta, Apple, hingga Samsung, saat ini tengah berlomba untuk menjalin kemitraan strategis atau bahkan mengakuisisi perusahaan inovatif yang sedang naik daun ini.
Perplexity bukan sekadar mesin pencari biasa; ia adalah sebuah mesin pencari berbasis kecerdasan buatan yang secara cerdik menggabungkan kecanggihan sebuah *chatbot* dengan kemampuan pencarian interaktif. Berbeda dengan pendekatan tradisional Google, Perplexity memungkinkan pengguna mengajukan pertanyaan dalam bahasa alami dan langsung mendapatkan jawaban yang relevan, akurat, serta disertai kutipan dari sumber terpercaya. Teknologi revolusioner ini beroperasi dengan memanfaatkan model bahasa besar (LLM) mutakhir seperti GPT buatan OpenAI dan Llama dari Meta, yang mampu merangkum informasi secara *real-time* dan menyajikannya dalam format yang mudah dicerna.
Beberapa keunggulan utama yang menjadikan Perplexity sebagai penantang serius di pasar adalah responsnya yang cepat dan akurat, antarmuka *chatbot* yang sangat intuitif, fitur Threads untuk diskusi mendalam, integrasi mulus dengan Chrome dan perangkat *mobile*, serta aplikasinya yang luas di berbagai sektor seperti pendidikan, riset, dan pekerjaan profesional. Kombinasi fitur-fitur canggih ini tak pelak menempatkan Perplexity sebagai pesaing kuat bagi dominasi Google Search di pasar mesin pencari global.
Ketertarikan perusahaan-perusahaan besar terhadap Perplexity juga didorong oleh valuasi perusahaan yang melonjak drastis hingga mencapai USD 14 miliar pasca putaran pendanaan terbarunya. Angka fantastis ini mencerminkan optimisme pasar yang luar biasa terhadap kemampuan Perplexity dalam memberikan pengalaman pencarian yang lebih kontekstual dan cerdas, sangat sesuai dengan kebutuhan pengguna modern yang haus akan informasi instan dan terverifikasi.
Apple menjadi salah satu pihak yang menunjukkan keseriusan paling tinggi dalam mempertimbangkan akuisisi Perplexity. Jika transaksi ini terealisasi, ia akan tercatat sebagai akuisisi terbesar dalam sejarah Apple, bahkan melampaui pembelian Beats senilai USD 3 miliar pada tahun 2014. Motivasi Apple antara lain adalah upaya menyuntikkan talenta dan inovasi baru ke dalam ekosistemnya, serta kemungkinan berakhirnya kontrak bernilai USD 20 miliar per tahun dengan Google yang saat ini tengah diselidiki dalam kasus antimonopoli. Selain akuisisi penuh, Apple juga mempertimbangkan opsi integrasi Perplexity ke layanan utamanya seperti Siri atau Safari sebagai bentuk kemitraan strategis.
Sementara itu, Samsung dilaporkan sudah berada di tahap akhir negosiasi untuk menjalin kemitraan dengan Perplexity. Rencana ambisius mereka mencakup menjadikan Perplexity sebagai asisten AI bawaan di lini ponsel premium Galaxy S26. Langkah krusial ini dinilai sangat strategis karena Samsung ingin mengurangi ketergantungan terhadap Google dan memperkuat kemampuan Bixby, asisten AI mereka yang selama ini kurang diminati. Indikator kuat kerja sama yang semakin erat terlihat dari akses gratis Perplexity Pro yang telah diberikan kepada pengguna Galaxy di Amerika Serikat.
Di sisi lain, Meta, yang awalnya sempat menunjukkan minat besar untuk mengakuisisi Perplexity, kini memilih untuk menginvestasikan USD 14 miliar ke perusahaan AI lain, Scale AI. Meskipun Meta telah berbelok arah, minat awal mereka menjadi penegasan bahwa Perplexity adalah startup AI yang memiliki perhitungan strategis dan sangat diperhitungkan di industri. Perplexity kini benar-benar menjadi pusat perhatian berkat kemampuannya menghadirkan mesin pencari cerdas yang relevan dengan kebutuhan zaman, menjadikannya incaran utama para raksasa teknologi yang berlomba mengamankan posisi terdepan di masa depan ekosistem AI.