Ragamutama.com – , Jakarta – Raksasa teknologi semikonduktor asal Amerika Serikat, Nvidia, dikabarkan tengah merencanakan pendirian pusat riset dan pengembangan (R&D) di kota Shanghai, Tiongkok. Informasi ini diperoleh dari laporan yang diterbitkan oleh Financial Times pada hari Jumat, 16 Mei 2025.
Inisiatif ini muncul di tengah meningkatnya pembatasan ekspor dari pemerintah Amerika Serikat, yang berpotensi mempengaruhi penjualan Nvidia di pasar utama seperti Tiongkok. Kabar ini bersumber dari laporan Channel News Asia. Dalam beberapa tahun terakhir, peraturan ekspor yang diterapkan oleh AS telah melarang Nvidia, yang berbasis di California, untuk menjual jenis chip AI tertentu ke Tiongkok. Chip-chip ini dikenal sebagai yang paling mutakhir di dunia. Akibat kebijakan ini, Nvidia menghadapi persaingan yang semakin ketat dari perusahaan-perusahaan lokal, seperti Huawei.
Pembahasan mengenai rencana pendirian pusat R&D di Shanghai ini telah dilakukan oleh CEO Nvidia, Jensen Huang, bersama dengan walikota setempat saat kunjungan kerjanya bulan lalu, sebagaimana dilaporkan oleh FT. Pusat R&D ini nantinya akan fokus pada penelitian kebutuhan khusus pelanggan Tiongkok serta persyaratan teknis yang kompleks untuk mematuhi pembatasan yang diberlakukan oleh pemerintah AS.
Lebih lanjut, menurut laporan dari kantor berita Xinhua, saat berkunjung ke Beijing pada bulan April, Huang bertemu dengan Wakil Perdana Menteri He Lifeng, dan menyatakan bahwa ia melihat potensi besar dalam perekonomian Tiongkok.
Huang juga menyampaikan komitmennya untuk terus mengembangkan pasar Tiongkok dan berpartisipasi aktif dalam mendorong kerja sama perdagangan antara AS dan Tiongkok.
Sementara itu, pembatasan ekspor yang semakin diperketat oleh AS terjadi di tengah kondisi ekonomi Tiongkok yang dilanda ketidakpastian, dengan konsumen lokal yang cenderung menahan diri untuk berbelanja dan krisis sektor properti yang berkepanjangan membebani pertumbuhan ekonomi.
Presiden Tiongkok, Xi Jinping, telah menyerukan agar negaranya lebih mandiri dalam menghadapi ketidakpastian global yang meningkat. Bulan lalu, Xi menekankan bahwa Tiongkok harus memperkuat riset dasar, memusatkan upaya untuk mengatasi tantangan dalam teknologi-teknologi kunci seperti chip canggih dan perangkat lunak inti, serta membangun sistem kecerdasan buatan (AI) yang independen.
Adapun Washington dalam beberapa tahun terakhir telah meningkatkan upayanya untuk membatasi ekspor chip berteknologi tinggi ke Tiongkok. Kekhawatiran utama adalah bahwa teknologi tersebut dapat digunakan untuk memperkuat sistem militer Beijing dan mengancam dominasi AS di bidang kecerdasan buatan.
Tentang Nvidia
Dilansir dari Ragamutama.com, Nvidia Corp didirikan oleh Jen-Hsun Huang, Chris A. Malachowsky, dan Curtis R. Priem pada bulan April 1993 dan berkantor pusat di Santa Clara, California.
Perusahaan ini berfokus pada desain dan manufaktur prosesor grafis komputer, chipset, dan perangkat lunak multimedia terkait. Operasional Nvidia terbagi menjadi dua segmen utama, yaitu Graphics Processing Unit (GPU) dan Compute & Networking.
Segmen Graphics meliputi GPU GeForce untuk gaming dan PC, layanan streaming game GeForce NOW beserta infrastrukturnya, GPU Quadro dan NVIDIA RTX untuk grafis workstation perusahaan, perangkat lunak vGPU (virtual GPU) untuk komputasi visual dan virtual berbasis cloud, platform otomotif untuk sistem hiburan dalam kendaraan, serta perangkat lunak Omniverse Enterprise untuk membangun dan menjalankan aplikasi metaverse dan internet 3D.
Segmen Compute & Networking mencakup platform komputasi akselerasi untuk pusat data dan platform jaringan menyeluruh, termasuk Quantum untuk InfiniBand dan Spectrum untuk Ethernet. Segmen ini juga meliputi platform mengemudi otomatis NVIDIA DRIVE dan perjanjian pengembangan otomotif, platform Jetson untuk robotika dan perangkat tertanam lainnya, NVIDIA AI Enterprise dan perangkat lunak lainnya, serta perangkat lunak dan layanan DGX Cloud.
Pilihan editor: Sebagian Chip AI Nvidia Diproduksi di Amerika Serikat