Ragamutama.com, JAKARTA – Iklim pasar yang semakin bersahabat setelah meredanya tensi perang dagang menjadi angin segar bagi perusahaan yang berencana untuk go public melalui penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO).
Meskipun demikian, para calon emiten diimbau untuk tetap waspada, terutama karena investor kini semakin selektif dalam memilih saham baru. Beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan meliputi valuasi perusahaan, fundamental bisnis, dan praktik tata kelola perusahaan yang baik.
Liza Camelia, Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas, menyoroti bahwa penguatan IHSG menjadi salah satu kesempatan emas bagi emiten untuk mempertimbangkan IPO. Dalam kondisi pasar yang positif seperti ini, minat investor terhadap saham-saham perdana cenderung meningkat, membuka potensi keuntungan yang signifikan.
: Asosiasi Emiten Optimistis IPO Lighthouse Tambah Kepercayaan Pasar
Namun, Liza juga menekankan bahwa keberhasilan sebuah IPO sangat bergantung pada kesiapan internal perusahaan. Selain itu, emiten perlu memperhatikan berbagai faktor eksternal, seperti posisi kompetitor dalam pipeline Bursa Efek Indonesia (BEI), serta arah kebijakan suku bunga global.
“Jangan lupa, investor saat ini semakin cermat dalam menilai prospek jangka panjang sebuah emiten,” ujar Liza saat dihubungi oleh Bisnis pada hari Selasa, 20 Mei 2025.
Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, juga menyinggung bahwa perkembangan ekonomi global menjadi isu utama yang memengaruhi pasar saham. Namun, ia menambahkan bahwa persiapan internal perusahaan sebelum melantai di Bursa adalah aspek krusial lain yang perlu diperhatikan dengan seksama.
Inarno menjelaskan bahwa calon perusahaan juga harus memperhatikan detail-detail penting, seperti penentuan waktu yang tepat untuk IPO dan valuasi yang akurat terhadap harga saham saat proses IPO berlangsung.
“Tetapi kami melihat bahwa peluang itu masih terbuka. Namun, saya perlu menekankan bahwa investor cenderung lebih berhati-hati dan selektif dalam mengalokasikan dana mereka,” kata Inarno.
Selain itu, fundamental perusahaan menjadi faktor penting lainnya yang harus diperhatikan oleh pihak-pihak yang akan melakukan IPO. Menurut Inarno, hal ini menjadi pertimbangan utama bagi para investor dalam menempatkan dana mereka.
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat bahwa terdapat 29 perusahaan yang berada dalam pipeline penawaran umum perdana saham (IPO) hingga tanggal 16 Mei 2025. Dari jumlah tersebut, 9 calon emiten memiliki aset di atas Rp250 miliar.
Dari keseluruhan perusahaan dalam pipeline IPO, sebanyak 17 calon emiten tergolong memiliki aset skala menengah, yaitu berada dalam rentang Rp50 miliar hingga Rp250 miliar.
Sementara itu, 9 perusahaan masuk dalam kategori aset besar atau di atas Rp250 miliar, dan 3 perusahaan dikategorikan sebagai emiten dengan aset kecil di bawah Rp50 miliar.
Secara sektoral, data BEI menunjukkan bahwa pipeline IPO didominasi oleh perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals, dengan jumlah 5 entitas. Sektor consumer cyclicals dan keuangan menyusul di belakangnya, masing-masing dengan 4 perusahaan.
Sektor energi, kesehatan, industri, serta transportasi dan logistik masing-masing diwakili oleh 3 perusahaan, sementara sektor teknologi menyumbang 2 perusahaan, dan sektor basic materials serta infrastruktur masing-masing diwakili oleh 1 entitas.
Disclaimer: berita ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya berada di tangan pembaca. Ragamutama.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian maupun keuntungan yang timbul akibat keputusan investasi pembaca.