Misteri Air India: “Kenapa Dimatikan?” Rekaman Kokpit Ungkap Fakta Baru

Avatar photo

- Penulis

Minggu, 13 Juli 2025 - 12:28 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tim penyelidik telah menemukan petunjuk yang membingungkan dalam investigasi jatuhnya pesawat Air India nomor penerbangan 171, sebuah insiden tragis yang menewaskan 260 orang pada Juni lalu. Kecelakaan yang terjadi di permukiman padat Kota Ahmedabad, India, ini menjadi salah satu bencana penerbangan paling misterius di negara tersebut.

Hanya dalam hitungan detik setelah lepas landas, kedua sakelar pengendali bahan bakar pada Boeing 787 Dreamliner berusia 12 tahun tersebut tiba-tiba berpindah ke posisi “mati”. Peristiwa ini memutus pasokan bahan bakar ke mesin dan secara otomatis memicu kehilangan daya dorong. Anehnya, perpindahan sakelar pengendali bahan bakar ke posisi “mati” biasanya hanya dilakukan setelah pesawat mendarat dengan aman.

Rekaman audio kokpit merekam suara seorang pilot bertanya kepada pilot lainnya, “Mengapa Anda mematikan sakelar?”. Pilot yang ditanya dengan tegas menjawab bahwa ia tidak melakukannya. Meskipun rekaman tersebut tidak merinci siapa yang mengucapkan kalimat apa, diketahui bahwa pada saat lepas landas, kopilot sedang menerbangkan pesawat sementara kapten bertugas memantau.

Setelah itu, sakelar-sakelar tersebut dinyalakan kembali, memicu penyalaan ulang mesin secara otomatis. Namun, pada saat pesawat jatuh, hanya satu mesin yang berhasil mendapatkan kembali daya dorong penuh. Mesin lainnya memang menyala kembali, tetapi tidak sempat menghasilkan daya dorong yang memadai.

Pesawat Air India bernomor penerbangan 171 hanya mengudara kurang dari satu menit. Setelah lepas landas, pesawat sempat naik hingga 625 kaki dalam cuaca cerah, namun kehilangan data lokasi setelah 50 detik, menurut situs FlightRadar24. Laporan awal investigasi, yang dipimpin oleh otoritas India dengan melibatkan ahli dari Boeing, General Electric, Air India, regulator India, serta peserta dari AS dan Inggris, telah menimbulkan berbagai pertanyaan krusial.

Penyelidik menggarisbawahi bahwa sakelar bahan bakar pada pesawat jenis ini dilengkapi dengan pengunci tuas, sebuah mekanisme keamanan yang telah ada sejak tahun 1950-an. Untuk menyalakannya, sakelar harus ditarik ke atas untuk membuka kunci, lalu dibalik. Desain ini dirancang untuk mencegah aktivasi atau penonaktifan yang tidak disengaja. Selain itu, braket pelindung juga melindungi sakelar dari benturan tak sengaja.

“Hampir mustahil untuk menarik kedua tombol hanya dengan satu gerakan tangan, dan ini membuat kemungkinan terjadinya kecelakaan tergolong kecil,” ujar seorang investigator kecelakaan udara dari Kanada yang tidak ingin disebutkan namanya kepada BBC. Hal inilah yang menjadikan kasus kecelakaan Air India ini sangat menonjol dan membingungkan.

Shawn Pruchnicki, mantan penyelidik kecelakaan pesawat dan pakar penerbangan dari Ohio State University, turut menyoroti keanehan ini. “Jika salah satu pilot mematikan sakelar, baik disengaja maupun tidak, hal itu menimbulkan pertanyaan: mengapa?” tanyanya. “Apakah itu disengaja, atau karena kebingungan? Kemungkinannya kecil, karena para pilot tidak melaporkan hal yang tidak biasa.” Pruchnicki menambahkan bahwa dalam banyak situasi darurat di kokpit, pilot mungkin menekan tombol yang salah atau membuat pilihan yang keliru. “Tetapi tidak ada indikasi situasi seperti itu di sini, atau diskusi apa pun yang menunjukkan bahwa sakelar bahan bakar dinyalakan secara tidak sengaja,” tegasnya. “Kesalahan semacam ini biasanya tidak terjadi tanpa masalah yang jelas.”

Peter Goelz, mantan direktur pelaksana Badan Penyelidik Kecelakaan Transportasi AS (NTSB), menyatakan, “Temuan ini sangat meresahkan, yaitu seorang pilot mematikan sakelar bahan bakar dalam hitungan detik setelah terbang.” Ia menduga, “Kemungkinan ada lebih banyak informasi di perekam suara kokpit daripada yang dibagikan. Satu pertanyaan seperti ‘mengapa Anda mematikan sakelar?’ saja tidak cukup.” Goelz menekankan, “Fakta yang baru diungkap ini menunjukkan seseorang di kokpit mematikan sakelar itu. Pertanyaannya adalah, siapa, dan mengapa? Kedua sakelar dimatikan lalu dihidupkan kembali dalam hitungan detik.” Ia menambahkan, “Perekam suara akan mengungkapkan lebih banyak: apakah pilot yang sedang mengemudikan pesawat yang mencoba menyalakan kembali mesin, atau pilot yang sedang memantau?”

Baca Juga :  5 Alasan Aplikasi Tak Bisa Diunduh di App Store: Solusi & Cara Mengatasinya

Para penyelidik meyakini bahwa perekam suara kokpit (CVR)—dengan audio dari mikrofon pilot, panggilan radio, dan suara kokpit di sekitarnya—memegang kunci teka-teki ini. “Mereka belum mengidentifikasi pemilik suara-suara tersebut, itu yang sangat penting. Biasanya, ketika perekam suara ditinjau, orang-orang yang akrab dengan pilot hadir untuk membantu mencocokkan suara,” kata Goelz. “Sampai sekarang, kami masih belum tahu pilot mana yang mematikan dan menyalakan kembali sakelar itu.”

Singkatnya, para penyelidik mengatakan yang diperlukan sekarang adalah identifikasi suara yang jelas, transkrip rekaman suara kokpit lengkap dengan label siapa yang mengatakan apa, serta tinjauan menyeluruh terhadap semua komunikasi sejak pesawat keluar dari gerbang hingga saat jatuh. Mereka juga kembali menggarisbawahi perlunya perekam video kokpit, seperti yang direkomendasikan oleh NTSB. Rekaman video akan menunjukkan secara pasti siapa yang mematikan sakelar bahan bakar.

Sebelum menaiki pesawat Air India nomor penerbangan 171, baik pilot maupun awak telah menjalani uji napas dan dinyatakan layak terbang, menurut laporan investigasi. Para pilot, yang berbasis di Mumbai, telah tiba di Ahmedabad sehari sebelum penerbangan dan beristirahat dengan cukup.

Namun, para penyelidik juga memusatkan perhatian pada satu elemen lain dalam laporan tersebut. Disebutkan bahwa pada Desember 2018, Badan Penerbangan Federal AS (FAA) mengeluarkan Buletin Informasi Kelaikan Udara Khusus (SAIB) yang menyoroti bahwa beberapa sakelar kontrol bahan bakar Boeing 737 dipasang dengan fitur pengunci dinonaktifkan. Meskipun masalah ini telah dicatat, kondisi tersebut tidak dianggap sebagai kondisi tidak aman yang memerlukan Arahan Kelaikan Udara (AD)—sebuah peraturan yang dapat ditegakkan secara hukum untuk memperbaiki aspek ketidakamanan pada suatu produk.

Desain sakelar yang sama digunakan pada pesawat Boeing 787-8, termasuk VT-ANB milik Air India yang jatuh. Karena SAIB bersifat imbauan, Air India tidak melakukan inspeksi yang direkomendasikan. Shawn Pruchnicki, mantan penyelidik kecelakaan pesawat, mengaku dirinya bertanya-tanya apakah ada masalah mendasar dengan sakelar kontrol bahan bakar tersebut. “Apa sebenarnya makna [laporan] ini? Apakah artinya dengan sekali tekan, sakelar itu dapat mematikan mesin dan memutus pasokan bahan bakar? Ketika fitur pengunci dinonaktifkan, apa yang sebenarnya terjadi? Mungkinkah sakelar itu otomatis mati dan mematikan mesin? Jika demikian, ini masalah yang sangat serius. Jika tidak, hal itu juga perlu dijelaskan,” paparnya.

Namun, pakar lain tidak yakin hal itu merupakan masalah utama. “Saya belum pernah mendengar tentang hal ini, yang tampaknya merupakan laporan FAA yang tidak terlalu mencolok. Saya juga belum mendengar keluhan [tentang sakelar bahan bakar] dari pilot—yang biasanya cepat angkat bicara. Ini patut diteliti karena sudah disebutkan, tetapi mungkin hanya pengalih perhatian,” kata Goelz. Sementara itu, Kapten Kishore Chinta, mantan penyelidik di Biro Investigasi Kecelakaan Pesawat Udara India (AAIB), mempertanyakan apakah sakelar tersebut mati karena masalah pada unit kontrol elektronik pesawat. “Bisakah sakelar pemutus bahan bakar dipicu secara elektronik oleh unit kontrol elektronik pesawat tanpa gerakan pilot? Jika sakelar pemutus bahan bakar mati secara elektronik, maka itu perlu dikhawatirkan,” katanya kepada BBC.

Laporan investigasi juga menyatakan bahwa sampel bahan bakar dari tangki pengisian bahan bakar “memuaskan”, mengesampingkan dugaan awal para ahli mengenai kontaminasi bahan bakar sebagai kemungkinan penyebab kegagalan mesin ganda. Patut dicatat, belum ada peringatan yang dikeluarkan untuk Boeing 787 atau mesin GE GEnx-1B-nya. Kemungkinan kegagalan mekanis untuk saat ini dikesampingkan sambil menunggu penyelidikan lebih lanjut.

Baca Juga :  iPhone XR 256GB Second Ungguli Samsung A06? Harga Akhir Juni 2025!

Lebih lanjut, laporan itu mengungkapkan bahwa Turbin Udara Ram (RAT) pesawat telah mengembang—sebuah tanda jelas adanya kegagalan sistem utama—dan roda pendaratan ditemukan dalam “posisi turun” atau tidak ditarik. RAT, sebuah baling-baling kecil yang memanjang dari bagian bawah Boeing 787 Dreamliner, berfungsi sebagai generator cadangan darurat. RAT secara otomatis menyala saat penerbangan ketika kedua mesin kehilangan daya atau jika ketiga sistem hidrolik mencatat tekanan yang sangat rendah, memasok daya terbatas untuk menjaga sistem penerbangan penting tetap beroperasi.

“Fakta bahwa Turbin Udara Ram (RAT) menyala sangat mendukung kesimpulan bahwa kedua mesin telah gagal,” kata Pruchnicki. Seorang pilot Boeing 787 menjelaskan mengapa ia mengira roda pendaratan tidak ditarik. “Akhir-akhir ini, setiap kali saya lepas landas dengan pesawat 787, saya memperhatikan proses penarikan roda pendaratan dengan saksama. Saat tuas roda pendaratan ditarik, ketinggiannya sudah sekitar 200 kaki, dan seluruh proses penarikan roda pendaratan selesai sekitar 400 kaki—total sekitar delapan detik, berkat sistem hidrolik bertekanan tinggi.” Pilot tersebut yakin pilot yang menerbangkan pesawat tidak punya waktu untuk berpikir dan menarik roda pendaratan.

“Ketika kedua mesin mati dan pesawat mulai turun, reaksinya bukan sekadar terkejut—pilot pasti mati rasa. Saat itu, fokus pilot bukan pada roda pendaratan. Pikiran pilot tertuju pada satu hal: jalur penerbangan. ‘Di mana saya bisa mendaratkan pesawat ini dengan aman?’ Dalam kasus ini, ketinggiannya tidak cukup.”

Penyelidik mengatakan pilot mencoba membuat pesawat kembali mengangkasa, tetapi itu terjadi terlalu cepat. “Mesin dimatikan lalu dihidupkan kembali. Para pilot menyadari mesin kehilangan daya dorong – kemungkinan besar mereka menyalakan kembali mesin kiri terlebih dahulu, diikuti oleh mesin kanan,” kata Pruchnicki. “Namun, mesin kanan tidak punya cukup waktu untuk kembali menyala, dan daya dorongnya pun tidak mencukupi. Kedua mesin akhirnya berhasil “menyala”, tetapi karena mesin kiri dimatikan terlebih dahulu dan mesin kanan terlambat menyala, hasilnya terlambat.”

Sanak saudara korban kecelakaan telah menanti dengan cemas hasil laporan awal investigasi. Ketika laporan tersebut akhirnya dirilis Sabtu (12/07) pagi di India, Imtiyaz Ali, yang kehilangan saudara laki-laki, ipar perempuan, dan dua anak mereka yang masih kecil dalam tragedi tersebut, membacanya dengan saksama. Namun, ia mengungkapkan kekecewaannya karena laporan itu “terdengar seperti deskripsi produk.” “Selain percakapan terakhir pilot, tidak ada apa pun di dalamnya yang benar-benar menunjukkan penyebab kecelakaan,” katanya.

Ali berharap detail lebih lanjut akan dipublikasikan dalam beberapa bulan mendatang. “Ini penting bagi kami. Kami ingin tahu persis apa yang terjadi. Itu tidak akan mengubah apa pun bagi kami sekarang, kami terus berduka—seperti yang telah kami alami sejak hari itu,” ucap Ali. “Tapi setidaknya kami akan mendapatkan beberapa jawaban.”

  • ‘Saya berhasil melepaskan sabuk pengaman dan merangkak keluar’ – Kesaksian satu-satunya korban selamat dalam kecelakaan Air India
  • Apa penyebab pesawat Air India jatuh dalam 30 detik?
  • Seberapa aman pesawat Boeing 787 Dreamliner?
  • Kisah detik-detik pesawat jatuh di India, ‘Semuanya berlangsung begitu cepat’
  • Mantan orang dalam ungkap kekhawatiran baru soal keselamatan Boeing 737 Max
  • Kemenhub larang Boeing 737 Max 9 milik Lion Air usai pintu Alaska Airlines copot di udara, apa yang terjadi?
  • Kesaksian penumpang pesawat terbalik di Kanada – Bagaimana semua penumpang bisa selamat?
  • Apa yang terjadi kalau ada penumpang meninggal dunia saat pesawat sedang terbang?
  • Mengapa pesawat dilarang terbang saat gunung meletus? – Kisah pesawat British Airways selamat dari letusan Gunung Galunggung

Berita Terkait

Samsung S25 Ultra vs Z Flip7: Pilih Mana? Spek & Harga!
HP Infinix 2 Jutaan Diskon: 5 Rekomendasi Spek Gaming Terbaik!
Samsung Z Flip 7 vs Z Flip 6: Apa Bedanya?
Harga HP Samsung Juli 2025: Z Flip7 vs Z Fold7, Mana Terbaik?
Infinix GT 30 Pro vs Tecno Pova 7 Ultra: Raja Gaming 4 Jutaan?
Samsung Kuasai Xealth: Ekosistem Kesehatan Makin Canggih!
Apple Akan Rilis iPhone 17e Awal 2026, Begini Bocorannya
Kisah Mike Lazaridis, Pendiri BlackBerry Pernah Jadi Miliarder Kanada

Berita Terkait

Minggu, 13 Juli 2025 - 18:11 WIB

Samsung S25 Ultra vs Z Flip7: Pilih Mana? Spek & Harga!

Minggu, 13 Juli 2025 - 15:23 WIB

HP Infinix 2 Jutaan Diskon: 5 Rekomendasi Spek Gaming Terbaik!

Minggu, 13 Juli 2025 - 15:05 WIB

Samsung Z Flip 7 vs Z Flip 6: Apa Bedanya?

Minggu, 13 Juli 2025 - 13:23 WIB

Harga HP Samsung Juli 2025: Z Flip7 vs Z Fold7, Mana Terbaik?

Minggu, 13 Juli 2025 - 12:28 WIB

Misteri Air India: “Kenapa Dimatikan?” Rekaman Kokpit Ungkap Fakta Baru

Berita Terbaru

Uncategorized

Skyler Gisondo Jadi Jimmy Olsen di Superman 2025: Profil & Biodata

Minggu, 13 Jul 2025 - 19:59 WIB

Education And Learning

13 Sekolah Rakyat Rintisan Jabar Buka Besok: Pendidikan Lebih Merata!

Minggu, 13 Jul 2025 - 19:16 WIB