Kinerja Harum Energy (HRUM) Ditopang Bisnis Nikel, Simak Rekomendasi Analis

Avatar photo

- Penulis

Senin, 19 Mei 2025 - 19:20 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ragamutama.com JAKARTA. PT Harum Energy Tbk (HRUM) berhasil menorehkan kinerja keuangan yang mengesankan pada kuartal pertama tahun 2025. Pencapaian gemilang ini terutama didorong oleh performa bisnis ekspor komoditas nikel yang semakin kuat.

Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI), HRUM mencatatkan total pendapatan sebesar US$ 298,94 juta pada kuartal I-2025, menunjukkan pertumbuhan sebesar 12,40% secara tahunan (yoy) dibandingkan dengan total pendapatan perusahaan pada kuartal I-2024 yang mencapai US$ 265,97 juta.

Kontribusi terbesar pendapatan HRUM masih berasal dari penjualan ekspor batubara, dengan nilai US$ 112,24 juta pada kuartal I-2025. Namun, angka ini menunjukkan penurunan sebesar 27,63% yoy dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu US$ 155,09 juta.

Meskipun demikian, HRUM berhasil mencatatkan lonjakan signifikan dalam penjualan ekspor feronikel sebesar 127,05% yoy menjadi US$ 91,59 juta pada kuartal I-2025, dari sebelumnya US$ 40,34 juta. Penjualan ekspor nikel matte HRUM juga mengalami peningkatan drastis sebesar 607,55% yoy dari US$ 8,88 juta pada kuartal I-2024 menjadi US$ 62,83 juta pada kuartal I-2025.

Harum Energy (HRUM) Meraih Pendapatan US$ 298,94 Juta pada Kuartal I-2025

Hingga akhir kuartal I-2025, laba bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk HRUM melonjak sebesar 464,12% yoy menjadi US$ 5,57 juta, dibandingkan dengan realisasi pada kuartal I-2024 yang hanya US$ 987.319.

Pengamat Pasar Modal, Muhammad Thoriq Fadilla, menyampaikan bahwa kinerja HRUM sangat menarik untuk diperhatikan. Hal ini disebabkan oleh adanya pergeseran sumber pendapatan, di mana emiten tersebut kini lebih banyak didukung oleh penjualan feronikel dan nikel matte ke pasar ekspor. 

Padahal, selama ini HRUM lebih dikenal sebagai pemain kunci di industri batubara, namun kinerja lini bisnis tersebut justru mengalami penurunan. Penurunan ini sebagian besar dipengaruhi oleh kondisi pasar batubara yang penuh tantangan, baik dari sisi permintaan global maupun tekanan kebijakan transisi energi.

Baca Juga :  Tarif Trump Picu Kekhawatiran, The Fed Tahan Suku Bunga Akhir Tahun Ini?

Realisasi kinerja pada kuartal I-2025 juga menegaskan bahwa strategi diversifikasi HRUM ke bisnis nikel mulai membuahkan hasil yang signifikan. Tingginya penjualan ekspor feronikel dan nikel matte juga didorong oleh peningkatan permintaan global, khususnya dari industri kendaraan listrik.

  HRUM Chart by TradingView  

“Jika dilihat dari tren global saat ini, sangat mungkin kinerja bisnis nikel HRUM akan terus tumbuh pada kuartal-kuartal berikutnya, terutama jika mereka terus memperkuat produksi dan ekspor dari lini bisnis tersebut,” ujar Thoriq, Senin (19/5).

Chief Executive Officer Edvisor Provina Visindo, Praska Putrantyo, menambahkan bahwa kinerja positif dari lini bisnis nikel dipengaruhi oleh peningkatan utilisasi PT Westrong Metal Industry yang mulai beroperasi sejak tahun 2024. Seperti yang tercatat dalam Kontan, produksi nikel HRUM berasal dari smelter kedua Westrong Metal Industry yang telah beroperasi secara penuh.

Ia menyatakan bahwa peluang peningkatan kinerja HRUM masih terbuka lebar pada kuartal kedua dan seterusnya, baik dari lini bisnis nikel maupun batubara.

Salah satu sentimen positif bagi HRUM adalah meredanya ketegangan perang dagang seiring dengan penundaan kebijakan tarif antara Amerika Serikat (AS) dan China selama 90 hari mendatang, yang berpotensi mendorong permintaan komoditas asal Indonesia.

“Di sisi lain, sentimen negatif bagi HRUM adalah ketidakpastian yang masih tinggi dan kondisi kelebihan pasokan batubara, yang dapat menekan harga komoditas tersebut,” jelas Praska, Senin (19/5).

Thoriq menambahkan, rencana ekspansi besar-besaran yang disiapkan HRUM melalui belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar US$ 400 juta menjadi indikasi positif bahwa emiten tersebut akan lebih agresif dalam memperluas bisnisnya, terutama di sektor nikel. 

Baca Juga :  Profil Sritex, Raksasa Tekstil di ASEAN yang Resmi Tutup Hari Ini

Bisnis Nikel Harum Energy (HRUM) Meroket pada 2024, Simak Rekomendasi Analis

Namun demikian, peningkatan beban pokok pendapatan dan beban langsung sebesar 22,20% yoy menjadi US$ 239,37 juta yang dicatatkan pada kuartal I-2025 perlu diwaspadai oleh HRUM, karena dapat mengurangi margin keuntungan jika tidak dikelola dengan baik. 

Selain itu, lonjakan beban keuangan HRUM dari US$ 3,62 juta pada kuartal I-2024 menjadi US$ 11,23 juta pada kuartal I-2025 tidak dapat diabaikan dan bisa menjadi perhatian bagi investor. Kenaikan beban keuangan ini kemungkinan besar disebabkan oleh penambahan utang yang digunakan untuk membiayai ekspansi HRUM.

Memang, ekspansi penting untuk pertumbuhan usaha, namun jika dibiayai dengan utang yang besar, maka risiko finansial HRUM juga ikut meningkat. Apalagi, suku bunga acuan masih cukup tinggi, sehingga beban bunga yang ditanggung perusahaan menjadi semakin berat. 

“Artinya, ke depan HRUM harus benar-benar mampu menjaga keseimbangan antara ekspansi dan stabilitas keuangan,” ungkapnya.

Sementara itu, menurut Praska, secara fundamental debt to equity ratio (DER) HRUM masih tergolong kecil dan menurun secara tahunan. Di samping itu, interest coverage HRUM juga masih cukup besar, yaitu sekitar 3 kali. Hal ini menunjukkan bahwa laba operasional HRUM masih mampu menutupi beban bunga atas kenaikan jumlah pinjaman. 

 

“Oleh karena itu, kenaikan beban keuangan tersebut belum terlalu signifikan,” tambahnya.

 

Thoriq berpendapat bahwa saham HRUM cukup menarik, terutama bagi investor yang berorientasi pada investasi jangka menengah dan panjang. Secara teknikal, saham HRUM direkomendasikan untuk dibeli pada level Rp 820 per saham dengan target harga Rp 900 per saham dan stop loss di kisaran Rp 790 per saham.

Berita Terkait

Bea Ekspor CPO Naik: Strategi Investasi Aman di Tengah Kebijakan Baru
Bank Capital Borong REC: Dukung Energi Hijau Indonesia!
Cek Rekomendasi Saham TBS Energi Utama (TOBA) Usai Lepas Kepemilikan PLTU Sulbagut-1
Nigeria Lunasi Utang IMF: Beban Tambahan Rp 1,9 Triliun Tetap Membayangi
Analis Ungkap Rekomendasi Saham AMRT: Peluang Investasi Alfamart?
Grup Salim Transaksi Crossing Saham BINA Senilai Setengah Triliun Rupiah!
Gudang Garam Investasi Jalan Tol: Peluang Saham GGRM Menarik?
Prospek Cerah 2025: Analis Prediksi Laba Alfamart

Berita Terkait

Senin, 19 Mei 2025 - 23:12 WIB

Bea Ekspor CPO Naik: Strategi Investasi Aman di Tengah Kebijakan Baru

Senin, 19 Mei 2025 - 21:04 WIB

Bank Capital Borong REC: Dukung Energi Hijau Indonesia!

Senin, 19 Mei 2025 - 20:32 WIB

Cek Rekomendasi Saham TBS Energi Utama (TOBA) Usai Lepas Kepemilikan PLTU Sulbagut-1

Senin, 19 Mei 2025 - 19:36 WIB

Nigeria Lunasi Utang IMF: Beban Tambahan Rp 1,9 Triliun Tetap Membayangi

Senin, 19 Mei 2025 - 19:24 WIB

Analis Ungkap Rekomendasi Saham AMRT: Peluang Investasi Alfamart?

Berita Terbaru

travel

9 Tips Ampuh: Liburan Musim Panas Ramah Lingkungan

Senin, 19 Mei 2025 - 22:48 WIB

Urban Infrastructure

Terungkap: Ormas Raup Rezeki Nomplok Rp 90 Juta dari Wisma Atlet!

Senin, 19 Mei 2025 - 22:20 WIB

Public Safety And Emergencies

Demo Ojol 20 Mei: Inilah Tuntutan Utama Pengemudi!

Senin, 19 Mei 2025 - 22:16 WIB

sports

Bos Honda Sindir Debat Marquez: Bukan Motor, Tapi Skill!

Senin, 19 Mei 2025 - 22:08 WIB