Inspirasi Santo Agustinus: Pengaruhnya pada Kepemimpinan Paus Leo XIV

Avatar photo

- Penulis

Minggu, 11 Mei 2025 - 15:55 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Terpilihnya Paus Leo XIV pada hari Kamis (08/05) menandai sejarah baru, dengan Agustinian pertama yang menduduki tampuk kepemimpinan Gereja Katolik.

Nama Leo XIV tak lepas dari Ordo Agustinian, yang berlandaskan ajaran teolog dan filsuf terkemuka, Agustinus dari Hippo, atau yang lebih dikenal sebagai Santo Agustinus.

Para pengikutnya dikenal dengan sebutan frater Agustinian atau biarawan Agustinian, yang tersebar di seluruh dunia.

Di abad ke-11, Ordo Agustinian mempelopori penggabungan status klerikal dengan kehidupan komunal yang terintegrasi dalam Gereja Katolik Roma.

Di era modern, fokus utama tarekat ini tertuju pada berbagai misi, pendidikan, dan pelayanan di rumah sakit yang dikelola oleh para biarawan.

Kehidupan komunitas menjadi jantung dari identitas Agustinian, diwarnai dengan semangat berbagi dan persaudaraan yang mendalam.

Aliran ini sangat menjunjung tinggi pendidikan dan pemikiran kritis, selaras dengan keyakinan Santo Agustinus bahwa iman dan akal budi adalah dua sisi mata uang yang sama.

Oleh karena itu, para Agustinian seringkali berperan aktif di universitas, sekolah, dan dalam berbagai inisiatif sosial. Hal ini juga tercermin dalam perjalanan hidup Robert Prevost, yang kini dikenal sebagai Paus Leo XIV.

Pada usia 30 tahun, ia menginjakkan kaki di Peru untuk menjalankan misi Agustinian, yang meliputi penginjilan, pemberdayaan masyarakat, pendidikan, dan meneladani jejak Yesus Kristus, diwujudkan melalui karisma Agustinian.

Ordo Santo Agustinus termasuk dalam jajaran ordo Gereja Katolik yang mengandalkan derma sebagai sumber penghidupan. Ordo-ordo serupa masih menjalankan tradisi ini hingga saat ini, seperti Fransiskan dan Dominikan.

Kemunculan ordo-ordo ini pada Abad Pertengahan menjadi penyeimbang terhadap ordo-ordo monastik yang lebih tertutup. Mereka berpendapat bahwa sudah saatnya kaum religius tidak lagi mengasingkan diri di biara-biara terpencil di puncak gunung.

Dalam pandangan mereka, tokoh-tokoh Gereja Katolik seharusnya tidak lari dari permasalahan dunia, melainkan secara aktif mencari solusi.

Siapakah Santo Agustinus?

Aurelius Agustinus dari Hippo (354-430) lahir di Tagaste, yang kini dikenal sebagai kota Souk Ahras di Aljazair.

Ia dilahirkan dari seorang ibu Katolik, yang kemudian dikenal sebagai Santa Monika. Ayahnya, Patrisius, adalah seorang pagan yang baru memeluk agama Katolik menjelang akhir hayatnya.

Sebelum menjadi filsuf dan teolog yang dihormati, kehidupan Agustinus diwarnai dengan berbagai kesenangan duniawi.

Sejak usia dini, Agustinus mendapatkan pendidikan dalam bahasa Latin.

Pada usia 11 tahun, ia dikirim ke sekolah yang berjarak sekitar 30 kilometer dari kota kelahirannya. Di sana, Agustinus mempelajari sastra dan adat istiadat Romawi.

Di tempat inilah Agustinus mulai terpapar pada karya-karya filsafat klasik, berinteraksi dengan penulis-penulis seperti Markus Tullius Cicero (106 SM – 43 SM).

Agustinus mengakui bahwa Cicero adalah sosok yang membangkitkan minatnya pada dunia filsafat.

Pada usia 17 tahun, Agustinus melanjutkan pendidikannya ke Kartago, yang kini menjadi wilayah Tunisia, untuk mempelajari retorika.

Baca Juga :  Pramuka DKI Jakarta Rencanakan Pemindahan Patung MH Thamrin ke Museum dan Pembangunan Replika Baru

Namun, di Kartago, Agustinus justru menjauh dari prinsip-prinsip Katolik yang telah ditanamkan oleh ibunya.

Di masa remajanya, Agustinus menganut doktrin Manikeisme dan menjalani kehidupan hedonistis bersama teman-temannya.

Lingkaran pertemanan Agustinus dipenuhi dengan petualangan seksual, baik dengan perempuan maupun laki-laki.

Agustinus menjalin hubungan dengan seorang perempuan setempat, namun memutuskan untuk tidak menikah, sebuah pilihan yang tidak lazim pada masanya.

Mereka hidup bersama sebagai kekasih dan dikaruniai seorang putra bernama Adeodatus. Sayangnya, tidak banyak informasi yang diketahui tentang anak Agustinus karena ia meninggal dunia di usia muda.

Agustinus baru menemukan imannya kembali ketika berusia sekitar 30 tahun.

Suatu hari, ia menemukan buku tentang kisah hidup Antonius Abas (Santo Antonius), seorang pertapa yang kemudian dikenal sebagai “bapak semua biarawan”.

Agustinus merasa terinspirasi dan mengaku mendengar suara anak kecil yang berkata kepadanya: “Ambil, bacalah.”

Agustinus menafsirkan suara tersebut sebagai perintah untuk mengambil Alkitab dan membaca bagian pertama yang ditemukannya secara acak.

Ternyata, bagian yang terbuka adalah surat Paulus kepada jemaat di Roma, yang berbicara tentang kekuatan kitab suci dalam mengubah perilaku manusia.

“Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati.”

“Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya,” demikian kutipan yang menggugah hatinya.

Agustinus merasa bahwa pesan tersebut ditujukan langsung kepadanya.

Pada Paskah tahun 387, ia dibaptis oleh uskup Mediolanum, Aurelius Ambrosius (340-397).

Setahun kemudian, Agustinus memutuskan untuk kembali ke Afrika bersama ibu dan putranya.

Namun, Monika meninggal dunia sebelum mereka sempat berlayar. Adeodatus juga meninggal dunia tidak lama setelah mereka tiba di Afrika.

Dilanda kesedihan mendalam atas kehilangan orang-orang terkasih, Agustinus memutuskan untuk menjual seluruh harta bendanya dan menyumbangkan hasilnya kepada kaum miskin.

Ia hanya mempertahankan rumahnya, yang kemudian diubah menjadi biara.

Pada tahun 391, Agustinus ditahbiskan menjadi imam di Hippo.

Sejak saat itu, Agustinus menggunakan seluruh pengetahuannya untuk membela agama Katolik.

Ia segera menjadi pengkhotbah yang ulung dan cendekiawan teoretis yang mendalam dalam hal dasar-dasar agama.

Beberapa tahun kemudian, pada akhir abad keempat, Agustinus diangkat menjadi uskup Hippo.

Hingga akhir hayatnya, ia mengabdikan diri untuk berkhotbah, belajar, dan menulis, sambil tetap mempertahankan gaya hidup sederhana dan asketis.

Menurut catatan Posidius, seorang uskup yang hidup sezaman dengan Agustinus, ia adalah seorang pria yang makan sedikit, bekerja keras, tidak menyukai percakapan tentang kehidupan orang lain, dan merupakan administrator keuangan yang cakap untuk karya-karya komunitasnya.

Agustinus adalah salah satu tokoh yang mempelopori gagasan bahwa manusia adalah kesatuan sempurna dari dua substansi: tubuh dan jiwa.

Baca Juga :  Fakta Terungkap: Kunjungan Paus Leo XIV ke Papua Tahun 2003

Pemahaman ini memiliki pengaruh besar pada perkembangan filsafat setelahnya.

Agustinus juga meletakkan dasar-dasar eklesiologi dengan menyatakan bahwa Gereja Katolik adalah entitas yang unik dan sah, namun perlu dipahami dalam dua realitas.

Realitas yang tampak dibentuk oleh institusi hierarkis dan sakramen-sakramen, sementara realitas yang tidak tampak dibentuk oleh jiwa-jiwa para pengikutnya.

Pada usia 75 tahun, Agustinus jatuh sakit dan meninggal dunia pada tanggal 28 Agustus 430.

Meskipun Gereja Katolik belum menetapkan kriteria objektif untuk kanonisasi pada masa itu, Agustinus diangkat menjadi santo atas permintaan banyak orang.

Pada tahun 1298, Paus Bonifasius VIII (1235-1303) menganugerahi Agustinus gelar anumerta Doktor Gereja.

Martin Luther, seorang Agustinian

Salah satu tokoh paling berpengaruh dari kalangan Agustinian adalah Martin Luther (1483-1546).

Sebagai seorang imam dan biarawan Agustinian asal Jerman, Luther merasa prihatin dengan monopoli iman yang dipegang oleh Gereja Katolik.

Luther secara khusus menyoroti praktik komersialisasi indulgensi, yaitu pengampunan dosa secara penuh.

Pada masa itu, indulgensi diperjualbelikan oleh pihak gereja dengan imbalan sejumlah uang.

Tanpa disangka, tindakan Luther ini memicu gerakan yang kemudian dikenal sebagai Reformasi Protestan.

Pada tanggal 31 Oktober 1517, Luther, yang telah menjadi tokoh agama yang disegani dengan karier akademis yang cemerlang, memublikasikan 95 tesisnya di pintu gereja Kastil Wittenberg.

Pada dasarnya, Luther mempertanyakan praktik perdagangan rahmat dan kekuasaan absolut Gereja Katolik.

Ia berpendapat bahwa Alkitab adalah teks utama yang harus dipertimbangkan, lebih tinggi dari otoritas Kepausan mana pun.

Pada tahun 1520, Vatikan mengeluarkan keputusan ekskomunikasi terhadap Luther.

Pengucilannya dari Gereja Katolik ini menjadi titik awal lahirnya berbagai aliran Kristen yang membuka keragaman dalam beragama.

Reformasi ini mengakhiri monopoli Gereja Katolik dan memungkinkan munculnya banyak gereja Kristen lainnya di dunia Barat.

Edison Veiga turut berkontribusi pada artikel ini

  • Kunjungan Robert Prevost ke Papua dan harapan perdamaian – ‘Saya kaget ternyata dia yang menjadi Paus’
  • Siapa Robert Prevost, Paus Leo XIV yang baru terpilih?
  • Di balik pemilihan nama Paus Leo XIV
  • Dari penjaga klub malam hingga menjadi Paus – Perjalanan hidup Paus Fransiskus yang mengubah Gereja Katolik
  • Mengapa Paus memakai sepatu merah? Apakah Paus menerima gaji? – Serba-serbi seputar Paus
  • Rahasia pemilihan pengganti Paus Fransiskus yang terungkap dalam film ‘Conclave’
  • ‘Bapa Paus mengajak kita untuk mencintai perdamaian’ – Umat Katolik di Indonesia mendoakan Paus Fransiskus
  • Kisah tiga Paus dari Afrika mengubah Gereja Katolik dan memberi Hari Valentine
  • Menyelisik teori-teori yang menyebut Yesus punya lebih dari 12 rasul
  • Siapa Robert Prevost, Paus Leo XIV yang baru terpilih?
  • Di balik pemilihan nama Paus Leo XIV
  • Mengapa Paus memakai sepatu merah? Apakah Paus menerima gaji? – Serba-serbi seputar Paus

Berita Terkait

Membongkar Jejak Digital Paus Leo XIV: Fakta Tersembunyi!
Paus Leo XIV: Prediksi Masa Depan Gereja Katolik?
Rayakan Waisak 2025: 10 Destinasi Wisata Buddhis Terbaik di Indonesia
Robert Prevost Beberkan Kisah Dibalik Pemilihan Nama Paus Leo XIV
Penyakit Langka di Brasil: Pernikahan Sepupu Jadi Faktor Utama?
Fakta Mengejutkan: Paus Leo XIV Pernah Berkunjung ke Indonesia!
Lebaran Depok 2025: Semarak Tradisi Sepekan Siap Menyambut
Terungkap: Alasan Kardinal Prevost Memilih Nama Paus Leo XIV

Berita Terkait

Senin, 12 Mei 2025 - 01:20 WIB

Membongkar Jejak Digital Paus Leo XIV: Fakta Tersembunyi!

Minggu, 11 Mei 2025 - 15:55 WIB

Inspirasi Santo Agustinus: Pengaruhnya pada Kepemimpinan Paus Leo XIV

Minggu, 11 Mei 2025 - 06:27 WIB

Paus Leo XIV: Prediksi Masa Depan Gereja Katolik?

Sabtu, 10 Mei 2025 - 22:31 WIB

Rayakan Waisak 2025: 10 Destinasi Wisata Buddhis Terbaik di Indonesia

Sabtu, 10 Mei 2025 - 22:23 WIB

Robert Prevost Beberkan Kisah Dibalik Pemilihan Nama Paus Leo XIV

Berita Terbaru

finance

Update Harga Emas Antam Hari Ini: Turun Rp 23.000

Senin, 12 Mei 2025 - 09:27 WIB