IHSG Anjlok Ditekan Trump: Pemerintah Didorong Genjot Negosiasi Perdagangan

- Penulis

Selasa, 8 April 2025 - 12:03 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sesi pembukaan perdagangan setelah jeda panjang Hari Raya Idul Fitri diwarnai dengan gejolak signifikan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan tajam, memaksa pemberlakuan trading halt untuk meredam kepanikan pasar.

Pemicu utama dari sentimen negatif ini adalah eskalasi tensi dalam dinamika perdagangan global, dipicu oleh kebijakan tarif impor yang bersifat timbal balik yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Andry Asmoro, Chief Economist dari Bank Mandiri, menyoroti bahwa sektor teknologi mencatatkan penurunan paling curam, mencapai 10,38 persen. Sektor bahan baku menyusul dengan penurunan sebesar 10,07 persen, sementara sektor konsumer non primer melemah sebesar 7,63 persen.

Lebih lanjut, penurunan IHSG yang paling signifikan berdasarkan emiten dipimpin oleh saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI), yang terkoreksi sebesar 14,57 persen ke level 3.460. Diikuti oleh Bank Central Asia (BBCA) yang turun 12,94 persen ke level 7.400, Bank Mandiri (BMRI) sebesar 13,46 persen ke level 4.500, Telkom Indonesia (TLKM) sebesar 14,94 persen ke level 2.050, dan DCI Indonesia (DCII) sebesar 14,99 persen ke level 142.775.

Andry menjelaskan bahwa pasar saham secara global tengah menghadapi tekanan yang besar akibat pengumuman penerapan tarif impor resiprokal oleh AS. Kebijakan Trump yang menetapkan tarif dasar 10 persen untuk seluruh impor, serta tarif yang lebih tinggi bagi negara-negara tertentu seperti China (34 persen), Vietnam (46 persen), dan Uni Eropa (20 persen), memicu kekhawatiran akan kembalinya perang dagang berskala global.

“Kebijakan ini mengakibatkan penurunan dramatis di pasar ekuitas global, serta meningkatkan kekhawatiran akan tekanan inflasi, sehingga mendorong kenaikan imbal hasil obligasi,” ungkap Andry dalam analisisnya pada hari Selasa (8/4).

Baca Juga :  Daftar Promo HUT BCA 2025, Ada Diskon di Alfamart hingga Pizza Hut

Sebagai respons terhadap kebijakan tersebut, Andry mencatat bahwa beberapa negara yang terkena dampak telah mengumumkan langkah-langkah balasan. China, misalnya, memberlakukan tarif sebesar 34 persen untuk semua impor dari AS yang mulai berlaku pada tanggal 10 April. Di sisi lain, Vietnam menawarkan penghapusan seluruh tarif impor dari AS.

Kemudian, Trump memberikan ancaman untuk mengenakan tarif tambahan sebesar 50 persen pada impor dari China jika pemerintah China tidak mencabut tarif balasannya paling lambat tanggal 8 April. Menurut Andry, manuver ini telah meningkatkan volatilitas pasar dan memunculkan kekhawatiran akan konflik perdagangan yang berlarut-larut.

Andry berpendapat bahwa kebijakan tarif Trump memperdalam ketidakpastian global. Tindakan ini berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi global melalui penurunan volume perdagangan internasional dan peningkatan tekanan biaya di berbagai sektor.

“Sentimen pasar diperkirakan akan tetap rapuh dalam jangka pendek, seiring dengan respons balasan dari negara-negara mitra dagang utama yang meningkatkan risiko konflik yang berkepanjangan,” jelasnya.

Andry melanjutkan, peningkatan tarif berpotensi memicu risiko stagflasi di AS. Hal ini dikarenakan inflasi dapat meningkat sebagai akibat dari kenaikan harga impor, sementara pertumbuhan ekonomi cenderung tertahan. Kondisi ini, menurutnya, dapat memengaruhi prospek penurunan suku bunga oleh The Fed, terutama jika tekanan inflasi bertahan lebih tinggi dari perkiraan.

Lebih jauh, dia menyebutkan bahwa Indonesia termasuk di antara negara-negara yang terdampak dengan pengenaan tarif sebesar 32 persen atas ekspor ke AS. Peningkatan tarif ini berisiko menekan kinerja ekspor nasional, terutama untuk produk-produk manufaktur seperti tekstil, alas kaki, dan elektronik yang memiliki eksposur yang signifikan ke pasar AS.

Baca Juga :  Okupansi Hotel Lebaran 2025 Anjlok 20%: PHRI Ungkap Penyebabnya, Daya Beli Melemah

“Tekanan terhadap ekspor dapat memperburuk defisit transaksi berjalan dan menambah tekanan terhadap stabilitas nilai tukar Rupiah,” kata Andry.

Dalam situasi yang penuh tantangan ini, Andry menilai bahwa strategi dan langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah Indonesia untuk melakukan negosiasi perdagangan menjadi sangat krusial. Dia mengharapkan agar kesepakatan melalui jalur diplomasi atau negosiasi dapat segera tercapai.

“Upaya untuk memperoleh pengecualian tarif atau membangun kesepakatan dagang bilateral yang lebih menguntungkan akan menjadi kunci dalam menjaga daya saing ekspor nasional,” ujar Andry.

Selain itu, lanjut dia, diversifikasi pasar ekspor dan percepatan perjanjian perdagangan bebas (FTA) dengan negara lain dapat menjadi langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasar AS.

Secara keseluruhan, Andry juga memprediksi bahwa ketidakpastian global dan meningkatnya risiko tersebut diperkirakan akan mendorong volatilitas di pasar keuangan domestik.

Saat ini, imbal hasil obligasi Rupiah Pemerintah Indonesia tenor 10 tahun naik 18,60 bps ke level 7,19 persen, dan imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun turun 2,10 bps ke level 4,16 persen.

“Kami memperkirakan Rupiah akan bergerak di kisaran 16.610–16.840 per USD, sementara yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun berada di kisaran 7,1–7,3 persen dalam jangka pendek,” kata Andry.

Berita Terkait

Laba Bersih BSI Melesat Rp1,87 Triliun di Kuartal I 2025
Sah! Bank DKI Disetujui IPO di Bursa Efek Indonesia
Kejagung Dalami Dugaan Korupsi Kredit Bank ke Sritex: Apa Dampaknya?
Ahmad Luthfi Luncurkan Kebijakan: Tarif Bus Buruh Cuma Seribu Rupiah!
BIKE Tebar Dividen: Simak Jadwal dan Besaran Dividen Sepeda Bersama Indonesia
Astra Graphia Tebar Dividen Rp 67 Miliar: Cek Jadwal Lengkapnya!
8 Tuntutan Pengusaha: Solusi Produktivitas & Kesejahteraan Buruh?
Prospek Emiten Grup Pertamina 2025: Analisis Mendalam dan Rekomendasi Investasi

Berita Terkait

Kamis, 1 Mei 2025 - 18:23 WIB

Laba Bersih BSI Melesat Rp1,87 Triliun di Kuartal I 2025

Kamis, 1 Mei 2025 - 17:55 WIB

Sah! Bank DKI Disetujui IPO di Bursa Efek Indonesia

Kamis, 1 Mei 2025 - 17:19 WIB

Kejagung Dalami Dugaan Korupsi Kredit Bank ke Sritex: Apa Dampaknya?

Kamis, 1 Mei 2025 - 16:31 WIB

Ahmad Luthfi Luncurkan Kebijakan: Tarif Bus Buruh Cuma Seribu Rupiah!

Kamis, 1 Mei 2025 - 16:19 WIB

BIKE Tebar Dividen: Simak Jadwal dan Besaran Dividen Sepeda Bersama Indonesia

Berita Terbaru

finance

Laba Bersih BSI Melesat Rp1,87 Triliun di Kuartal I 2025

Kamis, 1 Mei 2025 - 18:23 WIB

finance

Sah! Bank DKI Disetujui IPO di Bursa Efek Indonesia

Kamis, 1 Mei 2025 - 17:55 WIB