Harga Energi Fluktuatif: Analisis dan Prospek Pasar Terkini

Avatar photo

- Penulis

Minggu, 4 Mei 2025 - 21:27 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

“`html

Ragamutama.com – JAKARTA. Situasi pasar komoditas energi global, meliputi minyak mentah, gas alam, dan batubara, menunjukkan adanya tekanan harga dalam kurun waktu sebulan terakhir. Sentimen negatif ini terutama dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran mengenai potensi resesi ekonomi di Amerika Serikat, serta dampak lanjutan dari perang dagang yang berkepanjangan antara AS dan China.

Berdasarkan data yang dihimpun dari Trading Economics pada hari Jumat (2/5), harga minyak mentah jenis WTI di pasar berjangka berada di sekitar US$ 58,290 per barel. Angka ini mencerminkan penurunan sebesar 1,60% dalam sehari dan penurunan signifikan sebesar 12,94% jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Minyak Brent juga mengalami tren serupa, mencatat penurunan harian sebesar 1,35% dan diperdagangkan pada level US$ 61,290 per barel. Secara bulanan, harga minyak Brent juga terkoreksi sebesar 12,62%.

Walau Sedang Tertekan, Outlook Harga Komoditas Energi Tetap Dianggap Menjanjikan

Di sisi lain, harga gas alam menunjukkan tren yang berbeda, dengan kenaikan sebesar 4,34% dibandingkan dengan sesi perdagangan sebelumnya, mencapai US$ 3,6300 per MMBtu.

Harga batubara juga terpantau mengalami peningkatan harian sebesar 0,51%, diperdagangkan pada level US$ 98,00 per ton. Namun demikian, jika dilihat secara bulanan, harga gas alam dan batubara masing-masing mengalami penurunan sebesar 12,28% dan 1,41%.

Menurut pandangan Pengamat Komoditas sekaligus Founder Tradeindo, Wahyu Tribowo Laksono, tren bearish pada harga minyak diperkirakan masih akan berlanjut. Faktor utama yang mendorong tren ini adalah pasokan minyak yang melimpah di pasar global, serta indikasi melemahnya pertumbuhan ekonomi global yang diakibatkan oleh ketegangan perdagangan antara AS dan China.

“Kondisi ini berpotensi mengurangi proyeksi permintaan minyak secara global,” jelas Wahyu kepada Kontan.co.id, pada hari Sabtu (3/5).

Rencana dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Dunia (OPEC+) untuk meningkatkan produksi minyak sebesar 138.000 barel per hari mulai bulan April semakin memperkuat kekhawatiran pasar mengenai kelebihan pasokan, yang berpotensi menekan harga minyak lebih lanjut.

Kendati Sempat Naik di Awal Tahun, Prospek Harga Komoditas Energi Masih Dibayangi Tekanan

Baca Juga :  Akhir Pertemuan IMF-Bank Dunia: Nasib Tarif Global Belum Jelas

Dalam laporan bulanan yang dirilis pada bulan April, OPEC+ juga melakukan revisi terhadap proyeksi permintaan minyak, menjadi 1,3 juta barel per hari untuk tahun ini dan tahun depan.

Meskipun demikian, pada perdagangan hari Jumat (2/5), harga minyak sempat mengalami kenaikan sesaat akibat adanya spekulasi mengenai potensi sanksi tambahan dari AS terhadap Iran, menyusul penundaan perundingan nuklir. Ketegangan geopolitik ini berpotensi mengganggu pasokan minyak global, meskipun pada akhirnya harga minyak kembali bergerak dalam tren bearish.

Sementara itu, harga gas alam menunjukkan tanda-tanda rebound, didorong oleh peningkatan permintaan domestik di AS menjelang musim dingin. “Sehingga permintaan gas untuk keperluan pemanas mengalami peningkatan dan mendominasi tren mingguan,” terang Wahyu.

Faktor-faktor global juga turut memengaruhi harga gas alam, seperti ketegangan konflik yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina, serta gangguan yang terjadi di Laut Merah yang meningkatkan kekhawatiran terhadap potensi gangguan pasokan global.

Estimasi Prospek Harga Komoditas Energi Masih Akan Mengalami Tekanan di Tahun 2025

Wahyu memprediksi bahwa harga gas alam akan tetap menunjukkan fluktuasi ke depannya. Ketersediaan pasokan global yang cukup, terutama dari AS, berpotensi membatasi potensi kenaikan harga yang signifikan. Namun, permintaan musiman diperkirakan akan tetap menjadi faktor penopang harga hingga kuartal IV-2025.

Sementara itu, tren pelemahan harga batubara terutama dipicu oleh dinamika permintaan di kawasan Asia.

China dan India tetap menjadi penggerak utama permintaan batubara untuk sektor pembangkit listrik, terutama sebagai respons terhadap gelombang panas yang melanda kawasan Asia Tenggara, seperti Thailand, Filipina, dan Vietnam, yang mengakibatkan peningkatan konsumsi energi.

“Selain itu, faktor cuaca, perkembangan perang dagang, dan stimulus ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah China juga berkontribusi dalam mendongkrak harga batubara,” ujar Wahyu.

Ke depannya, harga batubara diperkirakan akan cenderung stabil atau mengalami sedikit kenaikan hingga akhir tahun 2025.

Akan tetapi, tekanan yang berasal dari kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi global dan tren peralihan menuju sumber energi terbarukan diperkirakan akan membatasi potensi kenaikan harga yang signifikan.

Baca Juga :  Tarif Impor Tekstil RI Capai 47 Persen: Menteri Airlangga Sebut Tertinggi ASEAN

Analis dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, berpendapat bahwa bahkan tanpa adanya perang dagang, harga ketiga komoditas energi tersebut tetap rentan terhadap tekanan karena pasokan yang berlimpah.

Pasokan yang Melimpah, Harga Komoditas Energi Diprediksi Belum Akan Cerah Tahun Ini

“Ketidakpastian ini masih sangat besar, kecuali jika Trump membatalkan semua tarif termasuk keinginan mencaplok Greendland, Kanada, dan Kanal Panama,” jelas Lukman kepada Kontan.co.id, pada hari Jumat (2/5).

Dalam proyeksinya, Lukman memperkirakan bahwa harga gas alam akan berada pada kisaran US$ 3,1000 – US$ 3,3000 per MMBtu dalam jangka pendek, dan US$ 2,5000 – US$ 2,800 per MMBtu hingga akhir tahun.

Harga batubara diperkirakan akan berada di kisaran US$ 95,00 per ton dalam jangka pendek dan US$ 85,00 – US$ 90,00 per ton hingga akhir tahun.

“Perkiraan saya, harga minyak mentah dunia jenis WTI dan Brent akan berada di kisaran US$ 50,000 – US$ 55,000 per barel hingga akhir tahun nanti,” tutup Lukman.

Harga Komoditas Energi Diproyeksikan Mengalami Tekanan, Inilah Alasannya

Senada dengan Lukman, Wahyu juga memberikan proyeksi jangka pendek dan tahunan untuk ketiga komoditas energi tersebut. Ia memperkirakan bahwa harga gas alam akan bergerak di kisaran US$ 2,000 – US$ 5,000 per MMBtu dalam jangka pendek dan US$ 1,000 – US$ 6,000 per MMBtu hingga akhir tahun.

Untuk batubara, proyeksinya berada di kisaran US$ 80,00 – US$ 120,00 per ton dalam jangka pendek dan US$ 60,00 – US$ 140,00 per ton hingga akhir tahun.

“Untuk minyak mentah dunia, proyeksi saya akan berada di kisaran US$ 62,000 – US$ 66,000 per barel dan US$ 40 – US$ 70 per barel hingga akhir tahun 2025,” tutup Wahyu.

“`

Berita Terkait

BPS Ungkap Perbedaan Data Kemiskinan dengan Bank Dunia: Analisis Lengkap
Rencana Prabowo Hapus Outsourcing Picu Kekhawatiran Apindo Soal Daya Saing Industri
Panduan Lengkap Laporan Audit: Opini, Fungsi, dan Tahapan Penting
Strategi Jitu: Review Portofolio Investasi Saat Ekonomi Tidak Pasti
Mitra Keluarga Karyasehat (MIKA) Catat Kenaikan Laba 6,51% pada Kuartal I 2025
Mengapa Pasar SBN Indonesia Tetap Jadi Incaran Investor?
Bank DKI Siap IPO: Laba Kuartal I/2025 Meroket Jadi Rp215,3 Miliar
Inilah Daftar Emiten Bagi Dividen: Saham Pilihan Analis Terbaru

Berita Terkait

Senin, 5 Mei 2025 - 00:35 WIB

BPS Ungkap Perbedaan Data Kemiskinan dengan Bank Dunia: Analisis Lengkap

Senin, 5 Mei 2025 - 00:15 WIB

Rencana Prabowo Hapus Outsourcing Picu Kekhawatiran Apindo Soal Daya Saing Industri

Minggu, 4 Mei 2025 - 23:51 WIB

Panduan Lengkap Laporan Audit: Opini, Fungsi, dan Tahapan Penting

Minggu, 4 Mei 2025 - 23:39 WIB

Strategi Jitu: Review Portofolio Investasi Saat Ekonomi Tidak Pasti

Minggu, 4 Mei 2025 - 23:31 WIB

Mitra Keluarga Karyasehat (MIKA) Catat Kenaikan Laba 6,51% pada Kuartal I 2025

Berita Terbaru

entertainment

Meysha Gobel: Sensasi RnB Gen Z Indonesia yang Wajib Kamu Dengar!

Senin, 5 Mei 2025 - 01:47 WIB

Uncategorized

Meysha Gobel: Sensasi RnB Gen Z Indonesia yang Memikat Perhatian

Senin, 5 Mei 2025 - 01:36 WIB

Public Safety And Emergencies

Sopir BYD Tabrak Lari di Pluit Belum Diperiksa Polisi, Ini Alasannya!

Senin, 5 Mei 2025 - 01:19 WIB