Google Terancam Kehilangan Chrome, OpenAI Siap Beli

Avatar photo

- Penulis

Kamis, 24 April 2025 - 12:27 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ragamutama.com – OpenAI, perusahaan di balik ChatGPT, menyatakan kesiapannya untuk membeli peramban (browser) Google Chrome, jika Google benar-benar dipaksa untuk menjualnya sebagai bagian dari sanksi praktik monopoli yang tengah diusut pemerintah AS.

Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Nick Turley, kepala produk ChatGPT di OpenAI, dalam sidang pengadilan yang digelar untuk menentukan bentuk hukuman atas praktik anti-persaingan Google di pasar mesin pencari. Informasi ini pertama kali dilaporkan oleh The Information.

“Dengan memiliki Chrome, kami bisa menawarkan pengalaman yang luar biasa dan memperkenalkan kepada pengguna seperti apa bentuk browser yang benar-benar berbasis AI,” kata Turley dalam kesaksiannya pada Selasa, seperti dikutip dari Bloomberg.

Turley dihadirkan oleh Departemen Kehakiman AS (Department of Justice/DoJ) sebagai saksi dalam persidangan yang sedang menentukan sanksi atau remedies yang layak diberlakukan terhadap Google.

Sebelumnya, Departemen Kehakiman AS memenangkan gugatan antitrust terhadap Google pada 2023. Pengadilan menyimpulkan bahwa Google memonopoli pasar pencarian secara ilegal.

Kini, hakim tengah mempertimbangkan berbagai sanksi struktural, termasuk kemungkinan agar Google menjual Chrome, peramban web paling dominan di dunia.

Nah, Nick Turley dijadikan saksi oleh Departemen Kehakiman AS dalam sidang antimonopoli terhadap Google, karena perannya sebagai kepala produk ChatGPT di OpenAI, perusahaan yang dianggap terdampak langsung oleh dominasi Google di pasar pencarian online.

Baca Juga :  Trending Kurs Dollar ke Rupiah jadi Rp 8.170, Ini Kata BI dan Google

Turley dipanggil untuk menjelaskan bagaimana dominasi Google menghambat pertumbuhan dan inovasi pesaing seperti OpenAI.

Dalam kesaksiannya, Turley menyebut bahwa OpenAI pernah meminta akses ke data pencarian Google untuk meningkatkan performa layanan SearchGPT (mesin pencari di dalam ChatGPT), tapi ditolak.

“Jika kami punya akses ke data real-time Google, kami bisa membangun produk yang lebih baik dengan lebih cepat,” ujar Turley.

Ia juga mengaku sulit bersaing karena Google memiliki kekuatan finansial dan pengaruh besar terhadap perusahaan seperti Samsung.

Misalnya, Google mulai membayar Samsung sejak Januari agar aplikasi Gemini (AI milik Google) terpasang langsung di ponsel buatan Samsung.

“Kami sudah mencoba (negosiasi), tapi tidak pernah sampai ke tahap negosiasi serius,” kata Turley.

Di samping itu, Google juga dilaporkan membayar Apple miliaran dollar AS per tahun agar tetap menjadi mesin pencari default di peramban Safari. Departemen Kehakiman AS melihat ini sebagai strategi yang menghambat kompetisi.

OpenAI sendiri kabarnya sudah mempertimbangkan untuk mengembangkan browser baru yang bisa menjadi pesaing Chrome.

Beberapa bulan lalu, perusahaan ini merekrut dua mantan pengembang utama Google Chrome, yakni Ben Goodger dan Darin Fisher.

Baca Juga :  OpenAI Tarik Update GPT-4o: Benarkah Terlalu "Menjilat"?

Google diminta jual Chrome

Dalam tuntutannya, Departemen Kehakiman AS meminta pengadilan untuk memaksa Google menjual Chrome sebagai bagian dari upaya untuk mengatasi monopoli pasar pencarian online.

Menurut Departemen Kehakiman AS, Google tidak boleh mengontrol semua saluran distribusi utama ke internet, termasuk browser. Browser ini disebut sebagai gerbang utama internet yang telah memperkuat posisi dominan Google selama bertahun-tahun.

Divestasi Chrome disebut akan membuka peluang bagi pesaing lain untuk menciptakan browser yang lebih terbuka dan bervariasi, serta memberi mereka kesempatan yang lebih adil untuk bersaing.

Selain mewajibkan divestasi Chrome, Departemen Kehakiman AS juga merekomendasikan agar Google dipaksa memberikan lisensi data pencarian kepada kompetitor dan menghentikan kontrak eksklusif dengan produsen gadget, termasuk Apple yang menjadikan Google sebagai mesin pencari default di perangkat iPhone dan Mac.

DoJ percaya bahwa langkah-langkah ini akan mengurangi kontrol dominan Google atas pasar pencarian dan memberi ruang lebih banyak untuk kompetisi yang sehat.

Sementara itu, Google berpendapat bahwa usulan pemerintah dapat merusak pengalaman konsumen dan melemahkan posisi kepemimpinan teknologi AS di tingkat global.

Keputusan akhir soal sanksi terhadap Google akan diumumkan pada Agustus mendatang, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Bloomberg, Kamis (24/4/2025).

Berita Terkait

Tips Ampuh Membersihkan iCloud Penuh di iPhone Anda
Asus ExpertBook P5 dan P1: Laptop Bisnis Andal untuk Profesional Aktif
Oppo Find N5 Siap Menggebrak Indonesia: Ponsel Lipat Super Tipis!
Xiaomi TV A Pro 2026: Unggulan 4K OLED dengan Game Boost!
iPhone 17 Pro: Rumor Hilangnya Layar Anti-Reflektif, Benarkah?
Xiaomi Redmi Note 14 5G vs Samsung Galaxy A26 5G: Perbandingan Harga, Spesifikasi & Mana yang Terbaik?
Oppo Find N5 Fold: HP Lipat Lebih Terjangkau Resmi Meluncur!
Duel Sengit: Samsung A26 5G vs Redmi Note 14 5G, Mana Lebih Unggul?

Berita Terkait

Kamis, 1 Mei 2025 - 06:35 WIB

Tips Ampuh Membersihkan iCloud Penuh di iPhone Anda

Kamis, 1 Mei 2025 - 05:03 WIB

Asus ExpertBook P5 dan P1: Laptop Bisnis Andal untuk Profesional Aktif

Kamis, 1 Mei 2025 - 04:47 WIB

Oppo Find N5 Siap Menggebrak Indonesia: Ponsel Lipat Super Tipis!

Kamis, 1 Mei 2025 - 03:55 WIB

Xiaomi TV A Pro 2026: Unggulan 4K OLED dengan Game Boost!

Kamis, 1 Mei 2025 - 02:31 WIB

iPhone 17 Pro: Rumor Hilangnya Layar Anti-Reflektif, Benarkah?

Berita Terbaru

technology

Tips Ampuh Membersihkan iCloud Penuh di iPhone Anda

Kamis, 1 Mei 2025 - 06:35 WIB