### Hobi Berujung Rezeki: Kisah Inspiratif dari Nurul Rahma
Saya Nurul Rahma, seorang alumni Ilmu Komunikasi FISIP Unair dengan perjalanan karier yang kaya. Dari jurnalis di Jawa Pos, reporter dan presenter Liputan 6 SCTV, hingga menapaki tangga korporat sebagai Media/Public Relations di perusahaan multinasional dan Marketing Communications di organisasi nirlaba. Seluruh pengalaman ini, baik sebagai tim redaksi majalah donatur maupun peran lainnya, memiliki satu benang merah yang jelas: Komunikasi, Menulis, Diplomasi/Negosiasi, dan Koordinasi.
Tak heran, ketika ditanya tentang hobi yang bisa mendulang cuan, kisah saya selalu berputar di dunia ini. Selain pekerjaan utama, saya juga kerap terlibat dalam berbagai kontes—mulai dari *giveaway* dan kuis seru di Instagram hingga kompetisi berskala besar yang menuntut atensi dan usaha ekstra. Mari saya paparkan satu per satu bagaimana hobi-hobi ini telah saya ubah menjadi sumber penghasilan. Semoga kisah ini dapat menginspirasi Anda untuk menemukan peluang serupa dan meraup cuan yang menggiurkan. Siapa tahu, hobi Anda juga bisa menjadi ladang rezeki!
—
#### 1. Gemar Berkompetisi: Mengasah Diri, Meraih Hadiah
Sejak kecil, saya memiliki kegemaran luar biasa untuk berlomba. Mulai dari lomba puisi atau menyanyi di perayaan Agustusan, hingga Lomba Pelajar Teladan dan Cerdas Cermat P-4. Bahkan, saya pernah mewakili kontingen Jawa Timur dalam Lomba Pidato P-4 di Jakarta saat SMA. Pengalaman ini, meski berlatar masa Orde Baru, menumbuhkan kebanggaan yang tak terhingga bisa menyimak langsung pidato presiden kala itu.
Sensasi *adrenaline rush* yang saya rasakan setiap kali mengikuti lomba sungguh adiktif. Menantikan pengumuman hasil, menyusun naskah pidato, hingga memanjatkan doa, adalah pengalaman yang tak ternilai harganya. Berani berlomba berarti berani menang dan berani kalah. Kondisi ini secara tidak langsung membentuk saya untuk selalu siap menerima setiap hasil kompetisi. Lingkaran pergaulan saya sejak sekolah menengah pun banyak diisi oleh guru pembimbing dan sesama kompetitor, menciptakan dinamika yang sangat seru.
Hadiah yang saya peroleh pun sangat beragam. Dari kuis atau *giveaway* di Instagram, memenangkan *e-money* Rp 100 ribu saja sudah cukup membuat saya sumringah. Pada lomba lain, saya pernah mendapatkan *gadget*, uang tunai, bahkan puluhan juta rupiah dalam lomba khusus ibu-ibu. Di era digital ini, ibu-ibu modern memiliki banyak kemudahan untuk berburu cuan, asalkan *critical thinking* dan *growth mindset* senantiasa tertanam dalam jiwa. Banyak lomba juga menuntut kreativitas, analisis, serta kemampuan presentasi yang unik dan menarik.
Tanpa disadari, hobi berkompetisi ini telah mengantarkan saya pada penguasaan ilmu baru. Saya belajar negosiasi, komunikasi interpersonal, bagaimana mengelola orang, hingga *teamwork*. Disiplin, komitmen, dan resiliensi adalah sebagian kecil dari banyak keterampilan yang saya dapatkan. Dari berbagai lomba inilah, mengalirkan saya pada “hobi berujung cuan” berikutnya.
—
#### 2. Keahlian Mengkoordinasi: Menjadi Penggerak Acara Handal
Mengkoordinasi sejumlah orang untuk terlibat dalam suatu kegiatan seringkali terlihat sepele, padahal tidak demikian. Terutama jika tugas kita adalah mengkoordinasi para ibu-ibu agar hadir tepat waktu. Alasan yang muncul bisa sangat bervariasi:
“Maaf, saya tidak jadi datang, anak saya demam.”
“Aduh, anak saya tiba-tiba rewel, saya batal ke acara ya.”
“Saya datang telat, aki motor saya soak. Mau naik ojek, tidak ada saldo.”
Menjadi koordinator memang memicu detak jantung yang cepat, namun anggap saja sebagai “senam jantung” agar semakin sehat. Profesi ini menuntut kejelian, kepekaan, dan kesabaran seluas Samudra Hindia, namun sepadan dengan penghasilan yang didapat. Setiap acara memiliki keunikan dan tingkat “sport jantung” tersendiri. Mengkoordinasi komunitas ibu-ibu tentu memiliki sensasi yang berbeda dengan saat saya mengkoordinasi teman-teman *blogger* atau wartawan.
Begitu pula ketika saya mengkoordinasi anak-anak untuk *playdate* sambil beraktivitas *outdoor*. Ini adalah pengalaman yang seru, menyenangkan, sekaligus menegangkan—sungguh *mixed feelings*! Yang jelas, dibutuhkan *passion* terhadap orang banyak dan keinginan untuk berinteraksi dengan mereka, serta menganggap setiap individu itu penting.
Saya memang gemar berbincang dengan orang baru, termasuk saat *traveling*. Momen plesiran menjadi kesempatan emas untuk menyalurkan *passion* menjelajah sekaligus berinteraksi dengan orang-orang baru. Karena itulah, *passion* berujung cuan berikutnya adalah…
—
#### 3. *Traveling*: Menjelajah Dunia, Meraup Rezeki
Traveling seringkali diidentikkan dengan kemewahan, hedonisme, dan pengeluaran besar yang berujung utang. Namun, *passion* menjelajah ini sangat bisa dikonversi menjadi cuan. Misalnya, jika Anda suka menulis, Anda bisa menjadi penulis konten untuk agen perjalanan daring atau menjadi *affiliate marketer*. Pecinta fotografi dapat menangkap gambar-gambar ciamik dan menjualnya di berbagai platform foto. Peluang cuan pun terbuka lebar!
Saya sendiri berprinsip, setiap kali *traveling* (termasuk wisata kuliner), usahakan untuk mengabadikan memori dan menulis ulasan. Saya sering membagikannya di blog, akun media sosial, dan yang paling sering saya ulas di Google Maps. Review Google Maps saya bahkan sudah mencapai Local Guides Level 9. Dari ulasan-ulasan “iseng” ini, rezeki tak terduga pun datang. *Alhamdulillah*, saya beberapa kali mendapatkan *freebies* dari Google, mulai dari *tumbler*, kaus kaki, hingga tas.
Namun, pengalaman yang paling luar biasa adalah undangan *trip* GRATIS ke San Francisco, Amerika Serikat. Semuanya ditanggung penuh oleh Google! Mulai dari tiket pesawat pulang-pergi, akomodasi di Hotel Hyatt San Francisco, pembuatan visa, hingga antar-jemput bandara menggunakan Limosin. Pengalaman ini benar-benar membuat saya merasakan *experience* ala *crazy rich*.
Kisah lengkap perjalanan ke Amerika ini dapat Anda baca di artikel: “Kisah Sedekah Mengantarkan ke Amrik dan Umroh GRATIS”.
—
Demikianlah kisah saya. Intinya, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Jika niat kita tulus untuk menjemput rezeki halal dan berkah bagi keluarga, jalan-Nya akan terbentang lebar. Apalagi kita hidup di era serba digital. Bahkan ibu rumah tangga di pelosok pun tetap bisa mendulang cuan, asalkan memiliki tekad dan resiliensi untuk menghadapi tantangan hidup yang semakin kompleks.
Yang tak kalah penting, cuan yang telah terkumpul dari hobi sebaiknya dialokasikan secara bijaksana. Sesekali jajan, menonton bioskop, atau membeli aksesori memang boleh, tapi jangan berlebihan! Akan lebih baik jika uang yang Anda dapatkan disimpan dalam bentuk Tabungan Emas. Ini adalah langkah cerdas, apalagi dengan dukungan Pegadaian yang siap menjadi sahabat finansial bagi para ibu di seluruh penjuru dunia!
Ngomong-ngomong, apa hobi Anda yang bisa mendatangkan cuan? Yuk, bagikan cerita Anda di kolom komentar. Mari saling menginspirasi dan membangun peluang bersama!