Deepfake: AI Palsukan Wajah & Suara, Bahaya atau Manfaatnya?

Avatar photo

- Penulis

Selasa, 1 Juli 2025 - 06:05 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ragamutama.com – Perkembangan teknologi modern, khususnya kecerdasan buatan (AI), menawarkan berbagai kemudahan namun juga menyimpan potensi bahaya yang signifikan. Salah satu inovasi AI yang kerap disalahgunakan adalah deepfake, sebuah teknologi yang mampu menciptakan ilusi digital yang sangat meyakinkan.

Deepfake merupakan bentuk teknologi berbasis kecerdasan buatan yang dirancang untuk menghasilkan gambar, video, atau rekaman audio “palsu” dengan tingkat kemiripan yang luar biasa terhadap aslinya. Kemampuan ini membuatnya sangat berbahaya, terutama jika digunakan untuk memanipulasi seseorang seolah-olah melakukan atau mengatakan sesuatu yang sebenarnya tidak pernah terjadi.

Dengan kemampuannya meniru wajah dan suara manusia secara realistis, banyak yang bertanya-tanya: bagaimana sebenarnya teknologi deepfake ini bekerja?

Deepfake dan Cara Kerjanya

Dirangkum dari RAGAMUTAMA.COM, istilah deepfake sendiri berasal dari penggabungan dua kata: “deep learning” dan “fake”. “Deep learning” adalah cabang dari teknologi kecerdasan buatan yang memanfaatkan algoritma kompleks untuk memanipulasi serta merekayasa konten visual dan audio. Sementara itu, “fake” secara jelas mengindikasikan bahwa konten yang dihasilkan oleh deepfake adalah palsu dan tidak mencerminkan kenyataan.

Berbeda dengan pengeditan gambar atau video tradisional menggunakan aplikasi seperti Photoshop, konten deepfake diciptakan melalui algoritma khusus yang memadukan rekaman lama dan baru. Sebagai contoh, wajah seseorang dalam sebuah gambar akan dianalisis secara mendalam melalui pembelajaran mesin (machine learning/ML). Hasil analisis inilah yang kemudian digunakan untuk menciptakan “tiruan” yang sangat mirip dalam konteks video atau gambar lain.

Mekanisme inti dari teknologi ini terletak pada kombinasi dua algoritma utama: generator dan diskriminator. Keduanya bekerja sama membentuk sebuah sistem yang dikenal sebagai Generative Adversarial Network (GAN). GAN berfungsi dengan mengenali pola-pola spesifik dalam gambar atau video dari sumber asli yang ingin direkayasa. Pola-pola ini kemudian dimanfaatkan untuk menghasilkan konten palsu sesuai kehendak pengguna.

Baca Juga :  Jakarta-Doha Kembali Terhubung! Garuda Indonesia Terbang Lagi!

Saat membuat foto deepfake, sistem GAN akan mempelajari foto sumber dari berbagai sudut, menangkap setiap detail dan perspektif agar tiruan yang dihasilkan semirip mungkin. Proses serupa berlaku untuk pembuatan video deepfake, di mana sistem menganalisis jauh lebih detail, termasuk perilaku, gerakan, dan pola bicara dari video sumber. Setelah semua pola tersebut dianalisis dan ditangkap, informasi ini kemudian diproses berkali-kali oleh diskriminator untuk menyempurnakan realisme gambar atau video hingga mencapai tingkat kemiripan maksimal dengan sumber aslinya.

Mampu Memalsukan Wajah dan Suara

Seperti telah disebutkan, teknologi deepfake memiliki kemampuan luar biasa untuk memalsukan wajah dan suara seseorang dengan tingkat realisme yang nyaris sempurna dan sangat meyakinkan. Konten yang dihasilkan oleh deepfake dapat meniru gerakan bibir, ekspresi wajah, bahkan intonasi suara individu yang direkayasa tersebut.

Konten olahan deepfake umumnya dibuat melalui dua metode. Pertama, dengan memanfaatkan video atau gambar asli yang berisi wajah atau gerakan tubuh seseorang yang ingin direkayasa. Kedua, dengan menukar wajah orang tersebut ke konten lain, atau yang dikenal sebagai face swap.

Tidak hanya terbatas pada gambar atau video, teknologi deepfake juga mampu meniru suara seseorang secara akurat. Cara kerjanya hampir identik dengan pembuatan konten foto dan video: model AI akan mempelajari pola suara seseorang, kemudian membuat rekaman suara baru yang terdengar sangat mirip dengan suara individu tersebut. Deepfake audio seringkali dipadukan dengan lip-sync, menciptakan konten palsu di mana suara seseorang disinkronkan dengan gerakan bibir dalam video sumber, sehingga tampak asli seolah-olah diucapkan langsung oleh orang tersebut.

Bahaya Deepfake di Kehidupan Nyata

Dikutip dari laman TechTarget, konten yang dihasilkan oleh teknologi deepfake menyimpan potensi bahaya serius. Konten ini dapat disalahgunakan untuk berbagai kejahatan seperti penipuan, pemerasan, merusak reputasi, hingga pembuatan konten pornografi non-konsensual. Pelaku kejahatan seringkali memanfaatkan deepfake untuk menyebarkan informasi palsu, terutama yang melibatkan politisi atau figur publik, demi meningkatkan kredibilitas dan dampak misinformasi tersebut.

Baca Juga :  Duel Sengit: Pilih Mana, Galaxy A06 5G atau Redmi Note 14?

Kasus penipuan berkedok deepfake telah dilaporkan di berbagai negara, melibatkan misinformasi yang beragam, di antaranya:

  • Video Pendiri Meta, Mark Zuckerberg, yang seolah-olah membanggakan kontrol Facebook terhadap “penggunanya”.
  • Video mantan presiden Amerika Serikat, Joe Biden, yang disebut mengalami penurunan kognitif, dimaksudkan untuk memengaruhi pemilihan presiden tahun 2020.
  • Foto Paus Fransiskus yang tampak mengenakan jaket tebal.
  • Video mantan presiden AS Donald Trump yang seolah-olah berkelahi dengan polisi.
  • Video CEO Facebook Mark Zuckerberg yang menyampaikan pidato tentang kekuatan jahat perusahaannya.
  • Video Ratu Elizabeth yang seolah-olah menari dan memberikan pidato mengenai kekuatan teknologi.

Tips Mendeteksi Konten Deepfake

Dihimpun dari laman TechTarget, ada tiga tips utama yang dapat membantu pembaca mendeteksi konten yang mungkin dihasilkan oleh teknologi deepfake di internet:

  1. Perhatikan Gerak Wajah atau Mata: Pada konten palsu, posisi wajah seringkali terlihat tidak wajar dan gerakan mata cenderung kaku atau jarang berkedip, sangat berbeda dengan rekaman manusia asli.
  2. Cermati Pencahayaan dan Bayangan: Konten deepfake umumnya menampilkan pencahayaan yang kurang optimal dan terkesan tidak alami. Selain itu, jika video diperbesar, detail bayangan bisa tampak aneh atau tidak konsisten.
  3. Cek Sinkronisasi Bibir dan Audio: Video palsu seringkali menunjukkan ketidaksesuaian antara gerakan bibir dengan suara yang dihasilkan. Perhatikan apakah ada jeda atau ketidakcocokan antara visual dan audio.

Dengan memahami dan menerapkan beberapa tips ini, diharapkan pembaca dapat lebih waspada dan terlindungi dari penyebaran informasi palsu yang direkayasa oleh teknologi deepfake.

Berita Terkait

Raket Padel Mahal: Rahasia Harga Fantastis, Layak Dibeli?
WhatsApp Perangi Penipuan: Fitur Baru Ini Bikin Aman!
Aman! Backup Chat WhatsApp: Panduan Lengkap iPhone & Android
ChatGPT Jadi Saksi? Chat Anda Bisa Dipakai di Pengadilan!
Ilmuwan AI China: Pengakuan CEO Nvidia Bikin Tercengang!
5 Aplikasi Terbaik Beli Crypto: Investasi Mudah & Aman!
Google Hadirkan Pintasan AI Mode untuk Widget Pencarian di Android
Motorola Edge 60 Fusion: Hutan Kota GBK Lebih Indah di Kamera!

Berita Terkait

Sabtu, 16 Agustus 2025 - 09:17 WIB

Raket Padel Mahal: Rahasia Harga Fantastis, Layak Dibeli?

Jumat, 8 Agustus 2025 - 14:58 WIB

WhatsApp Perangi Penipuan: Fitur Baru Ini Bikin Aman!

Jumat, 1 Agustus 2025 - 08:54 WIB

Aman! Backup Chat WhatsApp: Panduan Lengkap iPhone & Android

Kamis, 31 Juli 2025 - 22:52 WIB

ChatGPT Jadi Saksi? Chat Anda Bisa Dipakai di Pengadilan!

Kamis, 31 Juli 2025 - 10:02 WIB

Ilmuwan AI China: Pengakuan CEO Nvidia Bikin Tercengang!

Berita Terbaru

Society Culture And History

HUT RI ke-80: Jadwal Lengkap di Monas & Istana Merdeka!

Sabtu, 16 Agu 2025 - 15:56 WIB

Society Culture And History

Momen Haru: Canda Tawa Terakhir Mpok Alpa Sebelum…

Sabtu, 16 Agu 2025 - 15:34 WIB

politics

Arus Lalin Dialihkan! Upacara HUT ke-80 RI di Istana.

Sabtu, 16 Agu 2025 - 14:32 WIB