Debat Panas pada Pertemuan Zelensky dan Trump di Gedung Putih

- Penulis

Minggu, 2 Maret 2025 - 09:35 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berakhir panas. Bukannya menandatangani hak mineral, Trump malah menyuruh Zelensky keluar dari Gedung Putih.

Dalam pertemuan itu, Trump didampingi juga oleh Wakil Presiden JD Vance. Saat itu, Vance menekankan pentingnya diplomasi untuk menyudahi konflik terbesar di Eropa antara Rusia dan Ukraina sejak Perang Dunia II.

Zelensky yang melipat tangannya kemudian mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin tidak dapat dipercaya. Ia pun menuduh Vance tidak pernah berkunjung ke Ukraina.

“Diplomasi macam apa yang kamu bicarakan, JD?” kata Zelensky, dikutip dari Reuters, Sabtu (1/3).

“Saya berbicara tentang diplomasi yang akan menghentikan kerusakan di negara anda,” jawab Vance.

Zelensky kemudian menyebut bahwa Trump melakukan diplomasi lunak terhadap Rusia. Ia pun meminta Trump untuk tidak berkompromi dengan pembunuh.

Menurut Trump, Zelensky tidak memiliki apa-apa untuk menghentikan peperangan dengan Rusia, Zelensky baru memiliki sesuatu jika “bergandengan tangan” dengan AS.

“Anda tidak dalam posisi yang baik. Anda tidak memiliki kartu sekarang. Dengan kami, anda baru memiliki kartu,” kata Trump.

“Saya tidak bermain kartu, saya sangat serius, Pak Presiden,” kata Zelensky lagi.

“Anda bermain kartu. Anda mempertaruhkan nyawa jutaan orang, anda mempertaruhkan Perang Dunia III,” kata Trump lagi.

Gagalnya Kesepakatan Hak Mineral

Dengan panasnya perdebatan antara kedua pemimpin ini, maka Ukraina dan AS gagal menandatangani perjanjian hak mineral. Trump pun mengancam akan menarik dukungan AS dari Ukraina.

“Anda akan membuat kesepakatan atau kami akan keluar, dan kalau kami keluar, anda akan berjuang habis-habisan. Saya rasa itu tidak akan baik,” kata Trump ke Zelensky.

Baca Juga :  Pemangkasan Anggaran Kemendikdasmen Rp 8 Triliun, P2G: Mengingkari Mandatory Spending Pendidikan

“Ketika kita menandatangani kesepakatan, anda akan berada di posisi yang lebih baik. Tapi anda tidak bersikap berterima kasih sama sekali, dan itu tidak baik. Saya akan jujur. Itu tidak baik,” kata Trump lagi.

Trump menekankan kepada Zelensky bahwa pihaknya ingin membuat kesepakatan. Vance kemudian mengatakan bahwa Zelensky tidak sopan datang ke Ruang Oval untuk mengajukan gugatan terhadap posisinya.

Puja-puji Warga Ukraina kepada Zelensky Usai Debat Panas

Warga Ukraina memuji Presiden Volodymyr Zelensky atas debat panas yang dia tunjukkan saat diterima oleh Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih.

Banyak warga Ukraina yang tercengang oleh debat antara Zelensky dan Trump. Menurut mereka, pemerintahan Trump mendukung kediktatoran Rusia.

“Saya tidak bisa berkata-kata. Untuk negara sekuat itu bersikap lemah dan mendukung kediktatoran,” kata pekerja kantoran, Roman Shkanov, dikutip dari AFP, Sabtu (1/3).

Dalam pertemuan di Gedung Putih, Trump mengatakan Ukraina harus berkompromi dalam gencatan senjata dengan Rusia yang telah mengokupansi dan menghancurkan Ukraina.

Trump kemudian menuduh Zelensky tidak cukup berterima kasih atas bantuan AS dan berulang kali menuduh Ukraina atas invasi yang dilakukan Rusia pada Februari 2022.

Sebagai balasan, Zelensky menunjukkan gambar kekejaman perang kepada Trump dan menegaskan tidak ada kompromi selama Rusia mengokupansi wilayah Ukraina.

“Dia sepenuhnya membela kepentingan kami. Dia tidak mengizinkan kami masuk ke dalam perbudakan apa pun,” kata Shkanov.

Zelensky Dapat Dukungan dari Pemimpin Eropa

Usai debat panas dengan Presiden AS Donald Trump dan Wakil Presiden JD Vance di Gedung Putih, dukungan dari negara Eropa mengalir untuk Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Baca Juga :  Pandu Sjahrir Gabung ke Danantara, Jabatan Masih Dirahasiakan

Dalam waktu singkat, perdana menteri dan presiden dari utara, selatan, timur, dan barat Eropa menunjukkan dukungan terhadap Zelensky dan Ukraina di media sosial.

Dikutip dari Reuters, Sabtu (1/3), meski mereka tidak secara langsung mengkritisi Trump, komentar mereka kembali menegaskan keretakan besar antara AS dan Eropa yang merupakan sekutu lama atas konflik Rusia-Ukraina sejak Trump menjabat sebagai presiden.

“Ada agresor: Rusia. Ada orang yang diserang: Ukraina. Hormati mereka yang sejak awal telah berjuang. Karena mereka berjuang demi martabat, kemerdekaan, demi anak-anak dan demi keamanan Eropa,” kata Presiden Prancis Emmanuel Macron lewat tulisan di media sosial X, yang beberapa waktu lalu bertemu dengan Trump.

Dukungan juga datang dari Polandia. Perdana Menteri Polandia Donald Tusk bahkan merupakan pemimpin Eropa pertama yang menyatakan dukungannya terhadap Zelensky.

“Anda tidak sendirian,” kata Tsuk di media sosial.

Dua petinggi Uni Eropa, Presiden Komisi Eropa Urusla von der Leyen dan Presiden Dewan Eropa Antonio Costa, menyatakan bahwa martabat yang ditunjukkan Zelensky menunjukkan keberanian rakyat Ukraina.

“Jadilah kuat, berani, dan tak kenal takut. Anda tidak pernah sendirian. Kami akan terus bekerja bersama anda untuk perdamaian yang adil dan abadi,” kata mereka.

Sementara, Kanselir Jerman Olaf Scholz menyatakan tidak ada yang menginginkan perdamaian seperti yang dilakukan rakyat Ukraina. Demikian pula disampaikan pemimpin konservatif Jerman, Friedrich Merz, yang nantinya akan menggantikan Scholz.

“Kami bersama #Ukraina di waktu yang baik dan penuh ujian. Kami tidak boleh mencampuradukkan antara agresor dan korban dalam perang yang mengerikan ini,” kata Merz.

Berita Terkait

Politikus PSI Soroti PHK Massal di Jakarta, Desak Pemprov Gelar Job Fair
Deklarasi Ormas Gerakan Rakyat: Apa Kata PKB, PDIP, NasDem, dan PKS?
Silakan Cek Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Bali Senin (3/3), Lengkap!
Dugaan Korupsi Pertamina, Modus Lama dengan Pemain Baru
Jumlah Pemungutan Suara Ulang Meningkat, DPR Desak KPU-Bawaslu Lebih Teliti
Iftitah Sulaiman Klaim Tak Ada Pemaksaan dalam Transmigrasi Lokal Warga Rempang
24 Daerah Harus Gelar Pemungutan Suara Ulang Lengkap Batas Waktu Pelaksanaan,Ada Mahulu dan Kukar
Ilmuwan Sebut Pemecatan Massal di Badan Cuaca oleh Trump Ancam Nyawa Warga AS

Berita Terkait

Rabu, 12 Maret 2025 - 14:15 WIB

Politikus PSI Soroti PHK Massal di Jakarta, Desak Pemprov Gelar Job Fair

Senin, 3 Maret 2025 - 09:25 WIB

Deklarasi Ormas Gerakan Rakyat: Apa Kata PKB, PDIP, NasDem, dan PKS?

Senin, 3 Maret 2025 - 08:55 WIB

Silakan Cek Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Bali Senin (3/3), Lengkap!

Senin, 3 Maret 2025 - 08:15 WIB

Dugaan Korupsi Pertamina, Modus Lama dengan Pemain Baru

Senin, 3 Maret 2025 - 07:35 WIB

Jumlah Pemungutan Suara Ulang Meningkat, DPR Desak KPU-Bawaslu Lebih Teliti

Berita Terbaru