Bitcoin Masih Ditopang Dukungan Kuat di US$ 100.000, Meski Momentum Bullish Meredup

Avatar photo

- Penulis

Jumat, 16 Mei 2025 - 12:43 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ragamutama.com JAKARTA. Harga Bitcoin (BTC) masih tertahan di bawah level psikologis US$ 105.000 sejak 10 Mei 2025. Kondisi ini memicu pertanyaan dari para pelaku pasar soal keberlanjutan tren bullish aset kripto tersebut.

Melansir laman Cointelegraph pada Jumat (16/5), meski sempat menyentuh kembali level US$ 104.000, permintaan untuk posisi long dengan leverage mulai menurun tajam.

Hal ini tercermin dari penurunan premi kontrak berjangka Bitcoin (futures premium) secara tahunan yang jatuh dari 7% menjadi 5% per 14 Mei lalu, mendekati batas netral-bearish.

Menariknya, level ini juga tercatat saat harga Bitcoin masih berada di kisaran US$ 84.500 sekitar empat pekan lalu.

Eric Trump: Dunia Sedang Berlomba Menimbun Bitcoin

Ketidakpastian Makro Menekan Sentimen

Analis menilai penurunan minat terhadap posisi bullish leverage berkaitan erat dengan kondisi makroekonomi global yang masih penuh ketidakpastian. Harga Bitcoin kini menunjukkan korelasi erat dengan pergerakan pasar saham AS.

Pada 15 Mei, kontrak berjangka S&P 500 berbalik arah dari pelemahan awal, seiring rebound harga Bitcoin dari US$ 101.800 ke US$ 104.000.

Pasar tampaknya semakin yakin bahwa Bank Sentral AS (The Fed) akan terdorong untuk menambah likuiditas, usai pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell yang menyebut potensi supply shock bisa membuat suku bunga tinggi bertahan lebih lama dari perkiraan.

Baca Juga :  MDLA IPO: Saham Perdana Melantai, Raup Dana Segar Rp 685 Miliar!

Harga Bitcoin Cetak Rekor Baru, Terkerek Banyak Sentimen Positif

Sinyal perlambatan ekonomi juga mulai muncul. Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa Indeks Harga Produsen (PPI) untuk April turun 0,5% dari bulan sebelumnya, jauh di bawah ekspektasi konsensus yang memperkirakan kenaikan 0,2%.

Sementara itu, permintaan terhadap instrumen pendapatan tetap meningkat, dengan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun turun menjadi 4,45% dari 4,55% sehari sebelumnya.

Secara historis, Bitcoin justru cenderung menguat saat yield obligasi naik, karena mencerminkan penurunan kepercayaan investor terhadap kapasitas pemerintah mengelola utang.

ETF dan Opsi Tunjukkan Kepercayaan Investor

Untuk mengukur apakah pelaku pasar mulai pesimistis terhadap harga BTC atau hanya menghindari risiko leverage, indikator permintaan opsi Bitcoin menjadi penting. Biasanya, sentimen bearish akan mendorong delta skew opsi di atas 6%.

Aset Robert Kiyosaki Ini Capai All-Time High! Bukan Bitcoin, Emas, atau Perak

Baca Juga :  KB Bank Percepat Layanan Nasabah dengan Sistem Digital NGBS

Namun, saat ini justru terjadi diskon pada opsi put (jual) dibanding call (beli), mengindikasikan bahwa pasar masih percaya akan kekuatan dukungan di level US$ 100.000.

Meski optimisme pada 14 Mei sempat meningkat, kini indikator kembali ke posisi netral di -4%.

Selain itu, arus masuk bersih (net inflow) ke ETF spot Bitcoin AS tercatat sebesar US$ 320 juta pada 14 Mei. Ini menjadi sinyal kuat bahwa permintaan institusional masih terus berlangsung.

Investor perlahan mulai memandang Bitcoin bukan lagi sebagai aset spekulatif (risk-on), tetapi sebagai instrumen non-korelasi yang bisa menambah diversifikasi portofolio.

Arah Bitcoin Bergantung pada Sinyal The Fed

Ke depan, pergerakan harga Bitcoin diperkirakan tetap akan mengikuti dinamika makroekonomi global, terutama terkait arah kebijakan neraca keuangan The Fed dan potensi risiko resesi.

Penguatan Harga Bitcoin Diprediksi Lambat Meski Dikelilingi Banyak Sentimen Positif

Namun perlu dicatat, korelasi tinggi antara Bitcoin dan indeks S&P 500 biasanya tidak bertahan lebih dari dua bulan.

Artinya, peluang breakout di atas US$ 105.000 masih terbuka, terutama jika sentimen likuiditas global kembali menguat.

Berita Terkait

Forel dan Terubuk Resmi Beroperasi: Target Kenaikan Produksi Minyak 20 Ribu Barel
ADRO: Buyback Saham Jumbo, Sinyal Positif Bagi Investor?
Saham BRIS Turun: Investor Menanti Pengumuman Dirut BSI Baru
Eks Kepala Dispora Bekasi Ditahan Atas Kasus Korupsi Alat Olahraga Rp 4,7 Miliar
Bank Jago Catat Laba Bersih Meroket 78 Persen di Tahun 2024
Kominfo Rilis Permen 8: Ekosistem Kurir Pos Lebih Baik, Konsumen Terlindungi
Indonesia Terjebak di Peringkat Bawah Hambatan Perdagangan: Analisis Lengkap
Cara Menabung Emas di Pegadaian, Harga Emas Antam 1 Gram Rp 1.939.000

Berita Terkait

Jumat, 16 Mei 2025 - 18:03 WIB

Forel dan Terubuk Resmi Beroperasi: Target Kenaikan Produksi Minyak 20 Ribu Barel

Jumat, 16 Mei 2025 - 17:59 WIB

ADRO: Buyback Saham Jumbo, Sinyal Positif Bagi Investor?

Jumat, 16 Mei 2025 - 15:59 WIB

Eks Kepala Dispora Bekasi Ditahan Atas Kasus Korupsi Alat Olahraga Rp 4,7 Miliar

Jumat, 16 Mei 2025 - 14:43 WIB

Bank Jago Catat Laba Bersih Meroket 78 Persen di Tahun 2024

Jumat, 16 Mei 2025 - 14:27 WIB

Kominfo Rilis Permen 8: Ekosistem Kurir Pos Lebih Baik, Konsumen Terlindungi

Berita Terbaru

Public Safety And Emergencies

Tragedi Ledakan Amunisi di Indonesia: Sejarah dan Dampaknya

Jumat, 16 Mei 2025 - 18:07 WIB

finance

ADRO: Buyback Saham Jumbo, Sinyal Positif Bagi Investor?

Jumat, 16 Mei 2025 - 17:59 WIB

Family And Relationships

Kisah Cinta Cellos: Dulu Ditolak, Kini Resmi Jadi Suami Istri

Jumat, 16 Mei 2025 - 17:43 WIB

Uncategorized

Panduan Lengkap: Memahami dan Keluar dari Recovery Mode Android

Jumat, 16 Mei 2025 - 17:32 WIB