Ragamutama.com – , Jakarta – Langkah strategis dalam pengembangan industri otomotif nasional kembali dipertegas dengan diresmikannya proyek Ekosistem Industri Baterai Listrik Terintegrasi. Presiden Prabowo Subianto memimpin acara groundbreaking proyek ambisius ini di Karawang, Jawa Barat, pada Minggu, 29 Juni 2025. Proyek vital ini merupakan kolaborasi antara PT Aneka Tambang Tbk. (ANTAM), Indonesia Battery Corporation (IBC), dan konsorsium global yang melibatkan perusahaan asal Cina, yakni CATL, Brunp, serta Lygend (CBL).
Pengembangan ekosistem baterai dari hulu ke hilir ini dirancang secara komprehensif, mencakup enam subproyek. Lima di antaranya akan berlokasi di Halmahera Timur, Maluku Utara, sementara satu proyek utama yang diresmikan groundbreaking-nya berada di Karawang. Inisiatif ini menandai komitmen Indonesia dalam mengukuhkan posisinya sebagai pemain kunci dalam rantai pasok global untuk kendaraan listrik (EV).
Seiring dengan perkembangan pesat industri EV, pemahaman mengenai teknologi di balik sumber daya utamanya—yaitu baterai—menjadi sangat relevan. Berbagai jenis baterai saat ini digunakan pada kendaraan listrik, masing-masing membawa karakteristik unik, keunggulan, serta tantangan tersendiri dalam aspek performa, umur pakai, efisiensi energi, dan keberlanjutan.
1. Baterai Lithium-Ion
Menurut laporan dari Department of Energy milik Amerika Serikat, baterai lithium-ion kini menjadi pilihan dominan dan paling umum dipakai pada berbagai jenis kendaraan listrik, baik itu mobil listrik penuh (BEV) maupun plug-in hybrid (PHEV). Keunggulan utama dari jenis baterai ini terletak pada kepadatan energi yang sangat tinggi, memungkinkan kendaraan listrik menempuh jarak yang lebih jauh dalam satu kali pengisian. Selain itu, baterai lithium-ion juga dikenal memiliki siklus hidup yang panjang, rasio daya terhadap berat yang superior, serta performa optimal bahkan dalam kondisi suhu tinggi. Tingkat self-discharge-nya yang rendah juga menjadikannya sangat efisien untuk penyimpanan energi jangka panjang. Namun demikian, tantangan yang masih dihadapi adalah biaya produksi yang relatif tinggi dan kompleksitas dalam proses daur ulang, terutama karena penggunaan material krusial seperti kobalt.
2. Baterai Nickel-Metal Hydride (NiMH)
Baterai NiMH telah membuktikan keandalannya dan lama digunakan pada kendaraan hybrid, contohnya pada generasi awal Toyota Prius. Jenis baterai ini unggul dalam siklus hidup yang lebih panjang dibandingkan baterai timbal-asam, serta dikenal tahan terhadap penyalahgunaan dan memiliki risiko kebakaran yang rendah. Meskipun demikian, baterai NiMH juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain biaya produksi yang cenderung tinggi, tingkat self-discharge yang lebih besar, serta kecenderungan untuk menghasilkan panas berlebih pada suhu lingkungan yang tinggi. Selain itu, aspek teknis seperti pengelolaan potensi kebocoran hidrogen juga perlu diperhatikan. Kendati demikian, NiMH tetap menjadi pilihan yang stabil dan populer pada beberapa tipe kendaraan hybrid berkat karakteristik keamanannya.
3. Baterai Timbal-Asam (Lead-Acid)
Sebagai teknologi tertua dalam dunia baterai, baterai timbal-asam masih memegang peran penting hingga kini, meskipun lebih sering digunakan untuk fungsi penunjang atau sistem darurat dalam kendaraan listrik. Keunggulan utama dari baterai listrik jenis ini adalah harganya yang sangat terjangkau, kemudahan dalam proses daur ulang, serta tingkat keamanan dan keandalan yang terbukti. Namun, kapasitas penyimpanannya tergolong rendah, performanya menurun secara drastis dalam suhu dingin, dan usia pakainya relatif singkat. Di industri kendaraan, baterai timbal-asam lebih banyak diaplikasikan pada sistem stop-start pada kendaraan konvensional atau sebagai baterai tambahan pada kendaraan listrik, bukan sebagai sumber daya utama untuk menggerakkan motor listrik.
4. Ultrakapasitor (Ultracapacitor)
Meski secara teknis tidak termasuk dalam kategori baterai konvensional, ultrakapasitor semakin mendapat perhatian sebagai komponen pelengkap yang krusial dalam sistem penyimpanan energi kendaraan listrik. Ultrakapasitor bekerja dengan menyimpan energi di antara elektroda dan elektrolit ketika tegangan diterapkan. Walaupun memiliki kepadatan energi yang relatif rendah, keunggulan utamanya terletak pada kemampuannya untuk mengalirkan daya dalam jumlah sangat besar dalam waktu singkat. Oleh karena itu, ultrakapasitor sangat ideal digunakan untuk mendukung kendaraan saat akselerasi mendadak atau ketika mendaki tanjakan curam, serta sangat efektif dalam menyimpan kembali energi dari proses pengereman regeneratif. Kombinasi antara baterai utama dan ultrakapasitor dapat secara signifikan membantu menstabilkan performa kendaraan dan memperpanjang umur baterai utama secara keseluruhan.
Pilihan editor: Rincian Pembangunan Pabrik Baterai Listrik di Karawang Tarik Investasi Rp 100 Triliun