Meskipun pelaku usaha di Indonesia menunjukkan optimisme dan kesiapan tinggi dalam mengadopsi Kecerdasan Buatan (AI), perjalanan menuju transformasi digital yang berkelanjutan masih diwarnai sejumlah tantangan krusial. Temuan ini diungkap oleh studi komprehensif terbaru IBM, bertajuk ‘Unlocking Indonesia’s Economic Potential for Future Prosperity’. Studi tersebut, yang melibatkan lebih dari 500 pemimpin bisnis dari beragam sektor, baik swasta maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN), menyoroti tiga area utama sebagai penghambat: keamanan data, infrastruktur teknologi informasi (TI), dan keterbatasan talenta digital.
Optimisme akan potensi AI dan transformasi digital terlihat jelas, dengan 77 persen pemimpin bisnis di Indonesia memandang keduanya sebagai motor utama pertumbuhan ekonomi nasional. Komitmen terhadap keberlanjutan juga kian menguat; 94 persen responden berencana meningkatkan investasi dalam inisiatif hijau, dan 89 persen di antaranya telah mengalokasikan dana lebih besar untuk teknologi ramah lingkungan pada tahun 2025.
Namun, di balik optimisme ini, sejumlah tantangan fundamental tetap membayangi. Laporan IBM secara spesifik mencatat bahwa infrastruktur yang belum merata (84 persen), isu keamanan siber (55 persen), dan minimnya talenta digital terampil (45 persen) menjadi hambatan utama dalam mewujudkan ambisi Indonesia menuju ekonomi digital yang berkelanjutan.
Laporan ini juga menyoroti denyut nadi ekonomi digital yang krusial: Usaha Mikro dan Kecil (UMK). Sektor UMK, yang merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia dengan kontribusi lebih dari 60 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan menyerap 97 persen tenaga kerja, ternyata masih bergelut dengan tantangan serius dalam transformasi digital. Meskipun memimpin dalam investasi digital, hanya 63 persen UMK yang memiliki strategi Kecerdasan Buatan (AI) yang jelas, jauh tertinggal dibandingkan usaha menengah (80 persen) dan usaha besar (71 persen). Kesenjangan ini mengindikasikan urgensi kebijakan pemerintah yang lebih terarah untuk mendukung penuh transformasi digital UMK, sebuah langkah krusial untuk memanfaatkan potensi besar dari sekitar 64 juta pelaku usaha yang tengah bergerak menuju digitalisasi.
Selain UMK, celah dalam laju ekonomi digital juga terlihat antara sektor swasta dan BUMN. Meski BUMN menjadi tulang punggung infrastruktur nasional, 59 persen di antaranya mengeluhkan minimnya tenaga kerja terampil sebagai sandungan utama dalam transformasi digital. Biaya operasional yang melambung (55 persen) dan isu keamanan data (49 persen) juga menjadi ganjalan. Kondisi ini mengisyaratkan investasi keamanan siber yang lambat, yang berpotensi mengancam jaringan nasional dan rantai pasokan.
Menyadari kesenjangan talenta ini, 83 persen responden sebetulnya telah mengetahui inisiatif pemerintah untuk mendongkrak produktivitas tenaga kerja. Namun, mayoritas, yakni 97 persen, lantang menyuarakan perlunya kemitraan publik-swasta (Public Private Partnership) yang lebih erat, khususnya dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI) dan keterampilan digital.
“Indonesia berada di garis depan inovasi teknologi dan kemajuan digital,” ujar Catherine Lian, General Manager and Technology Leader IBM ASEAN, dalam pernyataan tertulisnya pada Rabu, 4 Juni 2025. Menurut Catherine Lian, membangun fondasi digital yang aman, menjembatani kesenjangan talenta, serta mendorong kerangka kerja nasional untuk AI yang etis melalui kolaborasi dan investasi infrastruktur akan menjadi faktor utama keberhasilan dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi dan sosial Indonesia.
Di sisi lain, para pemimpin bisnis menekankan pentingnya ciri kepemimpinan modern dalam menggenjot inovasi di era digital. Kemampuan beradaptasi dan *agile* (71 persen), kolaborasi serta orientasi tim (63 persen), dan fokus kuat pada inovasi teknologi (78 persen) disebut-sebut sebagai kunci untuk melaju kencang.
Menurut IBM, para pembuat kebijakan memiliki beberapa tuas ekonomi dan sosial yang dapat dimaksimalkan untuk mendorong pertumbuhan berkelanjutan demi kemakmuran masa depan bangsa. Ini termasuk:
1. Dukungan untuk digitalisasi dan energi hijau.
2. Penyediaan infrastruktur digital yang dibutuhkan oleh bisnis di Indonesia.
3. Kolaborasi dengan industri untuk meningkatkan pemahaman tentang penggunaan AI yang etis.
4. Dukungan untuk menjembatani kesenjangan talenta digital.
5. Penyediaan lingkungan yang ramah inovasi.
6. Dukungan untuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Mendukung inisiatif-inisiatif di atas, sembari mengurangi ancaman siber dan mengatasi kekurangan talenta digital yang menghambat kemajuan nasional, dapat membantu mengamankan posisi Indonesia sebagai kekuatan global di masa depan.