Mengupas Tuntas Fenomena Film Superhero Rated R yang Mendebarkan

Avatar photo

- Penulis

Rabu, 21 Mei 2025 - 09:48 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kesuksesan Deadpool (2016) memicu permintaan luas akan film superhero berperingkat R. Banyak penggemar menganggapnya sebagai pendekatan baru dan segar. Meskipun sebagian besar film superhero berperingkat PG atau PG-13, beberapa, seperti Watchmen, telah berhasil meraih rating R karena konten kekerasan dan seksualnya. Watchmen, adaptasi dari komik terkenal, juga mendapat sambutan positif dari penggemar, meningkatkan harapan akan lebih banyak film superhero berperingkat R.

Namun, hal ini tetap menjadi perdebatan, terutama di kalangan penggemar Marvel dan DC. Sebagian menginginkan film berperingkat R dari kedua franchise ini, sementara yang lain lebih menyukai rating PG. Sebelum membahas hal tersebut, mari kita telaah beberapa poin penting.

Superman Dan Sejarah Awal Comic Book Superhero

Buku komik bermula dari karikatur sketsa pada tahun 1842 di koran The Adventures of Mr. Obadiah Oldbuck, karya jurnalis karikatur Swiss, Rodolphe Topffer. Ini menjadi prototipe awal komik di Amerika. Pada 1933, Funnies On Parade menjadi buku komik pertama di Amerika, meskipun hanya terbit satu halaman di beberapa media cetak.

Kemudian, pada 1938, Jerry Siegel dan Joe Shuster menerbitkan komik Superman. Keberhasilannya tak hanya mengubah buku komik menjadi bagian dari industri hiburan, tetapi juga menjadikannya buku komik superhero pertama. Popularitas Superman berkat karakternya yang disukai banyak pembaca, terutama anak-anak yang menjadi target utama. Namun, remaja dan dewasa, khususnya tentara Perang Dunia II, juga antusias mengikuti komik ini karena mudah dipahami. Inilah yang membuat Superman dikenal luas, dan hingga kini komiknya masih berlanjut.

Kesuksesan Superman menginspirasi karakter superhero lainnya, seperti Batman (1940), Spider-Man dan Captain America dari Marvel Comics, serta banyak lagi. Pengaruhnya bahkan melampaui komik, menginspirasi karakter non-komik seperti Ultraman (1962) di Jepang, dan karakter non-superhero seperti Astro Boy dan Son Goku dari Dragon Ball.

Dengan demikian, Superman dapat dianggap sebagai leluhur semua superhero di berbagai media. Mengapa? Karena Superman digambarkan sebagai pahlawan yang membawa harapan, bagai cahaya di tengah kegelapan.

Seiring waktu, banyak superhero baru muncul dengan karakter dan jalan cerita yang serupa dengan Superman. Meskipun tema yang lebih dewasa muncul pada 1960-an, hal itu tak mengubah fundamental superhero yang ditujukan untuk anak-anak. Namun, semua itu berubah dengan kembalinya Miracleman dan kemunculan Watchmen karya Alan Moore.

Miracleman, Watchmen dan dekonstruksi dari Superhero

Sejak 1939, target utama komik superhero adalah anak-anak usia 8-13 tahun. Meskipun demikian, sejak 1960-an, banyak komik superhero memiliki tema yang dewasa dan mendalam. Namun, ceritanya seringkali tidak terlalu kompleks, berpusat pada pertarungan antara pahlawan dan penjahat super. Meskipun Marvel Comics menghadirkan The Punisher, anti-hero yang haus balas dendam, hal itu tidak mengubah fundamental Marvel sebagai penerbit komik superhero. The Punisher hanyalah anomali hingga kembalinya Miracleman pada 1982 oleh Mick Anglo.

Baca Juga :  Mencari Harga Diri Tanpa Menjatuhkan Orang Lain

Miracleman (awalnya Marvelman) pertama kali terbit pada 1958 oleh Mick Anglo di Editorial Ferma, Spanyol. Editorial ini menerbitkan berbagai genre, termasuk Robin Hood dan Marvelman. Namun, Editorial Ferma tutup pada 1970-an karena masalah keuangan dan tuntutan dari Marvel Comics terkait penggunaan merek dagang. Anglo pun melakukan rebranding menjadi Miracleman.

Pada 1982, Mick Anglo menghidupkan kembali Miracleman, menunjuk Alan Moore sebagai penulis dan melakukan dekonstruksi—dari setting hingga karakter— mengubahnya dari cerita superhero anak-anak menjadi cerita yang lebih dalam dan kompleks. Meskipun Moore hengkang pada 1986, hal itu tak mengurangi pengaruhnya. Ini menginspirasi Moore untuk menciptakan Watchmen di tahun yang sama.

Watchmen, karya Alan Moore, memiliki tema berat dan kompleks, dengan karakter yang lebih menarik daripada Miracleman. Watchmen tak hanya mendekonstruksi genre superhero, tetapi juga menambahkan unsur-unsur baru, termasuk pandangan yang lebih gelap terhadap superheroisme, ideologi, dan plot twist yang mengejutkan. Hal inilah yang membuat Watchmen sukses besar.

Kesuksesan Watchmen tak lepas dari Miracleman dan keterlibatan Alan Moore. Namun, kesuksesan Watchmen berdampak besar pada industri komik secara keseluruhan. Sebagai respons, DC merilis The Dark Knight Returns karya Frank Miller, yang menampilkan Batman yang lebih gelap dan realistis, berjuang di usia tua melawan musuh-musuhnya.

Watchmen juga diadaptasi ke film live action pada 2009 oleh Zack Snyder, dengan kerja sama Alan Moore sebagai penulis. Meskipun mendapat sambutan positif, film ini tidak meraih keuntungan besar karena beberapa karakternya kurang populer di kalangan penonton awam. Film ini tetap mendapat pujian karena dekonstruksi genre superhero, pandangan ideologisnya, akting yang mumpuni, dan adegan kekerasan serta seks yang eksplisit.

Hingga kini, banyak yang menganggap Watchmen sebagai film superhero berperingkat R pertama. Namun, sebenarnya bukan.

Munculnya R rated Superhero movies dan Kesuksesan Joker

Banyak yang menganggap Watchmen sebagai film superhero berperingkat R pertama. Namun, sebelum Watchmen ada Blade, film Marvel yang dibintangi Wesley Snipes, yang juga berperingkat R. Bahkan Blade bukanlah yang pertama; Darkman (1990), karya Sam Raimi dan dibintangi Liam Neeson, merupakan film superhero berperingkat R yang lebih dulu. Film ini menceritakan Dr. Peyton Westlake yang berubah menjadi superhero setelah dimutilasi mafia. Film ini mendapat reaksi beragam, tetapi tetap berperingkat R karena adegan kekerasan dan seksual yang eksplisit.

Meskipun Darkman menjadi yang pertama, Blade Trilogy melampaui ekspektasi film berperingkat R. Trilogi Blade mendapat respons beragam namun tetap meningkatkan standar film superhero berperingkat R, meskipun banyak yang tidak menganggap Blade sebagai film superhero.

Blade Trilogy menginspirasi film superhero berperingkat R lainnya. Puncaknya, Watchmen (2009) menjadi salah satu film superhero berperingkat R tersukses. Hal ini mendorong studio Hollywood untuk membuat lebih banyak film superhero berperingkat R, puncaknya dengan rilisnya Joker (2019) karya Todd Phillips. Berbeda dari Joker versi sebelumnya, Joker di film ini bernama Arthur Fleck, seorang penderita gangguan mental. Alurnya mengingatkan pada Taxi Driver, namun Joker adalah film psychological thriller dengan tokoh superhero, sementara Taxi Driver lebih orisinil.

Baca Juga :  Bakal Gelar Rights Issue, MD Entertainment (FILM) Siap Terbitkan 989,77 Juta Saham

Kesuksesan Joker menuai kontroversi. Sebagian menganggapnya bukan film superhero, sebagian lagi menganggapnya film Shakespeare biasa, bahkan ada yang menganggapnya tidak layak disebut masterpiece. Namun, film ini mendapat respons positif, dan Arthur Fleck menjadi ikon bagi komunitas incel. Konten kekerasan dan tema berat menjadi daya tariknya, dan rating R pun pantas diberikan.

Setelah kesuksesan Joker, DC semakin gencar membuat film berperingkat R, seperti Snyder Cut Justice League dan Justice League Dark: Apokalips War (animasi). Meskipun berperingkat R, kedua film ini terpolarisasi. Hal ini diperkuat dengan rilisnya Deadpool Trilogy yang, terlepas dari kontroversinya, tetap sukses meskipun berperingkat R.

Pertanyaannya, apakah film superhero berperingkat R menjamin kualitas? Atau sekadar label “dewasa”? Saya pribadi menemukan banyak yang salah menginterpretasi film superhero gelap dan gritty seperti The Dark Knight Trilogy. Meskipun sebagian besar terlihat realistis, ada beberapa bagian yang cheesy, menghilangkan kesan gelap. Hal ini juga berlaku untuk film Batman versi Tim Burton, yang meskipun gelap dan gritty, tetap menyenangkan dan tak kehilangan unsur fantasi sehingga dapat dinikmati anak-anak, dan tetap menjadi salah satu film Batman terbaik tanpa rating R.

Kesimpulan

Kesimpulannya, gelap dan gritty berbeda dengan realisme. Rating R tidak menjamin kualitas, apalagi untuk genre superhero. Juga, secara umum, sebagian besar seri superhero, terutama DC dan Marvel, ditujukan untuk anak-anak usia 8-13 tahun sejak 1938. Saya sendiri mengenal Batman melalui Batman: The Animated Series saat masih SD.

Tidak ada yang salah dengan seri superhero berperingkat R, asalkan ceritanya bagus dan karakternya berkesan. Watchmen dan Invincible adalah contohnya. Masalahnya, banyak film superhero berperingkat R mengandalkan shock value dari adegan kekerasan dan seksual. Inilah alasan saya bukan penggemar DCEU karya Zack Snyder (penjelasan lengkapnya akan dibahas lain waktu).

Invincible, seperti Watchmen dan Miracleman, adalah dekonstruksi superhero karya Robert Kirkman. Adaptasi animasinya mendapat sambutan positif. Begitu pula The Boys, adaptasi komik karya Garth Ennis (2006), yang mendapat respons positif (meskipun saya menganggapnya overrated—akan dibahas setelah season 5 selesai).

Superhero pada dasarnya mengajarkan nilai moral, baik dan buruk, terutama untuk anak-anak. Ada beberapa figur yang layak diteladani, seperti Nabi Muhammad SAW, yang memiliki sifat-sifat mulia dan selalu menyerukan kebenaran dengan cara yang benar, bukan untuk mencari validasi.

Side Note : Artikel Ini dibuat Satu Tahun sebelum perilisan Deadpool 3 dan Selesai di Tahun 2025

Berita Terkait

Luna Maya Blak-blakan Ungkap Status Pernikahannya: Bukan Single Lagi!
Film Terakhir Kim Sae Ron: Jadwal Tayang Perdana 30 Mei 2025 Diumumkan!
Disneyland Rayakan Ulang Tahun ke-70 dengan Parade Spektakuler dan Atraksi Memukau
Cinta Brian dan Gisel Anastasia Resmi Berpacaran? Ini Kata Mereka!
Gisel Buka Suara Soal Hubungannya dengan Cinta Brian
Diddy Diduga Aniaya Cassie Ventura: Usher dan Ne-Yo Saksi Kejadian?
Shabrina Leanor Menang Indonesian Idol & Berita Terpopuler Lainnya Seputar Anggy Umbara dan LSF
Lirik Lagu Luka yang Luas Sammy Simorangkir: Comeback Menggetarkan Hati

Berita Terkait

Rabu, 21 Mei 2025 - 16:53 WIB

Luna Maya Blak-blakan Ungkap Status Pernikahannya: Bukan Single Lagi!

Rabu, 21 Mei 2025 - 16:45 WIB

Film Terakhir Kim Sae Ron: Jadwal Tayang Perdana 30 Mei 2025 Diumumkan!

Rabu, 21 Mei 2025 - 16:12 WIB

Disneyland Rayakan Ulang Tahun ke-70 dengan Parade Spektakuler dan Atraksi Memukau

Rabu, 21 Mei 2025 - 15:32 WIB

Cinta Brian dan Gisel Anastasia Resmi Berpacaran? Ini Kata Mereka!

Rabu, 21 Mei 2025 - 12:24 WIB

Gisel Buka Suara Soal Hubungannya dengan Cinta Brian

Berita Terbaru

finance

BI Imbau Bank: Segera Turunkan Suku Bunga Tinggi!

Rabu, 21 Mei 2025 - 18:52 WIB

sports

Terungkap: Faktor Utama AC Milan Gagal ke Liga Champions!

Rabu, 21 Mei 2025 - 17:56 WIB