Ekonomi India Melambat: Peluang Investasi di Negara Berkembang Tercepat?

Avatar photo

- Penulis

Senin, 19 Mei 2025 - 01:48 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jakarta, RAGAMUTAMA.COM – Prediksi terbaru menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi India pada tahun 2025 akan sedikit melambat menjadi 6,3 persen, dibandingkan dengan angka sebelumnya yaitu 6,6 persen. Walaupun demikian, India tetap dipandang sebagai salah satu negara dengan ekonomi utama yang tumbuh paling pesat di dunia.

Proyeksi ini terungkap dalam laporan yang diterbitkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), berjudul “World Economic Situation and Prospects” edisi pertengahan tahun 2025.

Perlambatan ini terjadi setelah India mencatatkan pertumbuhan yang kuat sebesar 7,1 persen pada tahun 2024. Meskipun laju pertumbuhan sedikit menurun, ekonomi India terus ditopang oleh konsumsi domestik yang solid dan pengeluaran pemerintah yang konsisten. Bahkan, proyeksi untuk tahun 2026 menunjukkan sedikit peningkatan, mencapai 6,4 persen.

“India masih menjadi salah satu ekonomi besar dengan pertumbuhan terpesat, didorong oleh konsumsi sektor swasta yang kuat serta investasi publik yang berkelanjutan, meskipun proyeksi pertumbuhan direvisi menjadi 6,3 persen pada tahun 2025,” ungkap Ingo Pitterle dari UN DESA, seperti dikutip dari Economic Times, Sabtu (17/5/2025).

1. Sektor Jasa dan Investasi Publik Sebagai Pilar Utama

Pertumbuhan ekonomi India ditopang oleh tingginya tingkat konsumsi rumah tangga, kinerja ekspor jasa yang resilien, dan aliran investasi publik yang stabil, yang mempertahankan momentum ekonomi di tengah tantangan global. Namun, sektor ekspor barang India mengalami tekanan akibat penerapan tarif baru oleh Amerika Serikat (AS). Walaupun beberapa sektor seperti farmasi, elektronik, semikonduktor, energi, dan tembaga masih mendapatkan pengecualian, status ini bersifat sementara.

Baca Juga :  Pabrik Apple di Indonesia Dibangun Vendor, Wamen Investasi Anggap sebagai Praktik Lumrah

Sementara itu, tingkat pengangguran di India relatif stabil seiring dengan terjaganya kondisi ekonomi. Akan tetapi, kesenjangan gender dalam partisipasi tenaga kerja tetap menjadi perhatian utama, dengan laporan PBB menyoroti perlunya peningkatan inklusivitas bagi perempuan dalam dunia kerja.

Trump: India Tawarkan Kesepakatan Perdagangan Bebas Tarif

Trump: India Tawarkan Kesepakatan Perdagangan Bebas Tarif

2. Tren Penurunan Inflasi dan Suku Bunga

Tingkat inflasi di India diperkirakan akan mengalami penurunan dari 4,9 persen pada tahun 2024 menjadi 4,3 persen pada tahun 2025, angka ini masih berada dalam target yang ditetapkan oleh bank sentral India. Situasi ini memberikan ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter setelah periode pengetatan yang berkepanjangan. Bank sentral India telah mempertahankan suku bunga kebijakan pada level 6,5 persen sejak Februari 2023, namun mulai menurunkannya pada Februari 2025 sebagai respons terhadap terkendalinya inflasi.

Stabilitas inflasi dan kebijakan moneter yang akomodatif menciptakan lingkungan yang mendukung pemulihan ekonomi, memberikan India keunggulan dibandingkan banyak negara berkembang lainnya yang masih berjuang melawan tekanan inflasi yang tinggi.

3. Tekanan pada Perekonomian Global dan Potensi Penyebaran Risiko

Baca Juga :  Harga Emas Susut Rp8 Ribu, Dibanderol Rp1,684 Juta per Gram

Di tingkat global, PBB memperingatkan bahwa ekonomi dunia berada dalam kondisi yang rentan. Proyeksi pertumbuhan global untuk tahun 2025 telah direvisi turun menjadi 2,4 persen, dari 2,9 persen pada tahun sebelumnya. Ketegangan perdagangan dan ketidakpastian kebijakan menjadi faktor utama yang menyebabkan perlambatan ini, seperti yang dilaporkan oleh The Times of India, Minggu (17/5).

“Ini adalah periode yang penuh tantangan bagi ekonomi global. Pada bulan Januari tahun ini, kami memperkirakan pertumbuhan yang stabil selama dua tahun, meskipun di bawah standar, dan sejak saat itu, prospek telah memburuk, disertai dengan volatilitas yang signifikan di berbagai aspek,” kata Shantanu Mukherjee dari UN DESA.

PBB menekankan bahwa peningkatan tarif dari AS berpotensi meningkatkan biaya produksi dan mengganggu rantai pasokan global. Ketidakpastian ini juga mendorong perusahaan untuk menunda atau mengurangi investasi strategis. Situasi ini diperburuk oleh tingginya tingkat utang dan stagnasi produktivitas di banyak negara.

Negara-negara seperti AS, China, Brasil, dan Meksiko diperkirakan akan mengalami perlambatan pertumbuhan yang signifikan. Sementara itu, negara-negara berkembang yang paling rentan menghadapi risiko peningkatan tekanan utang dan penurunan pendapatan ekspor.

Trump Desak Apple Batalkan Rencana Pendirian Pabrik di India

Trump Desak Apple Batalkan Rencana Pendirian Pabrik di India

Berita Terkait

BEI Kembangkan Fitur Perubahan Kode Ticker Saham untuk Emiten
IHSG Melonjak 2,60%: Saham-Saham Favorit Investor Asing Sepanjang Pekan
IHSG Tembus 7.106: Investor Asing Dorong Kenaikan 2,60 Persen Sepekan
Investor Asing Kembali Borong Saham: Ini Rekomendasi Analis!
Pembatalan Kepailitan: Panduan Lengkap, Syarat, dan Penyebabnya
Panduan Lengkap: Memahami Kantor Cabang, Fungsi, dan Bedanya dari Kantor Pusat
Bahlil Ajak Investor Fokus Ciptakan Lapangan Kerja, Bukan Hanya Nilai Investasi
IHSG Berpotensi Naik Terbatas, Intip Saham BREN dan RATU Hari Ini!

Berita Terkait

Senin, 19 Mei 2025 - 08:16 WIB

BEI Kembangkan Fitur Perubahan Kode Ticker Saham untuk Emiten

Senin, 19 Mei 2025 - 07:52 WIB

IHSG Melonjak 2,60%: Saham-Saham Favorit Investor Asing Sepanjang Pekan

Senin, 19 Mei 2025 - 05:53 WIB

IHSG Tembus 7.106: Investor Asing Dorong Kenaikan 2,60 Persen Sepekan

Senin, 19 Mei 2025 - 05:40 WIB

Investor Asing Kembali Borong Saham: Ini Rekomendasi Analis!

Senin, 19 Mei 2025 - 01:57 WIB

Pembatalan Kepailitan: Panduan Lengkap, Syarat, dan Penyebabnya

Berita Terbaru

health

8 Olahraga Aman & Efektif Turunkan Tekanan Darah Tinggi

Senin, 19 Mei 2025 - 09:12 WIB

Uncategorized

Kardinal Suharyo: Paus Leo XIV Teruskan Jejak Paus Fransiskus

Senin, 19 Mei 2025 - 09:05 WIB