Mengabadikan Secercah Pengalaman Perjalanan.
Ulasan ini adalah kelanjutan dari catatan perjalanan pribadi kami, sebuah upaya berbagi kenangan dari berbagai negara yang telah kami singgahi. Kali ini, fokusnya masih seputar negara-negara tetangga, termasuk Singapura, Malaysia, dan beberapa destinasi menarik lainnya.
Salah satunya adalah Vietnam.
Vietnam menyimpan daya tarik tersendiri, khususnya melalui museum perangnya.
Ketika berada di Vietnam, kami menyempatkan diri untuk mengunjungi Museum Perang di Ho Chi Minh City.
Sebab, saat menjelajahi negara-negara lain, yang seringkali menarik perhatian adalah tempat-tempat wisata ikonik. Contohnya, di Singapura dengan keseruan speedboat river cruise-nya, atau di Malaysia dengan kemegahan Patung Buddha Tidur, dan lain sebagainya.
Namun, Vietnam menawarkan pengalaman yang berbeda. Di sini, daya tarik utama bagi wisatawan mancanegara justru terletak pada Museum Perang.
Museum yang sarat sejarah ini berlokasi di Ho Chi Minh City, Vietnam.
Saat pertama kali tiba, pemandangan tank-tank dan kendaraan amfibi yang berbaris rapi di halaman museum langsung menyambut kami.
Di sepanjang tangga menuju pintu masuk museum, terpampang poster-poster dengan tulisan “No war” yang kuat.
Memasuki bagian dalam, kami disuguhkan dengan ratusan foto yang mendokumentasikan pahitnya perang yang dialami Vietnam. Kebrutalan dan kekejaman perang tergambar jelas dalam setiap foto. Keasliannya mungkin menjadi perdebatan, namun rasa pilu dan sentuhan emosional dari setiap gambar tersebut tak terbantahkan.
Kemudian, kami melanjutkan ke pasar tradisional.
Pasar tradisional ini mengingatkan kami pada suasana pasar Tanah Abang di Indonesia. Tawar-menawar adalah hal yang lazim, dan kewaspadaan terhadap copet menjadi sangat penting di area ini.
Soal kuliner, Vietnam menawarkan makanan yang terjangkau, mirip dengan harga di Yogyakarta. Nilai mata uang Vietnam sekitar setengah dari nilai Rupiah. Jadi, 10.000 Dong Vietnam setara dengan sekitar Rp 5.000.
Menikmati hidangan di warung kaki lima pun terasa menyenangkan. Tempatnya bersih, tersedia bangku plastik untuk duduk, dan minuman es gratis seringkali menjadi pelengkap.
Kesimpulan:
Kunjungan kami ke Vietnam meninggalkan kesan mendalam, terutama Museum Perang dengan koleksi foto dokumentasinya yang menggugah hati.
Menyaksikan foto-foto tersebut benar-benar membuat kami terenyuh. Sesama manusia saling membunuh, sebuah ironi yang menyakitkan.
Pikiran kami pun tanpa sadar melayang pada peristiwa mengerikan yang pernah terjadi di negeri kita sendiri. Namun, saya memilih untuk tidak mengungkitnya, karena sama saja dengan mengorek luka lama.
Semoga kedamaian dan kesejahteraan senantiasa menyelimuti negeri kita dan seluruh dunia.
Jadi, selain mengabadikan keindahan destinasi wisata di suatu negara, kita juga diingatkan tentang tragedi kemanusiaan yang pernah terjadi.
Seperti yang telah saya sampaikan sebelumnya, meskipun mengunjungi negara yang sama, pengalaman dan kenangan yang mendalam bisa berbeda-beda, tergantung dari sudut pandang masing-masing. Setidaknya, tulisan ini bisa menjadi referensi bagi Anda yang belum berkesempatan menjelajahi berbagai negara.
Terima kasih kepada seluruh sahabat Kompasiana yang telah meluangkan waktu untuk membaca catatan perjalanan ini.
16 Mei 2025.
Salam hangat,
Roselina.