Ragamutama.com – , Jakarta – Pihak manajemen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mengumumkan bahwa saat ini terdapat satu armada pesawat Garuda Indonesia dan 14 pesawat Citilink yang memerlukan pemeliharaan berat atau heavy maintenance. Permasalahan rantai pasok suku cadang menjadi kendala utama yang dialami sejumlah maskapai penerbangan saat ini.
Sekretaris Perusahaan Garuda Indonesia menjelaskan bahwa proses perawatan pesawat-pesawat tersebut direncanakan akan dilaksanakan pada tahun 2025. Kondisi terbatasnya ketersediaan suku cadang ini menjadi tantangan yang dihadapi oleh hampir seluruh pelaku industri penerbangan.
“Hal ini mengakibatkan pelaksanaan heavy maintenance membutuhkan waktu yang lebih lama dari biasanya,” ungkap Sekretaris Perusahaan Garuda Indonesia dalam keterbukaan informasi kepada PT Bursa Efek Indonesia (BEI), seperti yang dikutip pada hari Rabu, 7 Mei 2025. Lalu, berapakah estimasi biaya yang diperlukan untuk pemeliharaan pesawat-pesawat Garuda Indonesia?
Estimasi Biaya Perawatan Pesawat Garuda Indonesia
Merujuk pada Laporan Tahunan 2024 Garuda Indonesia, perusahaan tersebut mencatatkan kerugian bersih sebesar US$ 69,78 juta, setara dengan sekitar Rp 1,1 triliun (dengan asumsi kurs Rp 16.000 per dolar AS) pada tahun buku 2024. Faktor utama yang menyebabkan kerugian ini adalah tingginya biaya perawatan armada pesawat dan tidak adanya pendapatan one-off gain seperti yang terjadi pada tahun 2023.
Garuda Indonesia Group telah menjalin beberapa perjanjian perawatan mesin power-by-hour (PBH) dengan para produsen mesin pesawat. Pembayaran bulanan didasarkan pada jumlah jam terbang yang telah dilakukan.
Sejak tahun 2008, Garuda Indonesia telah menandatangani berbagai perjanjian dengan Rolls-Royce terkait perawatan dan pemeliharaan mesin dengan tipe T700 dan T7000 untuk pesawat Airbus A330-300 dengan konsep total care. Perjanjian-perjanjian ini akan terus berlaku sampai salah satu pihak mengeluarkan pemberitahuan pemutusan.
Selain itu, pada tanggal 22 Desember 2023, Citilink Indonesia menandatangani perjanjian pemeliharaan mesin pesawat dengan Rolls-Royce untuk pesawat Airbus A330-900 yang menggunakan mesin Trent 7000-72. Dalam perjanjian tersebut, cakupan pemeliharaan mesin pesawat yang disediakan mencakup MRO (maintenance, repair, and overhaul) dan layanan perbaikan tambahan.
Selanjutnya, pada bulan Januari 2012, Garuda Indonesia juga menandatangani perjanjian dengan CFM International terkait perawatan dan pemeliharaan mesin tipe CFM56-7B untuk pesawat B737-800, yang dikenal dengan nama perjanjian rate per flight hour agreement for engine shop maintenance services.
Pada tahun buku 2024, Garuda Indonesia mengalokasikan uang muka pemeliharaan pesawat terkait dengan perjanjian perawatan dan pemeliharaan mesin kepada Rolls-Royce melalui konsep total cares services sebesar lebih dari US$ 265 juta, atau sekitar Rp 4,24 triliun. Selain itu, terdapat uang jaminan sewa operasi sebesar US$ 44 juta, atau sekitar Rp 704 miliar.
Saat ini, Garuda Indonesia memiliki total 69 pesawat yang terdiri dari Boeing 777-300ER, Boeing 737-800NG, Airbus A330-200, Airbus A330-300, dan Airbus A330-200. Per tanggal 30 September 2023, usia rata-rata armada pesawat tersebut adalah 11,6 tahun.
Sementara itu, seperti yang dilansir oleh Antara, Citilink Indonesia memiliki 56 armada pesawat yang terdiri dari dua tipe, yaitu 49 unit Airbus A320 dan tujuh unit ATR 72. Sekitar 19 pesawat saat ini dalam kondisi grounded, yang berarti membutuhkan perawatan dan pemeliharaan agar dapat kembali beroperasi.
Adil Al Hasan berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Garuda Blakblakan soal Pemberhentian Operasi 15 Pesawat