Kunjungan filantropis kenamaan asal Amerika Serikat, Bill Gates, ke Indonesia pada hari Rabu, 7 Mei, menjadi sorotan utama. Pendiri Microsoft tersebut bertemu dengan Presiden Prabowo Subianto.
Agenda utama kunjungan ini meliputi peninjauan mendalam terhadap program Makan Bergizi Gratis (MBG), sebuah inisiatif penting pemerintah, serta penjajakan peluang kolaborasi strategis dalam pengelolaan Danantara Trust Fund.
Bill Gates Beri Sinyal Dukungan untuk Program MBG
Dadan Hindayana, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), mengungkapkan antusiasme Bill Gates untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis. Meskipun detail konkret mengenai bentuk dukungan tersebut masih belum diungkapkan secara rinci, sinyal positif telah diberikan.
“Yang jelas, terdapat indikasi kuat dukungan dari Bill Gates kepada pemerintah Indonesia terkait program ini,” ujar Dadan saat ditemui di SDN Jati 03, Pulogadung, Jakarta Timur, pada Rabu, 7 Mei.
Lebih lanjut, Dadan menjelaskan bahwa Makan Bergizi Gratis menjadi salah satu fokus perhatian Bill Gates. Diskusi mendalam mengenai potensi kerja sama akan dilakukan bersama Menteri Kesehatan. Bentuk dukungan yang lebih spesifik akan terungkap setelah rangkaian kunjungan Bill Gates selesai.
Ditekankan bahwa Bill Gates memandang program Makan Bergizi Gratis sebagai sebuah inisiatif krusial, khususnya bagi ibu hamil, balita, dan anak-anak dalam masa pertumbuhan yang sangat membutuhkan nutrisi. Ketertarikan dan kesan positif Bill Gates terhadap program ini sangat jelas terlihat.
Sebelumnya, Presiden Prabowo telah menyampaikan bahwa Bill Gates telah memberikan hibah dengan nilai total 159 juta dolar AS untuk Indonesia. Alokasi dana tersebut mencakup 119 juta dolar AS untuk sektor kesehatan, 5 juta dolar AS untuk bidang pertanian, dan 5 juta dolar AS untuk sektor teknologi. Lebih dari 28 juta dolar AS dialokasikan untuk bantuan lintas sektor lainnya.
Menjajaki Potensi Kolaborasi Melalui Danantara Trust Fund
Rosan Roeslani, CEO BPI Danantara, secara terbuka mengajak Bill Gates untuk menjalin kerja sama strategis dalam pengelolaan Danantara Trust Fund.
Pembahasan intensif mengenai potensi kolaborasi ini telah berlangsung antara pemerintah Indonesia dan Gates Foundation. Diharapkan bahwa yayasan yang didirikan oleh Bill Gates tersebut dapat berkontribusi sebagai mitra pendanaan utama dalam skema Danantara Trust Fund, yang bertujuan untuk mendukung pembiayaan berbagai program strategis di seluruh Indonesia.
Rosan menjelaskan bahwa tujuan utama dari kolaborasi ini adalah untuk memposisikan Indonesia sebagai pusat kegiatan filantropi yang terkemuka di kawasan ASEAN. Ia juga menyerukan kepada para pengusaha dan filantropis internasional untuk turut berkontribusi dalam upaya ini.
Lebih lanjut, Rosan menyatakan bahwa Danantara akan melakukan koordinasi program secara komprehensif dengan berbagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang telah memiliki program Corporate Social Responsibility (CSR). Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa kegiatan sosial tersebut lebih terstruktur, berkelanjutan, dan selaras dengan program-program prioritas pemerintah.
Ia juga menyoroti fakta bahwa rata-rata pendanaan dari kegiatan filantropi di negara-negara maju mencapai 2 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) negara tersebut.
“Hal inilah yang saya sampaikan kepada mereka, karena idealnya, jika di Amerika Serikat alokasi dana filantropi mencapai 2 persen dari PDB-nya, maka jika kita mengalokasikan 2 persen dari PDB Indonesia, yang mana PDB Indonesia saat ini mencapai 1,5 triliun dolar AS, maka akan terkumpul dana sebesar 30 miliar dolar AS. Hal inilah yang ingin kita dorong karena akan memberikan dampak yang sangat positif bagi masyarakat,” jelas Rosan di Istana Negara, Rabu, 7 Mei.
Sebelumnya, Rosan menargetkan pengumpulan dana sebesar USD 1 miliar untuk Danantara Trust Fund pada tahun 2030. Nilai ini setara dengan Rp 16,53 triliun, dengan asumsi kurs Rp 16.536 per dolar AS.
Dana yang terkumpul melalui Danantara Trust Fund nantinya akan difokuskan pada sektor-sektor yang memberikan dampak langsung pada peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia, seperti pendidikan, sanitasi, dan edukasi. Pada tahap awal, pemerintah menargetkan pengumpulan dana sebesar USD 100 juta, dengan proyeksi mencapai USD 1 miliar dalam kurun waktu 5 hingga 6 tahun ke depan.