Di tempat makan, ruang tunggu dokter, atau antrean mana pun, pemandangan yang umum kita lihat adalah orang-orang asyik berselancar di ponsel mereka. Entah sedang membalas pesan, menonton video, atau sekadar scrolling media sosial, pemandangan ini sudah menjadi hal yang biasa di zaman sekarang.
Berbeda halnya dengan pemandangan seseorang yang membaca buku sambil menunggu. Masih seringkah Anda melihatnya? Saya rasa sudah jarang, bukan?
Buku fisik, tampaknya akan menjadi barang langka di masa mendatang. Padahal, membaca buku digital, misalnya dalam format PDF, sungguh melelahkan mata – setidaknya bagi saya.
Buku fisik tetap menjadi pilihan utama saya, meskipun frekuensi membacanya sering kalah bersaing dengan godaan media sosial.
Padahal, manfaat satu jam scrolling media sosial tentu tidak sebanding dengan manfaat satu jam membaca buku yang bermanfaat. Membaca melatih otak kita untuk berpikir dan berimajinasi, sementara scrolling media sosial justru melelahkan otak karena terlalu banyak informasi yang masuk dalam waktu singkat.
Berbagai penelitian telah membuktikan manfaat membaca untuk melatih kemampuan berpikir kritis. Sayangnya, jumlah pencinta buku semakin berkurang, dan minat baca terus menurun. Upaya meningkatkan minat baca di kalangan anak sekolah pun seringkali menemui jalan buntu. Mungkin ada beberapa sekolah yang masih menerapkan kebiasaan membaca 15 menit di awal hari, tetapi belum ada laporan yang mempublikasikan efektivitasnya dalam meningkatkan minat baca.
Sebagai pembaca buku, mari kita mulai dari diri sendiri. Tunjukkan bahwa kita menyukai membaca!
Bagaimana caranya? Bawa dan bacalah buku di mana pun dan kapan pun.
Contohnya, saat sedang keluar bersama keluarga. Saat menunggu hidangan di restoran, bukalah buku dan bacalah.
Biarkan orang lain di tempat ramai melihat kita membaca. Tunjukkan bahwa masih banyak orang yang gemar membaca. Tunjukkan betapa menyenangkannya membaca.
Langkah ini mungkin kurang efektif untuk meningkatkan minat baca secara nasional. Namun, mengapa tidak kita coba? Mari kita normalisasi kebiasaan membaca buku di tempat umum.
Semua orang, tua, muda, dan anak-anak, akan melihat bahwa masih ada orang yang membaca buku. Mungkin pemandangan itu akan mengingatkan mereka pada buku-buku yang masih tersimpan rapi di rak buku di rumah. Mungkin pemandangan itu terlihat keren sehingga mereka ingin menirunya – mulai besok, saya juga akan membawa buku saat bepergian. Mungkin anak-anak akan tertarik dan bertanya kepada ibunya: “Ibu, apa yang dilakukan orang itu?”
“Ooh, dia sedang membaca, Nak.”
Selain membaca di tempat umum, mintalah seseorang untuk mengabadikan momen kita sedang membaca, lalu unggahlah foto tersebut ke media sosial. Hal ini akan mempercepat tercapainya tujuan kita. Apalagi jika kita menambahkan caption yang mengajak orang lain untuk membaca, seperti:
“Yuk, baca buku sambil menunggu udang goreng mentega matang.”
“Yuk, baca buku sambil menikmati keindahan alam pegunungan.”
“Yuk, baca buku sambil menunggu dipanggil petugas layanan pelanggan di bank.”
Yuk, yuk, yuk… mari kita membaca buku. Kapan pun dan di mana pun.