Ragamutama.com JAKARTA. Memasuki bulan Mei, istilah Sell in May and Go Away kembali menjadi sorotan. Ungkapan ini mengacu pada potensi aksi jual oleh para investor, yang dapat memberikan tekanan pada pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Terlebih lagi, IHSG telah mencatatkan kenaikan signifikan sepanjang bulan April 2025, sehingga rentan terhadap aksi profit taking. Selama April 2025, IHSG berhasil menguat sebesar 3,93% dan mencapai level 6.766,79 pada hari Rabu (30/4).
Berdasarkan data historis selama 20 tahun terakhir, IHSG cenderung mengalami penurunan rata-rata sebesar 2,09% pada bulan Mei. Terjadi pelemahan dalam 13 tahun, penguatan dalam enam tahun, dan stagnan dalam satu tahun.
Fenomena Sell in May di Pasar Saham, Akankah Berulang Tahun Ini?
Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, menyampaikan bahwa berdasarkan rata-rata historis, bulan Mei memiliki probabilitas penguatan yang paling rendah.
Meskipun IHSG telah mengalami penguatan dalam beberapa waktu terakhir, kenaikan ini memiliki batasan dan memerlukan koreksi untuk dapat melanjutkan tren penguatan selanjutnya.
“Posisi saat ini cukup rentan bagi IHSG untuk mengalami koreksi, terutama jika dilihat dari analisis teknikal, indikator stochastic sudah mulai menunjukkan kondisi overbought,” jelas Nico kepada Kontan, Rabu (30/4).
Liza Camelia Suryanata, Head of Research Kiwoom Sekuritas, menjelaskan bahwa terdapat berbagai sentimen yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah sentimen pasar global terkait perkembangan kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.
“Kebijakan suku bunga The Fed, indikator ekonomi global yang telah dirilis di beberapa negara besar seperti AS, China, dan Eropa, serta perkembangan konflik geopolitik juga perlu dicermati,” tambahnya.
Sell in May Dinilai Tidak Terlalu Signifikan, Investor Diimbau Waspada Terhadap Sentimen Global
Dari dalam negeri, Liza melanjutkan, investor perlu memantau data makroekonomi Indonesia, arus investasi riil, dan pergerakan di pasar keuangan (baik obligasi maupun saham), serta nilai tukar rupiah.
Rekomendasi Saham
Edwin Sebayang, Direktur Purwanto Asset Management, menambahkan bahwa kenaikan IHSG yang terjadi sepanjang bulan April berpotensi memicu aksi ambil untung oleh para investor pada bulan Mei.
Dia memperkirakan IHSG akan bergerak dalam kisaran support di level 6.540 hingga 7.000, dan resistance di posisi 7.050 pada bulan Mei. Terdapat beberapa sektor yang dapat menjadi perhatian investor pada bulan ini.
IHSG Lanjutkan Reli Sebelum Libur Buruh, Simak Saham yang Banyak Diburu Investor Asing Kemarin
Dari sektor perbankan, saham-saham pilihan Edwin meliputi BBNI, BBRI, BMRI, dan BBNI. Selain itu, terdapat juga ADRO, PTBA, PGAS, SSMS, ICBP, MYOR, TLKM, ISAT, dan EXCL.
BBRI Chart by TradingView
Herditya Wicaksana, Analis MNC Sekuritas, mengamati secara teknikal bahwa IHSG telah mencapai akhir dari fase penguatannya. Hal ini mengindikasikan bahwa pergerakan IHSG akan relatif terbatas dan rentan mengalami koreksi untuk menguji level 6.334–6.575.
Herditya menyarankan agar investor mencermati saham BBCA di kisaran harga Rp 8.975–Rp 9.200, MDKA di rentang Rp 1.825–Rp 1.885, dan ANTM di area Rp 2.330–Rp 2.400 pada bulan ini.
Pantau Top Losers LQ45 saat IHSG Menguat pada Rabu (30/4), Terdapat MBMA, ADMR, dan ISAT
Sementara itu, Nico memperkirakan bahwa IHSG akan bergerak di rentang 6.700–6.900 sepanjang bulan Mei 2025. Sektor pilihannya adalah komoditas emas, consumer goods, dan teknologi.