Kebijakan Impor Pangan AS Dinilai Kontradiktif dengan Target Swasembada Indonesia

Avatar photo

- Penulis

Senin, 21 April 2025 - 10:39 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ragamutama.com, Jakarta – Rencana pemerintah untuk meningkatkan impor pangan dari Amerika Serikat dinilai kontradiktif dengan program swasembada pangan oleh Ekonom Bright Institute, Muhammad Andri Perdana. Pernyataan Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto yang menyebut impor pangan tak akan mengganggu swasembada, karena Indonesia selama ini mengimpor gandum, kedelai, dan susu kedelai dari AS, dipertanyakannya.

Andri menjelaskan, jika impor hanya terbatas pada gandum, argumen pemerintah mungkin masih dapat diterima. Namun, jika mencakup kedelai, hal ini bertentangan dengan program swasembada pangan yang difokuskan pada padi, jagung, dan kedelai (pajale), ujarnya dalam wawancara Sabtu, 19 April 2025.

Ia menambahkan bahwa pemerintah telah menggelontorkan dana ratusan triliun rupiah untuk ketahanan pangan, termasuk pengembangan lahan kedelai dan intensifikasi produksinya.

Baca Juga :  Raih Rp100 Juta Pertamamu: 4 Tips Jitu Menabung Anti Gagal

Andri mengingatkan bahwa pada 1990, produksi kedelai domestik mampu memenuhi 73 persen kebutuhan dalam negeri (1,48 juta ton). Namun, krisis moneter 1998 dan liberalisasi perdagangan mengakibatkan membanjirnya impor, menekan produksi dalam negeri.

“Dari memenuhi mayoritas kebutuhan dalam negeri, kini kita mengimpor 92 persen. Kenaikan impor ini akan semakin memperparah situasi, terutama untuk mendapatkan keringanan tarif dari AS,” tegas Andri.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan Indonesia mengimpor 1.949.365 ton kedelai dari AS pada 2023, dari total impor kedelai 2.274.428 ton.

Baca Juga :  Simak Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham Hari Ini, Kamis (20/2)

Sebelumnya, Airlangga Hartarto menyatakan bahwa peningkatan impor pangan dari AS merupakan bagian dari negosiasi tarif dengan pemerintah AS. Ia menekankan bahwa AS bukan satu-satunya pemasok, Indonesia juga mengimpor dari Australia dan Ukraina. Peningkatan impor dari AS, menurut Airlangga, akan dilakukan dengan mengalihkan impor dari negara lain.

“Kami tidak akan mengganggu program swasembada,” tegas Airlangga dalam konferensi pers daring Jumat, 18 April 2025. Negosiasi Indonesia-AS ditargetkan rampung dalam 60 hari ke depan.

Pilihan Editor: Cerita Nasabah Koperasi Melania Kesulitan Cairkan Uang Ayahnya yang Sudah Meninggal

Berita Terkait

BSU 2025: Rp600 Ribu Cair! Cek Syarat, Jadwal, dan Caranya
Saham Libur! BEI Tutup Hari Ini, Cuti Bersama Proklamasi
Dasco Usul: Tantiem Pejabat BUMN Dihapus, Hemat Negara Rp 18 Triliun!
Rubicon untuk Izin Hutan? Dirut Inhutani V Diduga Minta Gratifikasi
Setoran Haram Haji Khusus: KPK Ungkap Kongkalikong Pengusaha & Kemenag
PBB Naik Bikin Gaduh? Ini Daftar Daerah yang Bergejolak!
BSI Buka Blokir Rekening Yayasan Cholil Nafis, Ketua MUI
UMK 2026: Buruh Desak Kenaikan 10,5 Persen!

Berita Terkait

Kamis, 21 Agustus 2025 - 10:58 WIB

BSU 2025: Rp600 Ribu Cair! Cek Syarat, Jadwal, dan Caranya

Senin, 18 Agustus 2025 - 10:30 WIB

Saham Libur! BEI Tutup Hari Ini, Cuti Bersama Proklamasi

Jumat, 15 Agustus 2025 - 20:12 WIB

Dasco Usul: Tantiem Pejabat BUMN Dihapus, Hemat Negara Rp 18 Triliun!

Jumat, 15 Agustus 2025 - 02:22 WIB

Rubicon untuk Izin Hutan? Dirut Inhutani V Diduga Minta Gratifikasi

Kamis, 14 Agustus 2025 - 22:38 WIB

Setoran Haram Haji Khusus: KPK Ungkap Kongkalikong Pengusaha & Kemenag

Berita Terbaru

Urban Infrastructure

Gempa Bekasi Tak Rusak Jakarta: Pramono Pastikan Aman

Jumat, 22 Agu 2025 - 10:46 WIB

Public Safety And Emergencies

Gempa Bekasi M 4.9: Kondisi Karawang Terkini, Info Terbaru!

Jumat, 22 Agu 2025 - 06:27 WIB

Uncategorized

Gempa Bekasi M 4.9: Karawang Waspada? Kondisi Terkini dan Analisis

Jumat, 22 Agu 2025 - 04:42 WIB