Di Wimbledon, pengalaman menonton tenis melampaui sekadar menyaksikan servis keras dan reli dramatis dari para petenis kelas dunia. Lebih dari itu, ini juga tentang bagaimana Anda bersikap dan berpakaian. Sebagai turnamen tenis tertua dan paling bergengsi di dunia, Wimbledon adalah simbol tradisi Inggris yang kental, tempat etiket dan penampilan memiliki bobot yang hampir setara dengan permainan itu sendiri. Jika suatu hari Anda berencana untuk menyaksikan langsung dari Centre Court, memahami beberapa aturan tak tertulis (dan tertulis) berikut akan menjadi kunci untuk menikmati pengalaman Wimbledon yang otentik.
Sopan Santun adalah Segalanya
Menurut konsultan etiket terkemuka, William Hanson, menonton Wimbledon lebih mirip menghadiri pertunjukan teater daripada sekadar pertandingan olahraga biasa. Ini berarti ada standar perilaku dan etiket yang harus dijaga. Datanglah tepat waktu, duduklah hanya saat pergantian gim, dan pastikan suasana tetap tenang selama pertandingan berlangsung. Atur gawai Anda dalam mode senyap atau nonaktifkan deringnya adalah keharusan. Hindari bersorak ketika lawan melakukan kesalahan atau mencemooh keputusan wasit, karena sikap sportif dan tenang adalah nilai yang sangat dijunjung tinggi di sini. Perlu diingat juga bahwa tongkat swafoto (tongsis) telah resmi dilarang sejak tahun 2015, jadi sebaiknya tinggalkan di rumah.
Pakaian Bicara Lebih Banyak
Meskipun tidak ada aturan berpakaian yang secara resmi diberlakukan bagi para penonton umum, berpakaian rapi dan pantas sangatlah diharapkan di Wimbledon. Ajang ini secara rutin dihadiri oleh para bangsawan dan selebritas kelas atas yang memadati tribun hijau nan ikonik di London. “Cara terbaik untuk menunjukkan perilaku baik adalah dengan berpakaian yang pantas,” demikian saran dari seorang ahli protokol. Pemandangan umum di Wimbledon sering dihiasi oleh gaun bermotif bunga, blazer linen yang elegan, celana bahan yang dijahit rapi, hingga topi Panama klasik. Sebaliknya, celana jeans robek, kaus oblong, sepatu kets kotor, atau pakaian yang terlalu santai sebaiknya tidak digunakan. Jurnalis gaya, Daniel-Yaw Miller, menyoroti bahwa busana khas Wimbledon identik dengan nuansa putih, krem, dan gaya klasik yang tak lekang oleh waktu. Namun, berhati-hatilah dalam memilih topi; hindari topi bertepi lebar yang dapat menghalangi pandangan penonton di belakang Anda. Fokuslah pada penampilan yang rapi, elegan, dan tetap nyaman sesuai kondisi cuaca.
Menghargai Tradisi yang Kental
Wimbledon bukan sekadar turnamen tenis; ia adalah bagian integral dari budaya Inggris yang dijaga dengan ketat. Bagi sebagian orang, nuansa formalnya mungkin terasa kaku, namun justru di situlah daya tarik utamanya: sebuah perpaduan unik antara tradisi, keanggunan, dan atmosfer eksklusif yang sulit ditemukan di ajang olahraga lain. Kehadiran anggota keluarga kerajaan setiap tahun semakin menggarisbawahi akar tradisi acara ini, dan tenis memang telah lama diasosiasikan dengan kekayaan, status, dan kemewahan. Elizabeth Wilson, penulis buku “Love Game: A History of Tennis, from Victorian Pastime to Global Phenomenon,” menggambarkan tenis sebagai “permainan sosial, agak elit, dan glamor.” Bahkan di antara turnamen Grand Slam lainnya, Wimbledon menonjol karena formalitasnya yang khas. “Lihatlah grand slam lainnya, itu kebalikannya,” kata Miller, merujuk pada beberapa contoh seperti musik saat pemain memasuki lapangan, pemain yang menari-nari, “Kiss Cam,” atau penjual hotdog yang ramai. Bagi William Hanson, poin-poin etiket ini sangatlah penting. “Etiket berkaitan dengan bagaimana tindakan dan perilaku kita memengaruhi atau berdampak pada orang lain. Kita perlu bersikap bijaksana dan hati-hati dalam berperilaku untuk memastikan semua orang menikmati hari menonton tenis dengan menyenangkan,” ujarnya.
Jika Anda termasuk yang beruntung bisa datang ke sana, berpakaianlah layaknya tamu kehormatan dan bersikaplah seolah Anda sudah terbiasa dengan suasana tersebut. Karena di Wimbledon, gaya dan sopan santun adalah bagian tak terpisahkan dari pengalaman menikmati pertandingan tenis itu sendiri.