Ragamutama.com – Sebuah laporan terbaru dari Mastercard Economics Institute menyoroti peningkatan signifikan ancaman penipuan di kota-kota besar dan destinasi wisata populer di seluruh dunia. Ancaman ini semakin nyata dan perlu diwaspadai oleh para pelancong.
Laporan tersebut menunjukkan korelasi antara kepadatan wisatawan, terutama selama musim liburan, dengan peningkatan risiko menjadi korban penipuan. Situasi ini menciptakan lingkungan yang ideal bagi para pelaku kejahatan.
Bangkok, salah satu kota paling ramai dikunjungi di dunia, tercatat sebagai kota dengan insiden penipuan tertinggi. Data Mastercard menunjukkan tingkat risiko transaksi di Bangkok jauh lebih tinggi daripada di kota-kota seperti San Francisco, Dublin, Seoul, Budapest, dan Edinburgh.
Kota-kota tersebut mencatatkan angka penipuan yang jauh lebih rendah, menunjukkan perbedaan signifikan dalam tingkat keamanan transaksi.
Sektor pariwisata paling rentan penipuan
Industri pariwisata terbukti sebagai sektor yang paling rentan terhadap penipuan. Laporan tersebut mengungkapkan bahwa penipuan terkait agen perjalanan dan pemesanan tur meningkat lebih dari empat kali lipat dibandingkan rata-rata industri lainnya.
Risiko ini meningkat tajam selama puncak musim liburan, dengan lonjakan kasus mencapai 18 persen di musim panas dan hingga 28 persen di destinasi wisata musim dingin.
Di kota-kota wisata utama seperti Bangkok, layanan transportasi lokal menjadi sumber utama laporan penipuan.
Kasus penipuan yang terkait dengan taksi dan penyewaan mobil di Bangkok menyumbang 48 persen dari total kasus yang dilaporkan. Banyak wisatawan melaporkan ketidaksesuaian layanan yang diterima dengan yang dijanjikan setelah melakukan pembayaran.
Bukan hanya Bangkok, Phuket (Thailand) dan Antalya (Turki) juga mengalami masalah serupa, terutama dalam hal penipuan pemesanan hotel. Di Jakarta, angka penipuan terkait taksi dan sewa mobil bahkan mencapai 66 persen.
Namun, jenis penipuan juga dipengaruhi oleh lokasi. David Mann, Kepala Ekonom untuk Asia Pasifik di Mastercard Economics Institute, menjelaskan variasi ini.
“Di beberapa kota, sektor perjalanan dan tur menjadi sumber penipuan utama, sementara di kota lain seperti Los Angeles, bisnis makanan menjadi sumber utama,” jelas David.
Sebaliknya, kota-kota seperti San Francisco, Dublin, dan Seoul menunjukkan angka penipuan yang jauh lebih rendah, menunjukkan dampak positif dari sistem perlindungan konsumen yang kuat dan pengawasan yang ketat.
Laporan ini menjadi pengingat penting bagi para wisatawan untuk selalu waspada dalam melakukan transaksi, khususnya di kota-kota besar dan destinasi wisata terkenal.
Kehati-hatian dalam setiap transaksi, baik pemesanan tur, hotel, maupun transportasi lokal, sangat krusial untuk menghindari menjadi korban penipuan yang dapat merusak pengalaman liburan.