Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Immanuel Ebenezer Gerungan, yang akrab disapa Noel, menyoroti fenomena pengibaran bendera One Piece yang belakangan ini ramai menjadi perbincangan. Noel melihat ekspresi tersebut bukan sebagai bentuk pemberontakan, melainkan aspirasi murni dari masyarakat yang sepatutnya didengarkan oleh pemerintah.
Menyikapi hal itu, Wamenaker Noel menegaskan bahwa tindakan tersebut bukanlah wujud pemberontakan. “Mereka hanya ingin didengar,” ujar Noel dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa, 5 Agustus 2025, yang dikutip dari Antara. Ia bahkan menganalogikan kondisi ini dengan cerita fiksi One Piece, di mana banyak karakter memberontak bukan didasari oleh kebencian, melainkan kekecewaan dan harapan akan perubahan.
Meski demikian, Noel menekankan bahwa bendera Merah Putih merupakan simbol dan lambang negara yang sakral, posisinya tak dapat digantikan oleh apa pun. Namun, ia mengingatkan, tugas negara tidak hanya sebatas menegur, melainkan juga harus mendengar dan merangkul aspirasi masyarakatnya.
Lebih lanjut, Noel mengungkapkan bahwa generasi muda menemukan nilai-nilai penting seperti persahabatan, keadilan, dan solidaritas dalam alur cerita fiksi One Piece. Menurutnya, hal ini seyogyanya menjadi cermin bagi negara.
“Apabila anak-anak muda merasa nilai-nilai tersebut tidak hadir dalam realitas kehidupan, itu berarti kita perlu mengevaluasi cara kita membersamai mereka,” tutur Noel. Ia menambahkan, energi yang dimiliki generasi muda jangan sampai dimatikan, justru harus diarahkan menuju hal-hal yang positif dan konstruktif.
Noel juga menyayangkan pandangan sebagian pejabat yang terburu-buru menganggap fenomena ini sebagai ancaman. Ia berpendapat, pendekatan yang represif justru berpotensi memperlebar jurang antara negara dan generasi mudanya.
“Mereka bukanlah anti-negara,” tegas Noel. “Mereka tetap menghormati Merah Putih, namun merasa kecewa dengan cara para pengurus negara menjalankan tugasnya. Hal ini wajar, dan justru karena rasa cinta itulah mereka menginginkan perubahan.” Noel mewanti-wanti, “Jika kita tergesa-gesa memberi stigma negatif, kita justru akan kehilangan potensi besar dari mereka.”
Untuk itu, ia mengajak seluruh pihak untuk lebih bijak dalam menyikapi dinamika yang terjadi di kalangan generasi muda. “Pahami dulu konteksnya,” pinta Noel. “Ini bukan persoalan bendera One Piece yang berhadap-hadapan dengan Merah Putih. Ini adalah ekspresi anak-anak muda yang tengah mencari ruang dan pengakuan di negeri mereka sendiri.” Ia optimis, “Jika kita bersedia mendengarkan, rasa kecewa itu dapat kita transformasi menjadi energi positif yang membangun.”
Pernyataan Wamenaker Noel ini muncul sebagai respons atas fenomena pengibaran bendera bajak laut dari seri manga populer Jepang, One Piece, yang belakangan ini kian marak menjelang peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI ke-80 pada 17 Agustus mendatang.
Bendera yang dimaksud memiliki latar belakang hitam dengan gambar tengkorak dan dua tulang menyilang di baliknya. Tengkorak putih tersebut digambarkan tersenyum, dihiasi topi jerami kuning yang merupakan ciri khas karakter utama One Piece, Monkey D. Luffy.
Hingga Sabtu pekan lalu, bendera ini terpantau terpasang di berbagai titik di sejumlah daerah di Indonesia. Tak hanya di ruang publik, fenomena ini juga merambah media sosial, di mana banyak pengguna mengubah foto profil mereka dengan logo bendera dari serial anime legendaris tersebut.
Pilihan Editor: Mengapa Pemasang Bendera One Piece Tak Bisa Dipidana