Wall Street Fluktuatif: Saham Amazon Anjlok 2,4 Persen

Avatar photo

- Penulis

Jumat, 16 Mei 2025 - 07:03 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penutupan perdagangan Kamis (15/5) di Wall Street, bursa saham Amerika Serikat, menunjukkan pergerakan yang beragam. Cisco Systems mencatat kenaikan, berbanding terbalik dengan UnitedHealth yang mengalami penurunan tajam menyusul laporan investigasi kriminal.

Berdasarkan laporan Reuters, S&P 500 meningkat 0,41 persen, mencapai 5.916,93 poin. Nasdaq mengalami penurunan 0,18 persen, ditutup pada 19.112,32 poin, sementara Dow Jones Industrial Average naik 0,65 persen, mencapai 42.322,75 poin.

Kenaikan hampir 5 persen pada saham Cisco Systems didorong oleh peningkatan proyeksi tahunan perusahaan, berkat pesatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI).

Sebaliknya, UnitedHealth (UNH.N) anjlok 11 persen, menyentuh titik terendah dalam lima tahun terakhir. Hal ini dipicu oleh laporan Wall Street Journal mengenai penyelidikan kriminal yang dilakukan Departemen Kehakiman AS atas dugaan penipuan Medicare. UnitedHealth sendiri menyatakan belum menerima pemberitahuan resmi terkait penyelidikan tersebut dari jaksa federal.

Baca Juga :  GOTO Siapkan Buyback Saham Rp 3,3 Triliun: Analis Ungkap Rekomendasinya

Walmart (WMT.N) juga mengalami penurunan 0,5 persen setelah perusahaan ritel raksasa ini memprediksi kenaikan harga pada akhir bulan ini sebagai dampak perang tarif, meskipun penjualan ritel AS pada kuartal pertama melampaui ekspektasi.

Amazon (AMZN.O), kompetitor Walmart yang turut terdampak tarif yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump, mengalami penurunan 2,4 persen, memberikan tekanan pada Nasdaq.

Walmart, sejalan dengan perusahaan lain di berbagai sektor yang merevisi atau mencabut perkiraan mereka, menghindari memberikan proyeksi laba kuartal kedua. Hal ini mengindikasikan kesulitan yang dihadapi perusahaan-perusahaan AS akibat ketidakpastian terkait tarif.

Dari 11 indeks sektor S&P 500, delapan indeks mencatat kenaikan. Sektor utilitas (.SPLRCU) memimpin dengan kenaikan 2,1 persen, disusul oleh sektor barang kebutuhan pokok konsumen (.SPLRCS) yang naik 2 persen. S&P 500 masih berada sekitar 4 persen di bawah rekor penutupan tertinggi yang dicapai pada 19 Februari.

Baca Juga :  Rekomendasi Beli Saham INCO dari Analis OCBC: Simak Alasan dan Potensi Keuntungannya

S&P 500 telah pulih dari penurunan tajam pada bulan April yang dipicu oleh perang dagang global yang diinisiasi Trump. Hal ini didorong oleh optimisme investor terhadap kesepakatan pemerintah AS untuk mencabut tarif tinggi yang dikhawatirkan akan meningkatkan harga konsumen.

“Investor memperkirakan akan ada kesepakatan, sehingga mereka mengantisipasi dan enggan melepas saham dalam jumlah besar. Saya menyebutnya ‘antisipasi transaksi’,” jelas Dennis Dick, investor Triple D Trading.

Sebelumnya, data menunjukkan perlambatan pertumbuhan penjualan ritel AS pada bulan April, sementara laporan terpisah menunjukkan penurunan harga produsen yang tak terduga pada bulan lalu. Hal ini menyusul rilis Indeks Harga Konsumen yang relatif stabil di awal pekan.

Berita Terkait

Indonesia-EU Sepakat: Jalan Terbuka untuk Perdagangan Bebas
Begini Dampak Bagi Pemegang Saham Bila Sritex Kena Delisting
Emiten Batubara Mulai Ekspansi ke Tambang Mineral, Begini Prospek Sahamnya
Sri Mulyani: Pajak Optimal dengan Sistem Data Otomatis!
Booking Hotel Bali Makin Singkat: Wisatawan Berubah?
Timor Leste Jadi Pintu Ekspor ke AS? Kadin Bahas Peluang!
Stock Split 15 Juli 2025, Harga Saham Orang Terkaya Indonesia Ini Akan Dipecah 1:10
Bara Makmur Abadi Lepas Saham TOBA: Ada Apa?

Berita Terkait

Senin, 14 Juli 2025 - 01:29 WIB

Indonesia-EU Sepakat: Jalan Terbuka untuk Perdagangan Bebas

Minggu, 13 Juli 2025 - 09:41 WIB

Begini Dampak Bagi Pemegang Saham Bila Sritex Kena Delisting

Minggu, 13 Juli 2025 - 09:29 WIB

Emiten Batubara Mulai Ekspansi ke Tambang Mineral, Begini Prospek Sahamnya

Sabtu, 12 Juli 2025 - 22:35 WIB

Sri Mulyani: Pajak Optimal dengan Sistem Data Otomatis!

Sabtu, 12 Juli 2025 - 20:41 WIB

Booking Hotel Bali Makin Singkat: Wisatawan Berubah?

Berita Terbaru