Penutupan perdagangan Kamis (15/5) di Wall Street, bursa saham Amerika Serikat, menunjukkan pergerakan yang beragam. Cisco Systems mencatat kenaikan, berbanding terbalik dengan UnitedHealth yang mengalami penurunan tajam menyusul laporan investigasi kriminal.
Berdasarkan laporan Reuters, S&P 500 meningkat 0,41 persen, mencapai 5.916,93 poin. Nasdaq mengalami penurunan 0,18 persen, ditutup pada 19.112,32 poin, sementara Dow Jones Industrial Average naik 0,65 persen, mencapai 42.322,75 poin.
Kenaikan hampir 5 persen pada saham Cisco Systems didorong oleh peningkatan proyeksi tahunan perusahaan, berkat pesatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI).
Sebaliknya, UnitedHealth (UNH.N) anjlok 11 persen, menyentuh titik terendah dalam lima tahun terakhir. Hal ini dipicu oleh laporan Wall Street Journal mengenai penyelidikan kriminal yang dilakukan Departemen Kehakiman AS atas dugaan penipuan Medicare. UnitedHealth sendiri menyatakan belum menerima pemberitahuan resmi terkait penyelidikan tersebut dari jaksa federal.
Walmart (WMT.N) juga mengalami penurunan 0,5 persen setelah perusahaan ritel raksasa ini memprediksi kenaikan harga pada akhir bulan ini sebagai dampak perang tarif, meskipun penjualan ritel AS pada kuartal pertama melampaui ekspektasi.
Amazon (AMZN.O), kompetitor Walmart yang turut terdampak tarif yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump, mengalami penurunan 2,4 persen, memberikan tekanan pada Nasdaq.
Walmart, sejalan dengan perusahaan lain di berbagai sektor yang merevisi atau mencabut perkiraan mereka, menghindari memberikan proyeksi laba kuartal kedua. Hal ini mengindikasikan kesulitan yang dihadapi perusahaan-perusahaan AS akibat ketidakpastian terkait tarif.
Dari 11 indeks sektor S&P 500, delapan indeks mencatat kenaikan. Sektor utilitas (.SPLRCU) memimpin dengan kenaikan 2,1 persen, disusul oleh sektor barang kebutuhan pokok konsumen (.SPLRCS) yang naik 2 persen. S&P 500 masih berada sekitar 4 persen di bawah rekor penutupan tertinggi yang dicapai pada 19 Februari.
S&P 500 telah pulih dari penurunan tajam pada bulan April yang dipicu oleh perang dagang global yang diinisiasi Trump. Hal ini didorong oleh optimisme investor terhadap kesepakatan pemerintah AS untuk mencabut tarif tinggi yang dikhawatirkan akan meningkatkan harga konsumen.
“Investor memperkirakan akan ada kesepakatan, sehingga mereka mengantisipasi dan enggan melepas saham dalam jumlah besar. Saya menyebutnya ‘antisipasi transaksi’,” jelas Dennis Dick, investor Triple D Trading.
Sebelumnya, data menunjukkan perlambatan pertumbuhan penjualan ritel AS pada bulan April, sementara laporan terpisah menunjukkan penurunan harga produsen yang tak terduga pada bulan lalu. Hal ini menyusul rilis Indeks Harga Konsumen yang relatif stabil di awal pekan.