Wall Street Bervariasi, Saham Apple dan Eli Lilly Melesat: Apa Pemicunya?

- Penulis

Jumat, 18 April 2025 - 05:51 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ragamutama.com  NEW YORK. Suasana perdagangan di Wall Street pada penutupan hari Kamis (17/4) memperlihatkan hasil yang bercampur. Saham-saham seperti Eli Lilly dan Apple menunjukkan kenaikan yang menggembirakan, seiring dengan investor yang menimbang-nimbang perkembangan positif dalam perundingan dagang antara Amerika Serikat dan Jepang, serta prospek kebijakan suku bunga yang akan datang.

Menurut laporan dari Reuters, indeks S&P 500 mengalami kenaikan tipis sebesar 0,13%, mencapai level 5.282,70. Sementara itu, indeks Nasdaq justru mengalami penurunan sebesar 0,13% ke level 16.286,45, dan Dow Jones Industrial Average mengalami penurunan yang lebih signifikan sebesar 1,33% ke level 39.142,23.

Dari keseluruhan 11 indeks sektor yang tergabung dalam S&P 500, delapan sektor berhasil mencatatkan pertumbuhan. Sektor energi memimpin dengan kenaikan sebesar 2,3%, diikuti oleh sektor barang-barang kebutuhan pokok konsumen yang tumbuh sebesar 2,2%.

S&P 500 dan Nasdaq Menguat di Tengah Optimisme Negosiasi Perdagangan AS-Jepang

Volume transaksi saham di bursa Amerika Serikat mencapai angka 14,6 miliar lembar, sedikit di bawah rata-rata 19,2 miliar lembar selama 20 hari perdagangan terakhir.

Saham Eli Lilly mencatat lonjakan yang luar biasa, yaitu sebesar 14%. Kenaikan ini dipicu oleh pengumuman perusahaan farmasi tersebut mengenai keberhasilan uji coba pil eksperimentalnya, yang menunjukkan efektivitas setara dengan obat populer Ozempic dalam menurunkan berat badan dan kadar gula darah pada pasien diabetes.

Saham Apple juga menunjukkan performa yang baik, naik sebesar 1,4%, menandakan pemulihan setelah mengalami kerugian yang cukup besar beberapa waktu sebelumnya.

Baca Juga :  Rupiah Dibuka Menguat ke Rp 16.187 Per Dolar AS Hari Ini (17/2), Paling Kuat di Asia

Di sisi lain, saham UnitedHealth mengalami penurunan tajam sebesar 22%, yang memberikan tekanan pada indeks Dow Jones. Penurunan ini disebabkan oleh revisi turun perkiraan laba tahunan perusahaan asuransi tersebut, akibat ekspektasi peningkatan biaya medis di sisa tahun ini.

Perdagangan saham di bursa AS akan libur pada hari Jumat (18/4). Akibatnya, dalam pekan yang singkat ini, indeks S&P 500 mengalami penurunan sebesar 1,5%, Nasdaq turun 2,6%, dan Dow Jones merosot 2,7%. Ketiga indeks utama Wall Street ini mencatatkan penurunan mingguan untuk ketiga kalinya dalam empat minggu terakhir.

Wall Street Terkoreksi Cukup Dalam, Sentimen dari Powell dan Pembatasan Ekspor AS Membebani Pasar

Para pelaku pasar cenderung menunjukkan optimisme, menyusul pernyataan Presiden AS Donald Trump mengenai kemajuan signifikan dalam perundingan bilateral, setelah terjadi aksi jual yang tajam pada hari Rabu.

Trump juga menyampaikan kepada wartawan bahwa ia berharap dapat mencapai kesepakatan dagang dengan China, meskipun ia tidak memberikan rincian mengenai bagaimana perundingan akan berlangsung, mengingat kedua negara adidaya tersebut tampaknya sedang menghadapi kebuntuan.

Pasar saham AS telah mengalami fluktuasi dalam beberapa minggu terakhir, dipengaruhi oleh kebijakan tarif yang tidak menentu dari Trump dan perang dagangnya dengan China.

Saat ini, perhatian investor tertuju pada serangkaian pembicaraan dengan puluhan negara dalam beberapa minggu mendatang, untuk mendapatkan kejelasan lebih lanjut mengenai besaran dan cakupan tarif yang akan dikenakan pada masing-masing negara dan sektor.

“Pasar mengharapkan Trump untuk mengumumkan kesepakatan dagang,” ujar Jake Dollarhide, kepala eksekutif Longbow Asset Management di Tulsa. 

Baca Juga :  Fore Coffee IPO: Raih Rp 353 Miliar, Ekspansi Agresif 140 Gerai

“Pasar menginginkan hasil yang konkret, dan itulah yang belum bisa diberikan oleh pasar.”

Investor Perlu Bersiap, Wall Street Berpotensi Menjadi Arena Pertarungan AS vs China Berikutnya

Trump menyampaikan pada hari Kamis melalui media sosial, bahwa pemecatan Ketua Federal Reserve Jerome Powell tidak dapat dilakukan dengan cepat, dan ia mendesak bank sentral AS untuk menurunkan suku bunga.

Saham-saham di Wall Street mengalami penurunan pada hari Rabu, setelah Powell memperingatkan bahwa kebijakan perdagangan Trump berisiko memicu inflasi sekaligus menghambat pertumbuhan ekonomi.

“Sudah menjadi rahasia umum bahwa Trump tidak senang dengan Powell. Pertanyaannya adalah, apakah ia akan berupaya melakukan sesuatu terkait hal tersebut?” kata Tom Bruce, ahli strategi investasi makro di Tanglewood Total Wealth Management.

Ia menekankan bahwa mengganti Powell akan merusak kepercayaan terhadap pasar AS.

Para pedagang telah menurunkan ekspektasi penurunan suku bunga pada bulan Mei menjadi sekitar 6%, menurut FedWatch CME. Sementara itu, jajak pendapat Reuters menunjukkan bahwa para ekonom melihat kemungkinan resesi AS dalam 12 bulan ke depan semakin meningkat.

Data yang dirilis pada hari Kamis menunjukkan bahwa jumlah warga Amerika yang mengajukan permohonan baru untuk tunjangan pengangguran mengalami penurunan pada minggu lalu, mengindikasikan kondisi pasar tenaga kerja yang tetap stabil pada bulan April, meskipun ketidakpastian seputar tarif membuat bisnis enggan untuk meningkatkan perekrutan.

Berita Terkait

8 Tuntutan Pengusaha: Solusi Produktivitas & Kesejahteraan Buruh?
Prospek Emiten Grup Pertamina 2025: Analisis Mendalam dan Rekomendasi Investasi
Investor Asing Lepas Rp20 Triliun: Saham-Saham Apa Saja yang Dilepas Besar-besaran Sebulan Terakhir?
Lippo Cikarang Bukukan Penjualan Rp 323 Miliar di Kuartal Pertama 2025
Bahlil Yakin Target Produksi Migas 1 Juta Barel Tercapai 2030
Laba Bersih Naik di Kuartal I 2025, Simak Rekomendasi Saham Indosat (ISAT)
Analisis Saham PTPP: Prediksi Kinerja dan Rekomendasi Investasi 2025
Pendapatan United Tractors (UNTR) Naik 6% di Kuartal I-2025, Laba Bersih Turun 30%

Berita Terkait

Kamis, 1 Mei 2025 - 15:23 WIB

Prospek Emiten Grup Pertamina 2025: Analisis Mendalam dan Rekomendasi Investasi

Kamis, 1 Mei 2025 - 15:11 WIB

Investor Asing Lepas Rp20 Triliun: Saham-Saham Apa Saja yang Dilepas Besar-besaran Sebulan Terakhir?

Kamis, 1 Mei 2025 - 14:35 WIB

Lippo Cikarang Bukukan Penjualan Rp 323 Miliar di Kuartal Pertama 2025

Kamis, 1 Mei 2025 - 14:11 WIB

Bahlil Yakin Target Produksi Migas 1 Juta Barel Tercapai 2030

Kamis, 1 Mei 2025 - 13:51 WIB

Laba Bersih Naik di Kuartal I 2025, Simak Rekomendasi Saham Indosat (ISAT)

Berita Terbaru

Society Culture And History

Skandal UTBK 2025: Mahasiswa dan Alumni ITB Diduga Lakukan Perjokian!

Kamis, 1 Mei 2025 - 15:51 WIB

Food And Drink

Rayakan May Day: Promo Makanan & Tiket Wahana Menanti!

Kamis, 1 Mei 2025 - 15:47 WIB

entertainment

Raisa Ungkap Pengalaman dan Pandangannya Sebagai Seorang Ambivert

Kamis, 1 Mei 2025 - 15:43 WIB

Family And Relationships

Lisa Mariana Akhirnya Buka Suara: Sakitkah Atalia Saat Ridwan Kamil Diselingkuhi?

Kamis, 1 Mei 2025 - 15:39 WIB