Vaksin TBC Didanai Bill Gates: Amankah untuk Warga Indonesia?

Avatar photo

- Penulis

Senin, 12 Mei 2025 - 10:36 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pelaksanaan program uji klinis vaksin TBC, yang didukung pendanaan dari The Gates Foundation, telah memicu berbagai pertanyaan di kalangan masyarakat mengenai potensi risiko dan dampak kesehatan bagi para partisipan. Pemerintah didesak untuk secara terbuka menyampaikan hasil uji klinis tersebut.

Perdebatan seputar implementasi program ini telah menarik perhatian, terutama di platform media sosial. Salah satu akun X, yang unggahannya dibagikan ulang ratusan kali, menyuarakan kekhawatiran bahwa “Warga Indonesia dijadikan ‘kelinci percobaan’.”

Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, dengan tegas membantah tuduhan tersebut. Ia menegaskan bahwa vaksin yang sedang diuji “secara ilmiah, telah terbukti aman.”

Dokter spesialis paru, Tjandra Yoga Aditama, menekankan pentingnya transparansi dari semua pihak yang terlibat dalam program ini, dengan tujuan meredakan kekhawatiran publik yang berkembang seputar uji klinis vaksin tersebut.

Namun, pertanyaan mendasar muncul: Mengapa uji klinis vaksin TBC diadakan di Indonesia? Dan, apa keuntungan bagi Indonesia dengan berpartisipasi dalam uji klinis ini?

Mengapa polemik soal pelaksanaan uji klinis vaksin TBC ini mencuat?

Sorotan terhadap program uji klinis vaksin TBC ini semakin meningkat setelah pertemuan antara Presiden Prabowo Subianto dan pendiri Microsoft, sekaligus filantropis Bill Gates, di Jakarta pada hari Rabu, 7 Mei lalu.

Dalam pertemuan tersebut, Prabowo dan Gates membahas berbagai upaya untuk mengatasi penyakit menular, termasuk polio, malaria, dan TBC. Prabowo juga menyinggung tentang pelaksanaan uji vaksin TBC dan malaria yang didanai oleh yayasan milik Gates, The Gates Foundation.

“Indonesia akan menjadi salah satu lokasi uji coba, dan kita tahu bahwa TBC menyebabkan angka kematian yang cukup tinggi, hampir 100.000 jiwa setiap tahun. Kami bertekad untuk menurunkan angka ini. Beliau [Bill Gates] menunjukkan komitmennya untuk terus membantu kita di bidang ini, termasuk pengembangan vaksin malaria,” kata Prabowo.

Pengumuman program ini langsung memicu perdebatan, khususnya di media sosial.

Sejumlah warganet mengungkapkan kekhawatiran bahwa Indonesia diperlakukan sebagai “kelinci percobaan.” Mereka berpendapat bahwa vaksin tersebut “belum lulus uji klinis” sehingga “belum ada jaminan kelayakan untuk digunakan,” seperti yang diungkapkan oleh sebuah akun X yang cuitannya dibagikan ulang ratusan kali.

Apa respons pemerintah soal tuduhan ‘kelinci percobaan’?

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin secara tegas membantah tuduhan bahwa warga Indonesia dijadikan “kelinci percobaan,” serta berbagai tuduhan lain yang seringkali dikaitkan dengan vaksin.

“Ini bukan kelinci percobaan. Justru kita harus patuh karena sudah terbukti bahwa Covid saja turun. Dulu juga banyak yang bilang ke teman-teman kan. Ada chip-nya, ada apalah itu,” ujar Budi setelah peluncuran program pemberantasan TBC di kantor Kelurahan Rambutan, Ciracas, Jakarta Timur, Jumat (9/05), seperti yang dikutip oleh Tempo.

  • Bill Gates: Kami telah menyumbangkan Rp1.651 triliun, tetapi anak-anak saya tidak akan miskin saat saya wafat
  • Bagaimana Bill Gates menjadi ‘boneka voodoo’ teori konspirasi pandemi
  • Vaksin Merah-Putih: Bisakah kita berharap pada vaksin buatan Indonesia?

Budi menjelaskan bahwa vaksin ini telah melalui serangkaian tahapan yang ketat, sehingga menurutnya tidak ada alasan untuk khawatir.

Baca Juga :  Pencarian MH370 Segera Dimulai, Berfokus di Samudra Hindia

“Jadi ini secara sains, sudah terbukti aman,” tegasnya.

Bagaimana proses pelaksanaan uji klinis vaksin TBC di Indonesia?

Kementerian Kesehatan dalam pernyataan tertulisnya menjelaskan bahwa uji klinis vaksin TBC yang didanai oleh yayasan Bill Gates di Indonesia telah dimulai sejak 3 September 2024. Sementara itu, proses perekrutan peserta vaksin berakhir pada 16 April 2025.

Pernyataan tertulis Kementerian Kesehatan yang diterima oleh BBC News Indonesia menyebutkan bahwa program ini merupakan bagian dari uji klinis tahap ketiga vaksin M72/AS01E, yang juga dilaksanakan di beberapa negara lain. Selain Indonesia, negara-negara yang terlibat dalam uji klinis ini adalah Afrika Selatan, Kenya, Zambia, dan Malawi.

Sejauh ini, tercatat 2.095 warga Indonesia yang berpartisipasi dalam uji klinis ini, dari total 20.081 orang yang berasal dari lima negara lokasi uji klinis.

Sejumlah lembaga yang terlibat dalam uji klinis ini meliputi:

  • Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan
  • Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
  • Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Rumah Sakit Universitas Indonesia
  • Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta

Apa saja tahapan uji klinis vaksin TBC?

Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Kesehatan, Aji Muhawarman, menjelaskan bahwa uji klinis ini melalui beberapa tahapan penting.

“Uji klinis merupakan tahapan yang sangat penting dalam proses pengembangan vaksin, untuk memastikan keamanan, efektivitas, serta mengidentifikasi potensi efek samping sebelum vaksin digunakan oleh masyarakat,” kata Aji dalam pernyataan tertulisnya.

Aji merinci fase Pra-klinis, di mana vaksin diuji pada hewan.

Fase 1, vaksin diuji pada sejumlah kecil partisipan, antara 20 hingga 50 orang.

Fase 2, uji klinis dilakukan pada partisipan yang lebih banyak, yaitu antara 200 hingga 300 orang.

Fase 3, uji klinis dilakukan pada puluhan ribu partisipan dari berbagai negara.

Fase 3 dianggap sebagai fondasi utama dalam proses evaluasi oleh regulator sebelum vaksin mendapatkan izin edar.

Aji menekankan bahwa uji klinis ini diawasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Kementerian Kesehatan, serta para ahli di bidangnya.

Apa manfaat Indonesia menjadi lokasi uji klinis vaksin TBC?

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengemukakan beberapa manfaat yang diperoleh Indonesia dengan menjadi lokasi uji klinis vaksin TBC.

Pertama, ia mengklaim bahwa Indonesia “dapat mengetahui lebih awal kecocokan” vaksin ini untuk orang Indonesia. Ia menjelaskan bahwa efektivitas vaksin akan sangat bergantung pada genetika penerima, seperti yang dilansir oleh kantor berita Antara.

Kedua, ia menyatakan bahwa Indonesia dapat ikut mempelajari teknologi yang digunakan dalam pengembangan vaksin ini. Hal ini, menurutnya, dapat dilakukan oleh dua institusi pendidikan yang terlibat dalam uji klinis, yaitu Universitas Padjajaran dan Universitas Indonesia.

Ketiga, Budi menyebutkan bahwa uji klinis ini membantu Indonesia membangun daya tawar untuk memproduksi vaksin. “Sekaligus bisa menegosiasi nanti kalau ini sudah jadi, kita bisa lakukan produksinya lebih cepat di Bio Farma di Indonesia,” kata Budi.

Baca Juga :  Gempa M 5.3 Berpusat di 146 Km Timur Laut Kepulauan Aru Maluku,Kata BMKG soal Gempa Terkini

Apa urgensi vaksin TBC?

Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Tjandra Yoga Aditama, menjelaskan bahwa Indonesia dan dunia sangat membutuhkan vaksin TBC baru.

Yoga menuturkan bahwa vaksin TBC yang selama ini digunakan, yaitu jenis Bacillus Calmette-Guérin (BCG) yang ditemukan pada era 1920-an, memiliki efektivitas yang terbatas. Bacillus Calmette-Guerin merujuk pada nama penemu vaksin ini, Albert Calmette dan Camille Guérin.

“Vaksin BCG efektivitasnya terutama hanya untuk masa anak-anak saja, mencegah TB berat dan kematian akibat TB pada anak,” kata Yoga.

“Jadi sudah amat patut dibuat vaksin baru yang jauh lebih efektif,” tambahnya.

Apa kata pakar agar uji vaksin bisa diterima warga?

Yoga menyatakan bahwa setidaknya ada tiga pihak yang harus bersikap terbuka agar program uji klinis vaksin dapat diterima oleh publik.

“Satu, dijelaskan oleh pemerintah apa yang sebenarnya terjadi,” kata Yoga.

“Kedua, dijelaskan juga oleh pihak yang melakukan penelitian,” ujarnya. “Pihak-pihak rumah sakit atau universitas, silakan memberikan penjelasan apa yang terjadi,” kata Yoga.

Yoga menyebutkan bahwa pihak lain yang perlu bersikap terbuka kepada publik adalah para ahli yang memahami konteks uji klinis vaksin.

Sementara itu, pakar kesehatan dan Policy Director di Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI), Olivia Herlinda, mengatakan bahwa “ketentuan secara regulasi, implementasi uji klinis, dan sistem surveilans efek samping dan lainnya harus disiapkan dengan baik untuk memastikan uji klinis yang akuntabel dan transparan.”

Bagaimana kondisi TBC di Indonesia?

Guru Besar Pulmonologi Universitas Indonesia, Erlina Burhan, menyatakan bahwa Indonesia membutuhkan vaksin ini sebagai bentuk pencegahan untuk menekan jumlah kasus.

Erlina menyebutkan bahwa secara rata-rata, setiap tahunnya terdapat lebih dari 1 juta orang yang terinfeksi TBC di Indonesia.

Pada bulan Maret 2025 saja, Kementerian Kesehatan mencatat setidaknya sekitar 889.000 orang yang terinfeksi TBC, seperti yang dilaporkan oleh kantor berita Antara.

Global TB Report 2024 menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat kedua di dunia dalam hal beban kasus TBC, setelah India. Diperkirakan terdapat 1.090.000 kasus TBC dan 125.000 kematian setiap tahunnya.

Apa tantangan pengentasan HIV?

Ike Ni’mah Tatimu, Koordinator Pencegahan Tuberkulosis Tanjung Priok, Penjaringan, dan Pademangan Jakarta Utara, menyoroti adanya permasalahan lain di tengah masyarakat yang menurutnya juga penting, selain vaksinasi.

Ia menyebutkan salah satunya adalah stigma yang melekat pada orang yang terinfeksi TBC dan juga anggota keluarga yang tinggal bersama mereka.

Hal ini, menurutnya, berdampak pada upaya pencegahan penularan. Pasalnya, keluarga yang memiliki anggota yang terinfeksi TBC seringkali enggan untuk melapor.

“Suka dikucilkan sama warga,” kata Ike.

Hal ini menyebabkan terhambatnya pencegahan penularan pada anggota keluarga yang menjadi kontak erat dengan pasien. Pencegahan ini biasanya dikenal dengan terapi pencegahan tuberkulosis (TPT).

“Kalau keluarga pasien, pasti deh susah. Jangankan vaksin, TPT, kami kader untuk menujuk TPT aja mereka enggak mau,” kata Ike.

Berita Terkait

Gempa Aceh M 5,9: Analisis Lengkap BMKG dan Dampaknya
Bill Gates Berjuang Melawan Penyakit Mematikan Apa Saja?
Kemenkes Luruskan Kekhawatiran Publik Soal Vaksin TBC Bill Gates untuk WNI
Indonesia Jadi Garda Depan: Uji Coba Vaksin TBC Bill Gates Dimulai!
Kemenkes Ungkap Potensi Vaksin TBC Bill Gates Percepat Eliminasi TB di Indonesia
Scuba Diving dan Freediving: Perbedaan, Perlengkapan, dan Mana yang Lebih Cocok untuk Anda?
Gempa Gorontalo 6 Magnitudo: Analisis Lengkap BMKG
Gempa Darat Guncang Sukabumi Selatan: Apa Penyebabnya dari Zona Megathrust?

Berita Terkait

Senin, 12 Mei 2025 - 10:36 WIB

Vaksin TBC Didanai Bill Gates: Amankah untuk Warga Indonesia?

Minggu, 11 Mei 2025 - 18:15 WIB

Gempa Aceh M 5,9: Analisis Lengkap BMKG dan Dampaknya

Sabtu, 10 Mei 2025 - 10:23 WIB

Bill Gates Berjuang Melawan Penyakit Mematikan Apa Saja?

Jumat, 9 Mei 2025 - 08:56 WIB

Kemenkes Luruskan Kekhawatiran Publik Soal Vaksin TBC Bill Gates untuk WNI

Kamis, 8 Mei 2025 - 14:39 WIB

Indonesia Jadi Garda Depan: Uji Coba Vaksin TBC Bill Gates Dimulai!

Berita Terbaru