Upanat Borobudur: Alasan Wajib Dipakai Wisatawan Saat Naik Candi?

Avatar photo

- Penulis

Sabtu, 31 Mei 2025 - 14:03 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Melangkah Lestari di Borobudur: Mengenal Sandal Upanat, Pelindung Batu Candi dan Penggerak Ekonomi Lokal

Para wisatawan yang berencana menapaki kemegahan Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, kini diwajibkan untuk mengenakan alas kaki khusus yang disebut sandal upanat. Aturan ini telah berlaku sejak Desember 2023 di situs Warisan Dunia UNESCO tersebut, menandai langkah serius dalam upaya pelestarian candi Buddha terbesar di dunia.

Alasan di Balik Penggunaan Upanat: Melindungi Warisan Abad Ke-8

Keputusan penggunaan upanat bukan tanpa alasan. Sebuah studi mendalam yang dilakukan oleh Balai Konservasi Borobudur mengungkapkan bahwa aktivitas berjalan di atas batuan candi dengan alas kaki konvensional, secara tidak disadari, dapat mengikis permukaan batu secara bertahap. Untuk meminimalisir risiko pengikisan ini, sandal upanat dirancang dengan bagian bawah yang terbuat dari busa ati, material yang terbukti lebih ramah terhadap struktur batuan kuno candi. Inisiatif ini merupakan bagian integral dari strategi jangka panjang untuk menjaga keutuhan Candi Borobudur bagi generasi mendatang.

Desain Upanat: Harmoni Tradisi, Fungsionalitas, dan Inspirasi Relief Kuno

Kata “upanat” sendiri berarti alas kaki. Sandal anyaman ini merupakan perpaduan unik dari elemen alami: daun pandan untuk tali dan permukaan alas atas, batok kelapa sebagai penjepit bagian depan, serta busa ati pada alas bagian bawah. Desainnya yang sederhana namun fungsional telah melalui riset panjang sejak Januari 2022. Para Pengkaji Pelestari Balai Konservasi Borobudur memastikan sandal ini memenuhi kriteria penting seperti durabilitas, ergonomi, dan keselarasan visual, memastikan kenyamanan sekaligus keamanan saat menaiki tangga dan lantai batuan candi.

Baca Juga :  Panduan Lengkap: Cara Menonton Prosesi Pemakaman Paus Fransiskus Secara Langsung

Menariknya, bentuk sandal upanat ini bukan sekadar kreasi modern. Inspirasinya datang dari salah satu relief Karmawibhangga panel 150 di Candi Borobudur. Relief tersebut menggambarkan dua sosok yang sedang mempersembahkan alas kaki kepada Brahmana, dengan bentuk alas kaki yang menyerupai upanat saat ini. Hal ini menjadikan upanat tak hanya sebagai alat pelestarian fisik, namun juga wujud penghormatan terhadap nilai sejarah dan budaya yang terkandung dalam candi itu sendiri.

Dari Kreasi Lokal Menuju Standar Pelestarian Global

Kisah upanat juga tak lepas dari peran serta pelaku industri kreatif lokal. Sandal ini awalnya dibuat oleh Basiyo, seorang pengrajin dari sekitar Candi Borobudur, sejak tahun 1997. Namun, sandal yang kini digunakan wisatawan telah disempurnakan bersama Balai Konservasi Borobudur, menjamin keamanan optimal saat melangkah di tangga dan lantai batuan candi yang rentan. Kolaborasi ini memperlihatkan sinergi antara kearifan lokal dan upaya konservasi berstandar internasional.

Baca Juga :  Jelajahi Museum Ruwa Jurai Lampung: Perayaan Hari Museum yang Tak Terlupakan

Dampak Positif Ganda: Pelestarian dan Pemberdayaan Ekonomi Kreatif

Lebih dari sekadar alat pelestarian, penggunaan sandal upanat juga menjadi motor penggerak sektor ekonomi kreatif di sekitar kawasan candi. Keterlibatan delapan rumah produksi lokal dalam pembuatan upanat memberikan dampak positif signifikan terhadap pendapatan dan kesejahteraan masyarakat setempat. Ini membuktikan bahwa upaya pelestarian warisan budaya dapat berjalan beriringan dengan pemberdayaan ekonomi komunitas.

Bagi wisatawan yang membeli tiket untuk naik ke struktur Candi Borobudur seharga Rp 120.000, sandal upanat ini sudah termasuk dalam fasilitas. Setelah digunakan, sandal ini dapat dibawa pulang sebagai suvenir, menjadikannya kenang-kenangan yang berkesan sekaligus pengingat akan komitmen pelestarian situs warisan dunia yang luar biasa ini. Dengan upanat, setiap langkah di Borobudur menjadi kontribusi nyata terhadap keberlanjutan warisan budaya dan ekonomi lokal.

Berita Terkait

Longsor Gunung Kuda: Surat Larangan Penambangan Diabaikan, Tragedi Tak Terhindarkan!
Awal Mula Thailand di Miss World, Kisah Sang Ratu Pertama
Sidang Isbat Idul Adha: Hasilnya, Tanggal, dan Rincian Lengkap
Opal Suchata Ukir Sejarah, Thailand Raih Miss World 2025 Pertama!
Polemik Orde Lama, PDI-P Menolak Penghapusan Sejarah?
Twibbon Hari Lahir Pancasila 2025, Link Download & Cara Buat!
Tebing Breksi, Ikon Wisata Sleman: Harga Tiket & Daya Tarik Terbaru
Tragis! Longsor Tambang Pasir Cirebon Tewaskan Belasan, Tanah Bergerak Jadi Sorotan

Berita Terkait

Minggu, 1 Juni 2025 - 21:47 WIB

Longsor Gunung Kuda: Surat Larangan Penambangan Diabaikan, Tragedi Tak Terhindarkan!

Minggu, 1 Juni 2025 - 17:52 WIB

Awal Mula Thailand di Miss World, Kisah Sang Ratu Pertama

Minggu, 1 Juni 2025 - 16:57 WIB

Sidang Isbat Idul Adha: Hasilnya, Tanggal, dan Rincian Lengkap

Minggu, 1 Juni 2025 - 16:32 WIB

Opal Suchata Ukir Sejarah, Thailand Raih Miss World 2025 Pertama!

Minggu, 1 Juni 2025 - 16:02 WIB

Polemik Orde Lama, PDI-P Menolak Penghapusan Sejarah?

Berita Terbaru

Public Safety And Emergencies

Tragedi Rusia: Jembatan Ambruk Timpa Kereta, 7 Tewas, Puluhan Luka

Minggu, 1 Jun 2025 - 22:57 WIB

Family And Relationships

Onadio Leonardo Ingin Anak Perempuan, Ini Alasan Beby Priscilla Hamil

Minggu, 1 Jun 2025 - 22:47 WIB

Society Culture And History

Longsor Gunung Kuda: Surat Larangan Penambangan Diabaikan, Tragedi Tak Terhindarkan!

Minggu, 1 Jun 2025 - 21:47 WIB