Ragamutama.com, JAKARTA. Pasar saham Indonesia mencatat minimnya aktivitas penawaran umum perdana saham (IPO) hingga saat ini.
Hingga Jumat (25/4), baru 13 perusahaan yang telah berhasil melakukan pencatatan saham. Yang terbaru adalah PT Fore Kopi Indonesia Tbk (FORE), yang resmi melantai pada 14 April 2025.
Emiten di sektor makanan dan minuman ini sukses mengumpulkan dana segar mencapai Rp 353,44 miliar dengan menawarkan 1,88 miliar saham (21,08% kepemilikan) seharga Rp 188 per saham.
Dari 13 emiten baru tersebut, enam saham menunjukkan performa yang positif, melampaui harga IPO. Saham PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU) mencatatkan kenaikan tertinggi, mencapai 369,57% hingga Jumat (25/4).
Tren Penyaluran Dividen Awal Tahun Melemah, Ini Sebabnya
Selanjutnya, saham PT Sinar Terang Mandiri Tbk (MINE), emiten penyedia jasa penunjang tambang nikel, mengalami peningkatan signifikan sebesar 156,84%, mencapai Rp 555 dari harga IPO Rp 216 per saham.
Saham FORE juga menunjukkan penguatan sebesar 97,87%, diikuti oleh PT Delta Giri Wacana Tbk (DGWG) dengan kenaikan 93,04% dari harga IPO.
Sebaliknya, enam emiten baru lainnya mengalami penurunan harga saham dibandingkan harga IPO. PT Raja Roti Cemerlang Tbk (ROTI) mengalami penurunan paling drastis, yaitu 75,71%, dari Rp 210 menjadi Rp 51 per saham.
Saham PT Jantara Grupo Indonesia Tbk (KAQI), PT Kentanix Supra International Tbk (KSIX), dan PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk (YUPI) masing-masing melemah sebesar 57,63%, 54,87%, dan 33,26%.
Hanya saham PT Medela Potentia Tbk (MDLA) yang stagnan, tetap berada di level Rp 188 per saham pada penutupan Jumat (25/4).
Indy Naila, Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, menyatakan bahwa meskipun pasar saham sedang volatil, saham-saham baru di BEI masih layak dipertimbangkan.
“Investor perlu cermat melihat fundamental masing-masing emiten, prospek industri, dan strategi penggunaan dana IPO,” jelasnya kepada Kontan, Minggu (27/4).
Indy menilai saham FORE patut dipantau, mengingat rencana ekspansi yang menjanjikan dan prospek sektor konsumer yang positif seiring potensi peningkatan daya beli.
“Prospek sektor konsumer dengan daya beli yang berpotensi meningkat dapat mendukung margin keuntungan perusahaan,” tambahnya.
Berikut Penyebab Beberapa Sekuritas Revisi Target IHSG Tahun Ini
Budi Frensidy, Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia, menyarankan agar investor fokus pada saham-saham big caps dengan fundamental yang kuat di tengah volatilitas pasar.
“Saham big caps dengan valuasi murah lebih direkomendasikan,” ujar Budi.
Namun, jika ingin berinvestasi pada emiten baru, Budi menyarankan untuk memilih emiten dengan Pemegang Saham Pengendali (PSP) yang berkomitmen dan persentase free float yang rendah.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan masih terdapat 155 pipeline penawaran umum dengan nilai indikatif sekitar Rp 72,54 triliun. Tercatat 102 perusahaan sedang menunggu antrean IPO dengan total estimasi dana Rp 14,88 triliun.